Penularan penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus hepatitis, HIV, dan virus-virus berbahaya lainnya, sangat mudah terjadi melalui transfusi darah. Meskipun sudah dilakukan “penyaringan” darah donor, sehingga aman digunakan oleh pasien yang membutuhkan, tidak jarang masih saja ada virus yang lolos. Risiko ini sangat tinggi dialami pasien yang rutin menerima transfusi, misalnya pasien thalasemia, pasien cuci darah, dan sebagainya.

 

Untuk menekan risiko penularan infeksi, maka dikembangkan teknologi uji saring Nucleic Acid Test (NAT) yang dapat mendeteksi keberadaan DNA/RNA virus dalam darah di masa window period yang lebih pendak. "Dengan Uji NAT, dapat menghasilkan darah yang sudah terbebas dari HIV, Hepatitis B (HBV), dan Hepatitis C (HCV). Jadi, kemungkinan penularan virus melalui transfusi darah dapat dihindari," jelas Muhammad Ali Reza, Ketua Pengurus PMI Provinsi DKI Jakarta, dalam acara sosialisasi uji NAT yang diselenggarakan di Kantor Walikota Jakarta Timur, pada 27 September 2018 lalu.

 

Baca juga: Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi Sebelum Donor Darah
 

Penyakit yang bisa dicegah penularannya dengan uji NAT

Sebenarnya, ada banyak sekali virus yang bisa hidup dalam darah dan ditularkan antar manusia. Namun, dua virus yang menjadi penyebab penyakit berbahaya inilah yang menjadi perhatian utama dalam praktik donor darah. Apa saja?

 

1. Hepatitis

Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular berupa peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, atau parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak berlebih, dan penyakit autoimun.

 

Hepatitis terdiri dari 5 jenis, yaitu hepatitis A, B, C, D dan E. Antara satu sama lain tidak saling berhubungan. Hepatitis dapat ditularkan melalui fecal oral, personal hygiene yang rendah, sanitasi yang rendah, jarum suntik, transplatasi organ, dan lainnya.

 

Baca juga: Ketahui Beberapa Hal tentang Penyakit Hepatitis B
 

Sekitar 9 dari 10 orang di dunia terkena hepatitis tanpa sadar dan Indonesia merupakan negara dengan penderita Hepatitis B yang tinggi. Hepatitis B dan C menyebabkan 1,3 juta jiwa meninggal tiap tahun, melebihi kematian akibat HlV/AIDS, Tubercolosis, atau malaria.

 

"Uji saring NAT mampu mendeteksi virus lebih dini, meskipun kadar virus di dalam darah sangat rendah. Uji saring NAT mampu mengurangi masa jendela infeksi antara 61-96%. Karena kemampuannya mendeteksi DNA/RNA virus yang berada dalam darah jauh sebelum antigen dan antibodi terdeteksi, risiko IMLTD akan semakin kecil," tutur Prof. David H. Muljono, selaku Deputi Direktur dan Peneliti dari Lembaga Eijkman serta Komite Ahli Hepatitis Nasional,

 

2. HIV

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih, yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal. 

 

”HlV/AIDS hanya dapat menular melalui hubungan seksual, transfusi darah, atau ibu pengidap AIDS kepada anak yang dikandungnya. Penularan bisa terjadi melalui jarum suntik, hubungan seks, atau tranfusi darah yang sudah tercemar HIV. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi risiko tertular penyakit menular dengan meningkatkan keamanan darah, dengan metode uji saring salah satunya uji saring NAT,” jelas Prof. DR. Zubairi Djoerban, Sp.PD, KHOM.

 

Baca juga: Seks Aman, Sehat, dan Lebih Menyenangkan!

 

Di mana saja tersedia uji NAT?

Uji saring NAT saat ini tersedia di 12 kota. Di antaranya Jakarta (DKI dan Pusat), Bandung, Surabaya, Semarang, Surakarta, Bali, Makassar, Medan, Pekanbaru, Padang, Lampung, dan menyusul di UTD RS. Dr. Sardjlto Yogyakarta. 

 

Khusus di UTD PMl Provinsi DKI Jakarta, telah melakukan uji saring NAT 100% yang akan mencakup seluruh cabang UTD di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai informasi, kebutuhan darah di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 800-1000 kantong per hari. 

 

Mengapa uji NAT penting!

Dokter Salimar Salim, MARS, Kepala UTD PMI Provinsi DKI Jakarta, menjelaskan, pemeriksaan NAT terdiri dari beberapa tahapan, berupa skrining darah yang dilakukan secara paralel dengan menggunakan alat CHLIA (Chemiluminescent Immuno Assay) dan menggunakan mesin Nucleic Acid Test (MAT). 

 

Dari seorang pendonor, akan dihasilkan 2 sampai 3 kantong darah. "Jadi seandainya dari satu kantong darah pendonor terinfeksi virus hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan HIV, maka kurang lebih dua sampai dengan tiga orang penerima donor akan terinfeksi virus tersebut," jelasnya.

 

Maka penting sekali Gengs dilakukan pemeriksaan uji NAT ini. PMI terus mengupayakan penambahan uji saring NAT, sehingga bisa dilakukan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir lagi tertular virus berbahaya jika suatu saat harus menerima darah donor melalui transfusi. (AY/AS)

 

Potensi Penyakit Berdasarkan Zodiak - Guesehat