Diare bisa disebabkan oleh banyak hal. Namun, penyebab yang paling umum dari penyakit ini adalah infeksi atau penyakit kronis. Yang jelas, penyebab utama diare harus ditemukan, sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pasalnya, diare yang tidak diobati bisa bertambah parah, sehingga berpotensi menyebabkan dehidrasi dan lelah. Jadi, penyakit ini harus diobati dengan cepat.

 

Biasanya, diare ringan bisa sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pemeriksaan lebih jauh. Namun kalau diare berlangsung lama (lebih dari 3 hari), maka sudah harus diperiksakan ke dokter. Apalagi kalau diarenya berdarah, disertai demam tinggi atau nyeri abdominal. Dokter akan memeriksa jika diarenya kronis atau akut. Kalau terbukti akut, maka biasanya disebabkan oleh infeksi. 

Baca juga: Yuk, Ketahui Penyebab Diare Pada Anak!

 

Mendiagnosis Penyebab Diare

Menurut portal Everyday Health, karena penyebab diare bisa berasal dari bagian tubuh manapun, ada beragam pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk mendiagnosis penyebabnya, mulai dari bagian otak hingga usus. Dokter akan melakukan pemeriksaan luar juga, yaitu dengan meraba bagian abdominal serta bagian anus atau rektal pasien.

 

Tes darah juga dilakukan untuk membantu dokter menemukan apakah pasien mengalami infeksi, anemia, inflamasi, atau ketidakseimbangan elektrolit (garam di darah). Dokter mungkin juga akan menyuruh pasien mengambil sampel feses diare untuk diperiksa di laboratorium. Dokter juga akan merekomendasikan pasien melakukan pemeriksaan ini untuk mendeteksi penyebabnya:

  • Kolonoskopi: Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan tabung kecil serta kamera ke dalam anus, untuk memeriksa apakah ada yang tidak normal dengan kolon (usus besar).
  • Sigmoidoskopi: Tes lain yang cara kerjanya sama dengan kolonoskopi. Hanya saja, pada tes ini yang diperiksa adalah rektum dan bagian bawah usus besar.
  • Tes tambahan lain: Dokter biasanya akan meminta pasien untuk mengambil beberapa sampel feses di rumah, untuk dibawah dan diperiksa di laboratorium. Tes ini biasanya harus dilakukan beberapa kali, terutama jika dokter ingin mendeteksi adanya parasit di feses.
  • Imaging: Tes ini termasuk CT scan, MRI, dan tes scan lainnya, yang bisa memberikan gambaran multi-dimensi dari saluran pencernaan.
  • Membatasi makanan: Dokter akan meminta pasien untuk tidak mengonsumsi makanan-makanan tertentu. Makanan-makanan yang dimaksud bisa berupa produk susu, produk gandum, dan lainnya. Dokter ingin melihat apakah jika dengan membatasi makanan tersebut, kesehatan pencernaan dan diare akan sembuh.

 

Baca juga: Waspada Diare, Penyakit Musiman di Kala Hujan

 

Dokter biasanya akan melakukan tes urine, untuk mencari tahu apakah pasien mengalami dehidrasi akibat diare dan membutuhkan pengobatan khusus. Pasalnya, diare juga menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan. Tes lain juga bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit lain, seperti penyakit celiac, inflammatory bowel disease, irritable bowel syndrome (IBS), atau penyakit tiroid yang menyebabkan diare kronisnya.

 

Pada beberapa kasus, biopsi di usus kecil juga harus dilakukan untuk mendiagnosis masalah, jika pemeriksaan darah dan tes skrining tidak menemukan penyebabnya. Tes yang dilakukan akan disesuaikan dengan faktor risiko dan riwayat medis. 

Baca juga: Waspada, 8 Hal Ini Mengakibatkan Diare pada Bayi!

 

Pada intinya, menentukan penyebab diare itu tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak penyakit yang menyebabkan masalah ini, mulai dari penyakit ringan hingga kronis. Oleh sebab itu, kalau Kamu mengalami diare yang tidak kunjung sembuh hingga lebih dari 3 hari, segera periksakan diri ke dokter. (UH/AS)

 

Atasi Diare pada Bayi