Setiap Mums yang sedang hamil tentu menginginkan kehamilan yang sehat tanpa gangguan apapun. Namun, ada kalanya malang tak dapat ditolak. Mums bisa saja sakit dan harus menerima terapi dalam bentuk konsumsi obat-obatan. Jika penyakit yang Mums alami diduga berkaitan dengan adanya infeksi bakteri, maka salah satu jenis obat-obatan yang terkadang diresepkan oleh dokter adalah antibiotik.

 

Mengonsumsi obat-obatan saat hamil tentu tidak dapat dilakukan secara sembarangan, karena tidak semua obat aman bagi perkembangan janin yang sedang dikandung. Kebanyakan Mums yang sedang hamil sudah sangat sadar terhadap hal ini, sehingga beberapa pasien serta teman dan keluarga selalu menanyakan kepada saya yang berprofesi sebagai apoteker mengenai keamanan penggunaan obat saat hamil.

 

Apalagi jika yang diresepkan oleh dokter adalah antibiotik, pasti Mums juga bertanya-tanya apakah obat tersebut aman bagi janin di kandungan. Pertama-tama, Mums harus memahami bahwa dokter pasti sudah mempertimbangkan bahwa antibiotik diindikasikan alias diperlukan untuk mengobati infeksi yang sedang Mums alami. Justru jika infeksi yang dialami tidak teratasi dengan baik, salah-salah malah juga dapat menyerang janin.

 

Saya sendiri selama hamil pernah harus mengonsumsi antibiotik. Yang pertama, saat saya mengalami faringitis akut. Dokter mendiagnosis masalah tersebut sebagai akibat dari infeksi bakteri.

 

Yang kedua, saat saya mengalami pembengkakan gusi di daerah geraham. Dokter juga menduga itu disebabkan oleh adanya infeksi bakteri di daerah tersebut. Pada beberapa kasus yang saya temui di rumah sakit tempat saya bekerja, beberapa pasien yang sedang hamil juga membutuhkan antibiotik untuk infeksi, seperti demam tifoid dan infeksi saluran kencing. Dari sekian banyak jenis antibiotik, berikut ini saya coba berikan data mengenai antibiotik yang aman digunakan dan yang sebaiknya dihindari saat hamil.

 

Antibiotik yang secara umum aman digunakan selama kehamilan

Ada beberapa antibiotik yang secara umum dinilai aman untuk digunakan selama kehamilan. Dengan kata lain, antibiotik-antibiotik ini tidak memberikan efek yang berbahaya bagi perkembangan janin yang dikandung.

 

Yang pertama adalah antibiotik golongan penisilin, seperti amoksisilin dan ampisilin. Antibiotik ini lazim digunakan untuk infeksi di saluran telinga, hidung, dan tenggorokan, termasuk faringitis dan tonsilitis, infeksi kulit dan subkutan, serta infeksi di saluran pencernaan yang disebabkan oleh Helicobacter pylori.

 

Berikutnya adalah antibiotik golongan sefalosporin, seperti cefixime, cefaclor, dan ceftriaxone. Namun, penggunaannya sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia kehamilan 12 minggu. Antibiotik golongan cefalosporin ini digunakan untuk menangani berbagai infeksi, termasuk infeksi saluran pencernaan, saluran telinga, faringitis dan tonsilitis, infeksi saluran kencing, serta saluran pernapasan.

 

Antibiotik eritromisin juga dilaporkan aman digunakan selama kehamilan. Eritromisin umumnya digunakan untuk infeksi di saluran pernapasan, infeksi kulit dan jaringan subkutan, serta untuk penyakit menular seksual, seperti gonorea dan sifilis.

 

Antibiotik yang sebaiknya dihindari selama kehamilan

Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang harus dihindari selama kehamilan karena dapat menyebabkan perubahan warna yang permanen pada bakal calon gigi janin. Pasalnya, saat gigi tumbuh warnanya akan menjadi kekuningan. Namun Mums tidak perlu khawatir, tetrasiklin sudah sangat jarang sekali digunakan dewasa ini, bahkan pada populasi dewasa yang tidak sedang hamil.

 

Antibiotik golongan fluoroquinolone, seperti ciprofloxacin, levofloxacin, dan moxifloxacin, biasanya juga bukan menjadi pilihan untuk pasien yang sedang hamil. Sebuah meta analisis yang dipublikasikan pada tahun 2018 melihat keamanan penggunaan antibiotik golongan ini pada wanita yang sedang hamil.

 

Disebutkan bahwa antibiotik golongan ini tidak menyebabkan malformasi janin, keguguran, ataupun kelahiran prematur jika dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil. Namun, penggunaannya pada trimester awal kehamilan memang sebaiknya dihindari.

 

Itulah dia beberapa golongan antibiotik yang relatif aman digunakan dan yang sebaiknya dihindari saat hamil. Kembali lagi saya ingatkan, pada prinsipnya terapi antibiotik hanya akan diberikan oleh dokter jika memang ada indikasi penyakit infeksi. Jadi, sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan antibiotik tanpa supervisi dokter, ya!

 

Sebaliknya, jika memang Mums mengalami infeksi saat hamil dan membutuhkan terapi antibiotik, sebaiknya antibiotik tetap dikonsumsi agar infeksi yang Mums alami tidak membahayakan janin yang dikandung. Dokter biasanya membatasi pengunaan antibiotik dengan durasi sesingkat mungkin, dengan dosis yang paling minimal pula. Salam sehat! (AS)

 

Referensi

Norwitz, E. and Greenberg, J. (2009). Antibiotics in Pregnancy: Are They Safe?. Reviews in Obstetrics and Gynecologists, 2, pp.135-136.

Yefet, E., Schwartz, N., Chazan, B., Salim, R., Romano, S. and Nachum, Z. (2018). The safety of quinolones and fluoroquinolones in pregnancy: a meta-analysis. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 125(9), pp.1069-1076.

Best Use of Medicines in Pregnancy (BUMPS). (2019).