Beberapa dari Kamu mungkin mengetahui polycystic ovary syndrome (PCOS) sebagai kondisi yang ditandai dengan adanya kista-kista kecil yang terlihat saat dilakukan USG. Namun, menurut dr. Beeleonie, Sp.OG., gambaran yang terlihat itu sebenarnya bukanlah kista, melainkan sel telur atau yang sering disebut dengan folikel kecil. Lalu, apa lagi mitos dan fakta seputar PCOS yang sering kali keliru? Simak 5 mitos seputar PCOS ini yuk supaya Kamu tidak salah lagi!

  

Mitos 1: PCOS selalu ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur

Diagnosis PCOS tidak mudah ditetapkan, sehingga ada kriteria yang dibuat oleh para ahli. Salah satu kriteria yang digunakan ialah kriteria Rotterdam 2003. Ada 3 kriteria Rotterdam. “Jika mengalami 2 dari 3 kriteria Rotterdam, maka sudah dikategorikan PCOS. Kriteria pertama, tidak adanya siklus haid yang teratur atau tidak adanya masa subur. Kedua, ada tanda-tanda hormon yang tidak stabil atau hormon androgen yang berlebihan. Ketiga, ada gambaran seperti banyak kista pada saat USG di indung telurnya,” jelas dr. Beeleonie.

 

Ditambahkan oleh dr. Beeleonie, siklus menstruasi yang tidak teratur hanya salah satu dari 3 kriteria. “Memang 61% kasus PCOS pasiennya mengalami 3 kriteria, tetapi ada juga 16% pasien siklus haidnya baik ternyata di USG ada gambaran polikistiknya serta ada tanda-tanda hiperandrogen. Hal tersebut bisa menandakan PCOS,” ungkapnya.

 

Baca juga: Ketahui Siklus Menstruasi Wanita Sesuai Umur

 

Mitos 2: Pil KB merupakan satu-satunya metode membuat siklus haid teratur

Pil KB sebenarnya merupakan salah satu metode untuk membuat siklus haid teratur. Menurut dr. Beeleonie yang berpraktik di RS Hermina Kemayoran, pil KB mengandung 2 hormon yang bekerja saling sinergis untuk membuat siklus haid teratur. “Yang satu bekerja menekan hormon agar dinding rahimnya tidak terlalu tebal. Sedangkan, hormon yang satu lagi akan mengatasi gangguan hiperandrogen dari PCOS,” tambahnya.

 

Namun, apakah harus selalu menggunakan pil KB? “Tidak. Yang harus dilakukan terlebih dahulu ialah memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat. Jadi, pasien dengan PCOS disarankan untuk berolahraga secara teratur dan menjaga pola makanannya. Selain itu, jika tidak ingin menggunakan pil kontrasepsi, ada tablet hormon lain yang dapat digunakan. Dosis hormonnya lebih rendah serta menggunakan hormon alami, sehingga tidak ada penekanan kesuburan seperti pada kontrasepsi,” ujarnya.




Mitos 3: Wanita dengan obesitas berisiko PCOS

“Sering kali kita melihat kalau pasien yang gemuk dihubungkan dengan PCOS. Sebenarnya itu karakter, karena tidak semua pasien dengan PCOS gemuk. Ada kelompok orang dengan PCOS yang gemuk dan susah menurunkan berat badan. Mereka juga berpotensi lebih tinggi mengalami diabetes. Namun, tidak semua orang yang gemuk itu PCOS, banyak juga orang yang gemuk justru sel telurnya normal saja,” jelas dr. Beeleonie.

 

Baca juga: Counting the Days: On Polycystic Ovary Sindrome and Menstrual Problem

 

Mitos 4: Orang kurus tidak berisiko mengalami PCOS

“Orang kurus bisa saja mengalami PCOS. Ada yang disebut dengan lean PCOS. PCOS dengan kategori ini tidak gemuk atau kurus, bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda hiperandrogen. Namun dia khas, seperti siklus haidnya tidak teratur atau ada gambaran polikistik saat USG. Jadi, yang kurus pun bisa terkena PCOS,” paparnya. 

 

Mitos 5: Wanita dengan PCOS sulit hamil

Menurut dr. Beeleonie, kemungkinan untuk hamil memang akan lebih rendah dibandingkan wanita tanpa PCOS. Hal ini karena wanita dengan PCOS memiliki gangguan masa subur. “Masa subur tidak bisa diprediksi. Namun, apakah pasien PCOS ini tidak bisa hamil spontan? Jawabannya tidak. Mungkin tidak ada masa subur setiap bulannya, kadang masa subur ini 3 hingga 6 bulan sekali, dan bisa saja saat itu bersanggama, dan bisa hamil,” ungkapnya.

 

Baca juga: Wanita dengan PCOS Berisiko Tinggi Diabetes

 

Namun perlu diketahui, kemungkinan akan keguguran berulang juga lebih tinggi pada wanita dengan PCOS. Oleh karena itu, wanita dengan PCOS yang ingin hamil harus memperhatikan beberapa hal. “Pastikan gula darahnya baik, karena kita juga tidak ingin diabetes saat kehamilan. Harus dicegah risiko diabetes selama kehamilan, karena kadar gula darah yang tinggi dalam kehamilan membuat bayi yang dikandung mempunyai risiko tinggi terhadap diabetes maupun PCOS,” ujarnya.

 

Selain memastikan gula darah, dijelaskan lagi oleh dr. Beeleonie, wanita dengan PCOS yang ingin hamil juga harus memastikan siklus haidnya teratur atau tidak. “Kalau tidak teratur, harus diberikan obat supaya teratur. Sedangkan jika pasien PCOS ini obesitas, sebaiknya turunkan berat badan terlebih dahulu karena obesitas juga tidak baik dalam kehamilan,” tutupnya. (TI/AS)