Kalau mau hidup sehat dan tidak mudah sakit, maka kuncinya adalah kekebalan tubuh yang kuat. Di manakan pusat kekebalan tubuh kita? Ternyata ada di saluran pencernaan, bukan di organ lain. Saluran pencernaan memanjang mulai dari kerongkongan hingga rektum. Dan bagian terbesar adalah usus.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70-80% sel kekebalan tubuh ditemukan di usus, di mana di sana hidup miliaran bakteri baik yang disebut mikrobiota dan mereka membantu mengatur respons imun. Mikrobioma usus yang sehat mendukung produksi sel imun, mengurangi peradangan kronis, dan membantu mencegah patogen berbahaya masuk ke tubuh.
Adanya gangguan pada saluran pencernaan atau terganggung mikrobiota di usus dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Lalu apa yang bisa mengganggu keseimbangan mikrobiota di usus?
Usus adalah otak kedua manusia
Saat ini gaya hidup sehat sudah menjadi rutinitas sebagian orang yang mulai sadar bahwa kesehatan adalah paling utama. Merea mulai rutin olahraga, makan lebih sehat, dan melakukan diet untuk menurunkan berat badan.
Namun, menurut dr. Vipada Sae-Lao, Nutrition Education and Training Lead – Asia Pacific, Herbalife, ada satu aspek yang kerap terabaikan yaitu kesehatan pencernaan terutama usus. Usus tidak hanya memengaruhi proses pencernaan, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan suasana hati, menambah energi, dan mendukung fungsi kekebalan tubuh.
Usus yang sehat memastikan tubuh dapat mengurai dan menyerap nutrisi penting dari makanan yang kita konsumsi, yang sangat vital untuk menjaga tingkat energi, kesehatan kulit, dan fungsi otak.
Tahukah Geng Sehat bahwa hanya dengan memikirkan makanan saja, cairan pencernaan sudah mulai diproduksi bahkan sebelum makanan masuk ke perut? Hal ini terjadi karena adanya hubungan antara otak dan sistem pencernaan, yaitu lambung dan usus.
Atau saat kita nervous mendadak perut melilit dan mual? Ternyata dalam kondisi seperti ini usus dan otak saling terhubung. Perasaan mual atau ‘gut wrenching experience’ bukan sekadar ungkapan, melainkan pengalaman fisik nyata yang dialami tubuh sebagai respons terhadap berbagai situasi emosional dalam kehidupan.
Oleh karena itu, dr. Sae-Lao menekankan bahwa pendekatan menyeluruh terhadap kesehatan yang baik dimulai dengan memahami hubungan otak dan usus. Otak bertindak sebagai pusat kendali tubuh, sementara usus berfungsi layaknya ‘otak kedua’, memengaruhi segala hal mulai dari penyerapan nutrisi, kekebalan tubuh, hingga kejernihan mental.
Cara menjaga kesehatan usus
Kesehatan mikroorganisme atau mikrobiota di dalam usus sangat bergantung pada makanan yang kita konsumsi. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah pencernaan sangat beragam, antara lain konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan rendah serat, yang semuanya dapat memperlambat proses pencernaan.
Menjaga keseimbangan mikrobioma usus, selain berdampak pada kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan daya tahan tubuh, ternyata juga memengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Dan salah satu cara menjaga keseimbangan mikrobiotas usus adalah dengan mengonsumsi makanan kaya serat, seperti yang terdapat pada buah, sayur, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan.
Serat dapat meningkatkan pencernaan dan mencegah sembelit. Serat larut seperti pada apel, pisang, oat, kacang polong, dan kacang hitam, akan larut dalam air dan membentuk gel di lambung, memperlambat pencernaan. Hal ini membantu mengontrol kadar gula darah, kolesterol, serta mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus. Konsumsi makanan kaya probiotik seperti yogurt, kefir, dan sayuran fermentasi juga dapat mendukung bakteri usus yang sehat, yang penting untuk pencernaan dan fungsi kekebalan tubuh.
Kebiasaan makan yang baik juga penting untuk menjaga kesehatan pencernaan, seperti makan secara perlahan, menghindari makan berlebihan atau makan dalam porsi besar sebelum tidur, memastikan asupan air cukup untuk membantu penyerapan nutrisi dan menjaga hidrasi saluran pencernaan. Menghindari makanan olahan berlebihan dan lemak tidak sehat dapat mencegah peradangan dan masalah pencernaan lainnya, sehingga usus dapat berfungsi secara optimal.
Bersamaan dengan peringatan Hari Kesehatan Pencernaan Sedunia (World Digestive Health Day) tanggal 29 Mei, dr. Sae-Lao mengingatkan masyarakat Indonesia untuk memprioritaskan kesehatan usus karena mendukung tidak hanya pencernaan, tetapi juga kesehatan secara keseluruhan.(AY)