Apakah Geng Sehat pernah mendengar mengenai pneumonia? Pneumonia adalah suatu bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil bernama alveoli, yang menjadi tempat bertukarnya udara bersih dan kotor. Pada kondisi pneumonia, alveoli dipenuhi dengan pus dan cairan, yang membuat penderitanya menjadi sulit bernapas. Alhasil, ini membatasi oksigen yang masuk ke dalam tubuh.

 

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, baik di Indonesia maupun di dunia. Data dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit infeksi yang paling sering menyebabkan kematian pada anak-anak di seluruh dunia.

 

Sedangkan data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018 menyatakan 1 dari 20 orang pernah mengalami atau didiagnosis pneumonia. Sebagai pekerja di rumah sakit, saya pun cukup sering merawat pasien dengan pneumonia, dari yang tingkat keparahannya rendah hingga berat.

 

Baca juga: Cara Mencegah Dampak Buruk Asap Bagi Kesehatan!

 

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Salah satu bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia, terutama pada anak-anak, adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type B (Hib).

 

Meskipun jarang terjadi, pneumonia juga dapat disebabkan oleh jamur, terutama spesies Mycoplasma pneumoniae dan Pneumocystis jirovecii. Pneumocystis jirovecii lebih sering menyerang pasien dengan sistem imun lemah, seperti pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV).

 

Kabar baiknya, pneumonia dapat diobati dan tentunya juga dicegah agar tidak terjadi! Ada beberapa hal penting dalam pengobatan dan pencegahan pneumonia yang sebaiknya Geng Sehat ketahui. Ini dia!

 

1. Antimikroba adalah kunci penanganan pneumonia

Karena merupakan suatu penyakit infeksi, maka antimikroba sudah jelas menjadi hal yang harus ada dalam pengobatan pneumonia. Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka diberikan antibiotik. Sementara jika pneumonia yang terjadi dicurigai karena infeksi jamur, maka diberikan antijamur.

 

Baca juga: Polusi Udara dan Dampaknya bagi Anak

 

2. Jenis dan tingkat keparahan pneumonia memengaruhi antibiotik yang dipilih

Pneumonia diklasifikasikan menjadi beberapa kelas berdasarkan asal terjadinya. Yang pertama adalah community acquired pneumonia (CAP), yaitu pneumonia yang didapat di masyarakat.

 

Berikutnya ada hospital acquired pneumonia (HAP), ventilator acquired pneumonia (VAP), dan health-care associated pneumonia (HCAP). Ketiganya terjadi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain.

 

Dokter akan menentukan terlebih dahulu jenis beserta tingkat keparahan pneumonia yang dialami oleh seorang pasien. Pasalnya, hal ini akan menentukan pilihan antibiotik yang digunakan.

 

Contohnya pada pasien CAP dengan derajat keparahan rendah serta dapat berobat jalan, antibiotik yang disarankan adalah golongan makrolida, misalnya azitromisin. Namun bila pasien mengalami CAP berat (severe) dan perlu dirawat di rumah sakit, maka pilihan antibiotiknya adalah golongan fluorokuinolon atau kombinasi antibiotik golongan beta-laktam dan makrolida.

 

3. Dapat digunakan lebih dari satu jenis antibiotik untuk mengatasi pneumonia berat

Seperti sudah disebutkan, antibiotik yang digunakan tergantung dari jenis dan tingkat keparahan pneumonia. Ada kalanya diperlukan kombinasi 2 jenis antibiotik, terutama pada kasus yang berat (severe) seperti yang disebutkan di atas.

 

Kombinasi antibiotik yang digunakan biasanya berasal dari golongan yang berbeda, sehingga memiliki cara kerja yang berbeda pula. Sudah terbukti dari penelitian-penelitian klinis bahwa kombinasi antibiotik dapat menghasilkan efek sinergis atau saling memperkuat kerja satu sama lain.

 

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Masker untuk Melindungi dari Polusi

 

4. Dapat dilakukan pengambilan kultur untuk membantu menentukan ketepatan antibiotik yang digunakan

Pada beberapa kasus, dokter akan menginstruksikan pengambilan sampel darah atau dahak (sputum) pasien yang dicurigai menderita pneumonia, untuk kemudian dilakukan kultur. Kultur berfungsi menentukan mikroba apa yang menyebabkan pneumonia, serta antibiotik apa yang sensitif alias mampu melakukan eradikasi bakteri tersebut.

 

5. Pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi

Seperti sudah saya sebutkan, sebenarnya hal yang lebih penting dari mengobati pneumonia secara tepat adalah mencegahnya. Salah satu cara pencegahan pneumonia adalah dengan vaksinasi pada anak dan orang dewasa yang memiliki faktor risiko pneumonia.

 

Vaksin pneumokokus untuk memberikan kekebalan bagi pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae bagi anak usia kurang dari 2 tahun dianjurkan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 2, 4, dan 6 bulan.

 

Sedangkan pada pasien dewasa yang dianjurkan mendapatkan vaksin pneumokokus adalah pasien dengan kondisi khusus, antara lain memiliki penyakit anemia sickle cell, terinfeksi HIV, atau memiliki penyakit jantung dan paru-paru yang bersifat kronis. Selain vaksinasi, pneumonia dapat dicegah dengan menjaga kebersihan melalui mencuci tangan, serta konsumsi makanan bernutrisi.

 

Gengs, itu dia fakta-fakta di balik pengobatan pneumonia. Terapi antibiotik yang adekuat menjadi hal paling fundamental dari pengobatan pneumonia, yakni pilihan antibiotik yang digunakan ditentukan oleh jenis dan tingkat keparahan pneumonia yang terjadi. Tak lupa, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, baik melalui vaksinasi maupun menjaga higienitas diri. Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: Mengenal Gejala dan Pengobatan Kanker Paru

 

etap Sehat di Tengah Polusi - GueSehat.com

 

Referensi

World Health Organization. (2019). Pneumonia.

Mandell, L., Wunderink, R., Anzueto, A., Bartlett, J., Campbell, G., Dean, N., Dowell, S., File, T., Musher, D., Niederman, M., Torres, A. and Whitney, C. (2007). Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious Diseases, 44(Supplement_2), pp.S27-S72.