“Menghina orang lain gendut, tidak akan membuatmu jadi kurus. Sama halnya dengan mengejek orang lain bodoh, tidak akan membuatmu lebih pintar.”

-Mean Girls-

 

Geng Sehat setuju dong ya dengan kutipan film yang dibintangi oleh Lindsay Lohan tersebut? Kebiasaan mengomentari penampilan fisik seseorang, yang akhir-akhir ini lebih dikenal sebagai body shaming, memang sangat tidak layak dipertahankan.

 

Suka kesel enggak sih kalau Kamu tidak sengaja bertemu dengan kenalan atau teman lama, lalu hal pertama yang mereka nilai adalah kondisi tubuh Kamu? Contohnya, “Kok jadi hitam jerawatan gini sih sekarang?” atau “Kamu pasti sudah jadi bos, ya? Subur banget sekarang, Bro!”

 

Masih banyak masyarakat Indonesia yang terbiasa melakukan budaya semacam ini. Menurut mereka, menilai seseorang berdasarkan fisiknya merupakan hal yang lumrah. Padahal jika dinilai dari perspektif psikologis, ketika mengomentari bagian tubuh seseorang, maka Kamu baru saja melakukan bullying secara verbal, lho. Yuk, simak penjelasan selengkapnya!

Baca juga: 4 Faktor Seseorang Melakukan Bullying

 

Apa itu Body Shaming?

Istilah body shaming merupakan komentar yang cenderung negatif terhadap bentuk tubuh dan penampilan seseorang. Tradisi sosial ini berkembang dalam lingkup pergaulan, baik pada pria maupun wanita. Mungkin ada sebagian orang ingin memotiviasi teman yang obesitas untuk menurunkan berat badan. Sayangnya, cara yang ditunjukkan salah, yaitu dengan melakukan body shaming. Akibatnya, tak jarang reaksi terhadap body shaming ini membuat seseorang merasa tersinggung, sedih, bahkan bisa depresi.

Baca juga: Waspadai 4 Tipe Bullying yang Kerap Terjadi!

 

Alasan Kenapa Kamu Tidak Boleh Melakukan Body Shaming

 

1. Komentarmu dapat berdampak fatal pada orang lain

Saat Kamu menghakimi tampilan fisik seseorang, belum tentu orang tersebut bisa meresponsnya secara positif. Bisa jadi komentarmu langsung mengubah suasana hati dan menurunkan rasa percaya dirinya. “Meskipun Kamu termasuk tipe orang yang mencintai diri sendiri, pasti ada pikiran negatif yang menyelinap ke dalam otak saat mendengar komentar buruk dari orang lain tentang penampilanmu. Akibatnya, Kamu pun jadi meragukan kecantikan diri sendiri dan menjadi rendah diri,” ungkap Colleen Koch Star, pimpinan sekaligus pelatih di Rowan Coaching, New York City.

 

Colleen melanjutkan, sebagai dampak jangka panjang, orang yang terbiasa menerima tindakan body shaming akan mulai mengukur diri sendiri menggunakan perspektif orang lain. Padahal, semestinya ia merasa bangga pada diri sendiri. Bila seseorang sudah memusuhi dirinya sendiri, tak jarang beragam masalah psikologis pun menghampiri.

 

2. Ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna

Langkah ampuh untuk berhenti melakukan body shaming adalah dengan mengingatkan diri sendiri bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tak terkecuali Kamu, bukan? 

 

3. Hargai tubuhmu

Menurut pakar hipnoterapis dan pencipta podcast Absolute Mind, Paula Sweet, “Banyak orang cenderung ‘rajin’ menganalisis ketidaksempurnaan kecil.” Karena itu, penting bagi semua orang untuk menghargai tubuh sendiri. Dengan memiliki penghargaan diri yang tinggi terhadap tubuh masing-masing, Kamu pasti terbiasa menghargai orang lain dan lebih berhati-hati dalam berucap.

 

4. Definisi cantik dan tampan tidak bisa diseragamkan

Menurut riset NYC Girls Project, 60% wanita mengaku gemar membandingkan tubuh mereka dengan tubuh model ternama. Padahal, 63% wanita lainnya berpikir bahwa figur tubuh yang mewakili industri fashion sering kali sangat tidak realistis.

 

Sayangnya, di zaman modern ini, tren media sosial sangat mendominasi. Bila Kamu terus-menerus mengikuti akun media sosial yang menggiring pikiranmu untuk menilai seseorang berdasarkan bentuk tubuhnya, lambat-laun tanpa disadari Kamu pasti terpengaruh.

 

Karenanya, ahli kebugaran dan terapis gangguan aneroksia, Maddy Moon, menyarankan untuk berhenti mengikuti akun media sosial yang rentan membuatmu merasa rendah diri akan figur tubuhmu yang sudah cantik. “Pengalaman mengajarkan saya bahwa terobsesi mengejar target berat badan impian dengan cara yang tidak sehat hanya menjauhkan saya dari teman-teman, karena saya tidak memiliki kesamaan dengan mereka,” imbuh Maddy.

 

Jadi, akan lebih baik jika Kamu mengikuti akun media sosial yang mengingatkanmu bahwa setiap orang cantik dengan caranya sendiri. Terinspirasilah untuk menghargai semua bentuk tubuh, ukuran baju, warna kulit, berat badan, paras, dan gender.

 

5. Mengomentari orang lain gemuk, malah bisa membuatmu gemuk, lho!

Percaya atau tidak, ini merupakan kesimpulan dari riset unik yang dilakukan oleh Florida Sate University. Hasil penelitian tersebut melaporkan, orang yang sering mengomentari orang lain gemuk pada umumnya cenderung mengalami kenaikan berat badan sebanyak 2,5 kali lipat.

 

Kok bisa? Pasalnya, semakin sering mengomentari orang lain gendut, semakin membuat Kamu merasa seksi dan baik-baik saja. Akibatnya, Kamu merasa tidak perlu menjaga pola makan dan jadi lebih banyak makan. Sikap lupa diri inilah yang pada akhirnya membuat tubuhmu menggemuk.

 

Dilansir dari nydailynews.com, ilmuwan berani menjamin bahwa orang yang suka mengejek orang lain gemuk, justru lebih gampang mengalami kenaikan berat badan yang berlipat ganda dalam waktu 4 tahun saja. Tuh, ngeri ya, Gengs! 

 

Ada cara bijak dan tepat untuk menunjukkan rasa peduli terhadap teman yang berat badannya sudah tampak mengkhawatirkan. Misalnya kalau ia mengalami obesitas, Kamu bisa mengajaknya berolahraga bersama-sama. Kamu juga bisa lho berbagi informasi pola makan enak yang lebih sehat dengannya.

 

Tekankan bahwa niat Kamu mengenalkan gaya hidup sehat adalah agar ia terhindar dari berbagai penyakit, seperti diabetes, jantung koroner, dan lain-lain. Yang Kamu lakukan sama sekali bukan karena menganggap penampilannya buruk.

 

Yuk, mulai dari sekarang disiplinkan diri masing-masing untuk tidak melakukan body shaming terhadap siapapun. Jangan lupa juga untuk mencintai diri sendiri. Perbedaan justru membuat segalanya jauh lebih indah, bukan? (TA/AS)

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Mulai dan Setelah Rutin Berolahraga