Sejak pertengahan minggu lalu, linimasa media sosial saya dipenuhi dengan informasi dari para penyedia pelayanan kesehatan, seperti klinik atau rumah sakit, bahwa vaksin MMR telah tersedia kembali di tempat mereka dan siap untuk digunakan.

 

Hal ini sontak menjadi perbincangan heboh di kalangan orang tua. Maklum, vaksin MMR sudah lama sekali tidak tersedia di Indonesia. Berdasarkan ingatan saya, vaksin MMR terakhir tersedia di Indonesia pada tahun 2015.

 

Jika Mums dan Dads mengikuti forum-forum orang tua, pasti tahu bahwa beberapa orang tua sengaja membawa anaknya ke negara tetangga, seperti Singapura atau Malaysia, untuk mendapatkan vaksin MMR. Namun, tentu saja tidak semua keluarga mempunyai privilege finansial seperti itu.

 

Baca juga: Penjelasan Mengapa Program Vaksin MR Terancam Gagal

 

 

Nah, saat beredar kabar bahwa vaksin MMR sudah tersedia kembali di Indonesia, rumah sakit dan klinik segera diserbu para orang tua yang ingin segera memvaksin anaknya. Tak terkecuali di rumah sakit tempat saya bekerja sendiri. Hampir setiap hari ada telepon yang menanyakan ketersediaan vaksin MMR dan minta divaksin. Agar lebih memahami mengenai vaksin MMR yang sedang booming karena kemunculannya kembali, yuk kita lihat 7 fakta di balik vaksin MMR!

 

1. Berbeda dengan vaksin MR, vaksin MMR memberikan perlindungan untuk penyakit mumps

Salah satu pertanyaan yang paling sering saya terima dari orang tua yang hendak memvaksin anaknya adalah apa bedanya vaksin MR dan MMR? Vaksin MMR adalah vaksinasi berisi virus hidup yang dilemahkan, yang memberikan imunitas terhadap penyakit measles (campak), mumps (gondongan), dan rubella (campak Jerman). Sedangkan vaksin MR, yang menjadi program nasional, memberikan perlindungan terhadap penyakit measles (campak) dan rubella (campak Jerman) saja.

 

Mumps atau yang dikenal dengan nama gondongan, adalah suatu penyakit infeksi virus yang menyerang kelenjar penghasil air ludah (salivary glands) di dekat telinga. Mumps akan menyebabkan bengkak di salah satu atau kedua kelenjar ludah dan biasanya diiringi pula dengan rasa sakit di daerah tersebut. Mumps penting untuk dicegah karena penyebarannya sangat mudah terjadi, yaitu lewat liur atau percikan liur dari bersin atau batuk.

 

Salah satu yang membuat orang tua khawatir adalah karena mumps dikabarkan dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Memang jika seorang pria, terutama pada usia pubertas, terkena mumps, salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah orchitis atau pembengkakan testikel. Namun, hal ini sangat jarang menyebabkan kemandulan.

 

Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat ini pemerintah memprioritaskan pengendalian campak dan rubella karena bahaya komplikasinya yang berat dan mematikan. Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk, hingga kematian.

 

Sementara rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak. Akan tetapi bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Kecacatan tersebut dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital, meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian, serta keterlambatan perkembangan.

 

Namun karena mumps juga penting untuk dicegah, maka anak tetap dapat menerima vaksin MMR meskipun sudah pernah diberikan vaksin MR. Mums dan Dads dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak mengenai hal ini!

 

2. Vaksin MMR diberikan untuk anak usia 15 bulan dan diulangi di usia 5 tahun

Dari jadwal vaksinasi yang dikeluarkan oleh IDAI, vaksinasi MMR diberikan sebanyak dua kali. Yang pertama ketika anak berusia 15 bulan dan yang kedua ketika berusia 5 tahun. Jika saat ini si Kecil sudah berusia lebih dari 15 bulan, vaksinasi MMR tetap dapat diberikan, terutama jika ia sama sekali belum mendapatkan vaksinasi untuk imunitas terhadap penyakit campak, gondongan, dan rubella.

 

Baca juga: MUI Perbolehkan Vaksin MR Selama Belum Ada Alternatifnya

 

3. Vaksin MMR diberikan secara subkutan

Jika beberapa jenis vaksin lazim diberikan secara intramuscular alias diinjeksi ke dalam otot di daerah paha atau pantat, untuk vaksin MMR pemberiannya diberikan secara subkutan alias di bawah lapisan kulit. Area penyuntikan yang disarankan adalah di lengan atas. Karena di lengan atas, ada baiknya Mums and Dads menyiapkan baju yang lengannya mudah dibuka atau disingsingkan saat si Kecil akan menerima vaksin ini.

 

 

4. Pasien yang sedang demam tidak dapat menerima vaksin MMR

Karena berisi virus hidup yang dilemahkan, maka vaksin MMR akan bekerja merangsang tubuh untuk melawan virus yang masuk tersebut, sehingga akhirnya tubuh memiliki kekebalan. Sebagai efeknya, biasanya terjadi demam setelah pemberian vaksin.

 

Vaksin MMR sendiri tidak dapat diberikan jika pasien sedang berada dalam kondisi demam, terutama jika suhunya 38,5°C atau lebih. Namun menurut The Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), vaksin MMR tetap dapat diberikan pada kondisi diare ringan, infeksi saluran pernapasan atas yang ringan dengan demam low-grade, atau kondisi lain yang menyebabkan low grade fever.

 

5. Pemberian vaksin MMR harus diberikan satu bulan sebelum atau sesudah vaksin hidup lainnya

Kambali kepada fakta bahwa vaksin MMR berisi virus hidup yang dilemahkan, maka pemberian vaksin MMR harus dijeda sebulan sebelum atau sesudah vaksin hidup lainnya. Misalnya, vaksin difteri-pertusis-tetanus (DTP) atau vaksin polio oral (OPV). Sebab dikhawatirkan imunitas yang dibentuk tubuh menjadi tidak sempurna karena tubuh terlalu ‘sibuk’ memerangi banyak antigen dalam waktu bersamaan.

 

Baca juga: Mengenal Rubella dan Vaksin MR

 

6. Vaksin MMR berbentuk serbuk kering yang harus dilarutkan terlebih dahulu

Vaksin MMR yang saat ini beredar di Indonesia hadir dengan nama MMR-II. Menurut keterangan dari pabrik pembuatnya, vaksin ini berbentuk serbuk kering, yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarutnya sebelum digunakan. Setelah larut, cairan vaksin yang siap disuntikkan ini akan berwarna kekuningan cerah. Adapun vaksin MMR harus disimpan di kulkas (suhu 2-8°C) terlebih dahulu sebelum digunakan.

 

7. Wanita hamil atau berencana hamil tidak boleh menerima vaksin MMR

Selain anak-anak, remaja dan orang dewasa juga dapat menerima vaksin MMR, terutama jika sejak lahir belum mendapatkan kekebalan terhadap campak, mumps, dan rubella. Beberapa pasien dewasa sendiri juga datang ke rumah sakit tempat saya bekerja untuk melakukan vaksinasi ini. Beberapa di antaranya untuk melengkapi persyaratan vaksinasi yang diminta oleh beberapa negara, sebagai syarat penerbitan visa izin tinggal.

 

Namun yang perlu diperhatikan adalah vaksin MMR tidak dapat diberikan kepada wanita yang sedang hamil ataupun wanita yang berencana hamil dalam jangka waktu 3 bulan setelah vaksinasi. Hal ini berhubungan dengan adanya komposisi virus rubella dalam vaksin MMR. Yup, virus ini dapat menyebabkan janin yang dikandung lahir prematur dan bayi yang dilahirkan mengalami kecacatan.

 

Mums, itu dia 7 fakta vaksin MMR yang saat ini sedang menjadi pembicaraan di kalangan orang tua karena sudah tersedia kembali di Indonesia. Saya sendiri sudah memberikan vaksinasi ini kepada anak saya yang berusia 19 bulan. Untuk dosis kedua, sesuai jadwal dari IDAI akan diberikan pada saat usia 5 tahun.

 

Konsultasikan dengan dokter yang merawat buah hati Mums dan Dads mengenai kapan sebaiknya anak mendapatkan vaksin MMR, ya! Dan jangan lupa, selalu lakukan vaksinasi di klinik atau rumah sakit yang kredibel dan dapat memberikan jaminan keaslian vaksin yang dijual. Salam sehat!

 

Baca juga: 5 Tips Sukses Vaksin MR

 

Jadwal Imunisasi Anak - GueSehat.com

 

Referensi:

IDAI. (2019). Daftar Pertanyaan Seputar Imunisasi Campak/Measles dan Rubella (MR)

Merckvaccines.com. (2019). Official Site for M-M-R®II (Measles, Mumps, and Rubella Virus Vaccine Live)