“Pak, datanya sudah saya letakkan di meja, ya,” ucap seorang karyawan kepada manajernya.

 

“Apa?” jawab manajer. Sang Karyawan pun mengulangi lagi ucapannya barusan dengan nada yang tetap sopan. Namun, ternyata sang Manajer yang sudah berusia kepala 6 itu belum kunjung mengerti ucapan karyawannya.

 

Akhirnya dengan berat hati, karyawan tersebut mengulang kalimatnya dengan suara setengah berteriak, barulah sang Manajer dapat mengerti ucapannya.

 

Memang sudah bukan rahasia lagi bahwa sang Manajer tidak mendengar dengan baik, sehingga komunikasi harus dilakukan dengan suara yang agak keras. Hal ini terkadang membuat karyawannya bertanya-tanya mengapa manajer mereka mengalami hal ini.

 

Mengenal Presbikusis

Ternyata yang dialami sang Manajer adalah presbikusis. Presbikusis adalah keadaan pendengaran berkurang pada kedua telinga, terutama suara bernada tinggi dan biasanya dialami mulai usia 60-an. Keadaan ini bersifat progresif, sehingga dapat semakin memburuk seiring waktu.

 

Baca juga: Penderita Diabetes Berisiko Tuli, Begini Cara Mencegahnya!

 

Faktor penyebab presbikusis sangatlah luas, karena keadaan ini digolongkan pada penyakit degeneratif atau akibat penuaan. Faktor penyebabnya antara lain:

  1. Penyakit metabolik, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolestrol.
  2. Makanan.
  3. Keturunan (genetik).
  4. Terpapar suara yang bising, dan lain-lain.

 

Penyebab prebikusis digolongkan menjadi sosiokusis, yakni terjadi karena akumulasi paparan suara terus-menerus, dan nosokusis, yaitu akibat penggunaan obat-obatan tertentu yang berefek terhadap pendengaran serta penyakit metabolik lain.

 

Gejala Presbikusis

Gejala presbikusis yang dialami antara lain:

  • Suara di sekitar terdengar tidak jelas, sehingga tidak memahami isi pembicaraan, terutama suara anak dan wanita yang cenderung bernada tinggi.
  • Harus mengengarkan radio atau televisi dengan volume tinggi.
  • Kesulitan menentukan arah datangnya suara.
  • Kesulitan memahami pembicaraan di situasi ramai atau cokctail party deafness. Namun jika sumber suara dikeraskan, telinga terasa sakit.
  • Tinitus, yaitu suara berdenging terutama nada tinggi.

 

Gejala-gejala ini mulai muncul pada usia 50-an, tetapi baru dirasakan oleh penderita pada usia 60-an.

 

Baca juga: Jangan Pernah Memencet Jerawat di Telinga!

 

Terapi Presbikusis

Pada keadaan ini, disarankan mengurangi paparan suara keras dan menggunakan alat pelindung telinga, seperti sumbat telinga, jika berada di tempat bising. Ini berguna untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari organ pendengaran. Jika dibutuhkan, dapat menggunakan pengeras suara ketika menggunakan telepon.

 

Penderita presbikusis sebaiknya memakai alat bantu dengar, sehingga suara kecil dan suara keras tetap dapat terdengar dengan nyaman. Selain itu, dapat dilakukan terapi wicara agar penderita terbiasa membaca gerakan bibir lawan bicara untuk membantu pendengaran. Jika alat bantu dengar dirasa tidak cocok, dapat dilakukan operasi untuk membantu memperbaiki fungsi pendengaran.

 

Terapi dengan obat masih kontroversial, karena belum ada penelitian yang membuktikan keefektifan obat tersebut. Beberapa sumber menyebutkan terapi dengan antioksidan dapat membantu penderita presbikusis.

 

Baca juga: Wanita Ini tak Bisa Mendengar Suara Laki-laki!

 

Cek Pengengaran Kamu

Bila Kamu mengalami beberapa hal di bawah ini, ada kemungkinan Kamu menderita gangguan pendengaran:

  • Apakah Kamu terkadang merasa malu untuk bertemu orang lain karena kesulitan mendengar?
  • Apakah Kamu merasa frustrasi untuk berkomunikasi dengan orang lain karena sulit mendengar?
  • Apakah Kamu merasa kemampuan mendengar berkurang?
  • Apa Kamu kesulitan mendengar suara di dalam bioskop?
  • Apakah Kamu kesulitan mendengar suara TV atau radio, padahal menurut orang lain suaranya sudah cukup keras?

 

Jika Kamu kebanyakan menjawab "iya", maka sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mengevaluasi seberapa berat penurunan fungsi pendengaran yang Kamu alami. Pasalnya, keadaan ini bersifat progresif. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik telinga dan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan alat khusus.

 

Baca juga: Mums, Jangan Membersihkan Sendiri Kotoran Telinga si Kecil!