Bullying kerap terjadi di kalangan anak-anak yang masih bersekolah. Anak-anak biasanya akan berkelompok, mengintimidasi salah satu temannya, menggertak, mengolok-olok, bahkan ada yang melakukan kekerasan fisik secara terus-menerus. Terdapat 4 macam tipe bullying yang sering terjadi pada anak maupun remaja. Berikut penjelasan tentang tipe bullying tersebut!

Baca Juga : Tips Hindari Kekerasan Seksual pada Anak

 

1. Physical Bullying

Kekerasan fisik adalah hal yang paling kejam. Efek dari kekerasan fisik tidak hanya memengaruhi anak yang jadi korban dan pelaku saja, tapi juga bagi anak yang melihat atau saksi bullying tersebut. Kekerasan fisik dapat bermula dari lelucon yang kasar, mencuri, atau kekerasan seksual.

 

Kekerasan fisik biasanya seperti mendorong, memukul, menampar, meludah, menyandung, merusak barang-barang korban, dan lain sebagainya. Bullying dapat terjadi akibat beberapa hal, misalnya ingin mengontrol seseorang atau ingin diterima di semua kelompok sehingga melakukan bullying.

 

Berikut ciri-ciri anak yang menjadi korban bully fisik:

  • Pulang ke rumah dengan luka, lebam, atau luka yang tidak jelas.
  • Buku dan baju kotor atau rusak.
  • Sering kehilangan barang-barang saat pulang sekolah.
  • Mengeluh tentang sekolahnya dan merasa tidak nyaman.
  • Terlihat sedih dan stres saat ingin sekolah atau beraktivitas.
  • Merasa tidak percaya diri, takut, dan ingin kabur dari rumah.
  • Berbicara tentang kekerasan atau balas dendam.

 

Jika anak Mums adalah salah satu korban bullying, dukung ia dengan cinta, ajarkan rasa kasih sayang. Jelaskan kepadanya, jika ia dibully itu bukan kesalahan mereka dan tindakan bully itu tidak benar. Kemudian jika Mums mengetahui anak dibully, segera laporkan ke sekolah.

 

2. Verbal Bullying

Verbal bullying adalah kejahatan yang dilakukan dengan mengejek dan menghina korban dengan kata-kata. Mungkin bagi beberapa anak atau orang tua, hal seperti ini adalah kata-kata biasa. Namun, justru kekerasan verbal adalah awal mula tindakan bullying berkembang.

 

Seseorang yang memiliki nama julukan atau panggilan tertentu yang bersifat mengejek, akan tumbuh dengan nama tersebut selama hidupnya. Hal itu dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri, mudah terintimidasi, merasa tertekan, bahkan bisa menjadi dendam.

 

Ejekan verbal dapat berupa fisik, berat badan, wajah, ras, seksual, bahkan gender. Walaupun teman-temannya hanya bercanda, namun bullying secara verbal akan membuat anak mengalami trauma semasa hidupnya.

Baca Juga : Waspada Berbagai Bentuk Kekerasan Verbal dalam Hubungan

 

3. Cyber Bullying

Dengan berkembangnya zaman, para pelaku bullying dengan mudah melakukan aksinya melalui alat elektronik. Alat elektronik tersebut bisa berupa handphone, komputer, dan tablet dengan menggunakan aplikasi media sosial, pesan singkat, hingga chatting. Anak yang menjadi korban cyber bullying biasanya juga dibully secara langsung oleh teman-temannya. Mengapa cyber bullying berbeda?

  • Cyber bullying dapat terjadi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, hingga mencapai ke korban walaupun ia sedang sendirian.
  • Cyber bullying dapat dilakukan dengan mengunggah foto dan kata-kata yang tidak diketahui sumbernya dan mencapai audiens yang luas.
  • Menghapus foto, pesan, dan komentar sangat sulit jika sudah terlanjur diunggah. Cyber bullying dapat menyerang korban kapan dan di mana saja.

 

Saat anak sedang sendiri, di rumah maupun bersama keluarga, anak yang sudah memiliki gadget sendiri akan mudah mendapatkan tindakan bully dari orang-orang. Media sosial sebenarnya dapat digunakan untuk menghilangkan stres dan mengunggah hal-hal yang positif. Tapi, tidak sedikit orang yang menggunakannya untuk membully orang lain. Efek yang dihasilkan dari anak yang menjadi korban cyber bullying biasanya:

  • Menggunakan narkoba dan alkohol.
  • Tidak menghadiri kelas.
  • Tidak percaya diri.
  • Tidak ingin pergi sekolah.
  • Memiliki nilai sekolah yang buruk.

 

4. Relational Bullying

Relational bullying berbeda dari cara membully yang lain. Biasanya yang melakukan bully tidak membully korban di depan teman-teman yang lainnya. Ia melakukannya secara diam-diam dan rahasia. Ketika teman-teman yang lainnya sedang tidak ada, pelaku biasanya mulai mengatakan hal-hal yang bersifat membully. Kemudian saat teman-temannya datang, ia kembali bersifat normal.

 

Kemudian bullying dengan tipe ini sering menyebarkan gosip dan fitnah, namun tidak diketahui siapa sumbernya. Pelaku yang membully biasanya menggunakan:

  • Surat kebencian untuk korban.
  • Buku yang dicoret-coret dengan ejekan.
  • Fitnah antar pertemanan.
  • Menyerang saat sedang sepi.

 

Bagaimana cara menghindari cyber bullying?

Beri anak pengetahuan tentang bullying itu sendiri, kemudian jelaskan juga kepada anak bagaimana cara menggunakan gadget dan media sosial secara benar, bijak, dan positif. Jika anak menjadi korban cyber bullying, segera laporkan ke pihak yang berwajib jika sudah berdampak serius. Jika belum, coba untuk konsultasikan dengan pihak sekolah dan anak yang membully.

 

Jika orang tua melihat perubahan pada anak seputar fisik maupun mental, seperti tidak percaya diri, tidak ceria, takut ke sekolah, dan lain sebagainya, sebaiknya orang tua perlu khawatir. Beri pengetahuan anak tentang dampak buruk bullying dan akibat melakukannya. Jika anak sudah menjadi korban bullying, beri anak semangat dan dorongan yang positif. Segera laporkan ke sekolah atau pihak yang berwajib. Jangan salahkan anak atas bullying yang terjadi, dukung dan bantu ia keluar dari permasalahan tersebut.

Baca Juga : Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak