Kalau sakit Kamu pasti pergi ke dokter kan? Saat bertemu dengan dokter, biasanya pasien akan berkonsultasi tentang gejala penyakit yang dirasakan. Setelah itu Kamu diberikan resep. Nah, saat menebus obat di apotek, apakah Kamu pernah berkonsultasi dengan apoteker secara langsung?

 

Berkonsultasi dengan apoteker atau petugas farmasi, memang tidak umum dilakukan. Biasanya pasien hanya bertemu dengan petugas apotek saat mengambil obat dan ia hanya akan menjelaskan dengan singkat cara minum obat. Misalnya diminum 3 kali sehari, sebelum atau sesudah makan, dan obat harus dihabiskan atau tidak. Di mana apotekernya? Biasanya ada di ruangan lain di belakang, tempat meracik obat.  

 

Padahal pengetahuan Kamu dan masyarakat pada umumnya tentang obat bisa dibilang minim. Konsumen berhak bertanya, jenis obat apa yang diberikan, bagaimana interaksi obat dengan obat lain, termasuk cara menggunakan dan menyimpannya. Itulah gunanya Kamu berkonsultasi dengan apoteker. 

 

Baca juga: Mengenal Ranitidin, Obat yang Ditarik dari Peredaran

 

Pentingnya Berkonsultasi dengan Apoteker

Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Nurul Falah Eddy Pariang, menjelaskan, bahwa semua pertugas kesehatan memiliki tanggung jawab yang sama dalam melayani pasien, yaitu mengedepankan keselamatan pasien.

 

Obat adalah salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan. “Apoteker memiliki tanggung jawab memastikan obat digunakan dengan tepat oleh pasien,” jelasnya dalam acara penandatanganan kesepakatan kerjasama IAI dengan PT Merck Tbk, di Jakarta , Selasa (15/9).

 

Apalagi, tambah Nurul Falah, saat ini pembelian obat melalui aplikasi online semakin meningkat. Kadang, obat dihantarkan oleh ojek online atau kurir. “Ini menjadi masalah karena apoteker tidak bisa menjelaskan langsung pada pasien dan tidak bisa dipastikan apakah obat sampai ke pasien dengan selamat,” jelasnya.

 

Baca juga: Jangan Ragu Minta Resep Obat Generik

 

Apa saja yang Bisa Dikonsultasikan dengan Apoteker?

Tidak hanya tentang cara penggunaan obat, tetapi saat berkonsultasi dengan apoteker, Kamu bisa menanyakan hal-hal berikut:

 

1. Memastikan obat yang didapatkan asli

Obat yang benar dan asli (bukan obat palsu) umumnya didapatkan di tempat yang resmi, yaitu apotik dan unit farmasi rumah sakit. Jika Kamu menebus obat di toko obat, tidak menjamin obat itu asli. Maka jangan sembarangan membeli obat di toko obat.

 

Jika Kamu membeli obat melalui online, tidak ada salahnya membawa ke apotek untuk memastikan bahwa obat tersebut masih layak pakai. Jangan sembarangan memilih apotek, pilih yang jelas kredibilitasnya dan ada apoteker yang praktek saat itu.

 

2. Bagaimana menggunakan obat dengan benar

Obat harus digunakan sesuai jenis dan indikasi penyakitnya. Misalnya obat untuk demam atau anti nyeri, ada yang diminum, atau dalam bentuk suposituria (dimasukkan melalui anus). Antibiotik, harus dihabiskan dalam waktu 3 hari, misalnya.

 

3. Bagaimana cara menyimpan obat dengan benar

Menyimpan obat berbeda dengan menyimpan makanan, dan tidak semua obat harus disimpan. Misalnya, antibiotik yang mengandung asam klavulanat, tidak boleh disimpan di suhu lebih dari 20 derajat Celcius karena akan rusak.

 

Jadi obat tertentu harus disimpan dalam suhu sejuk, bahkan di kulkas.Selain itu simpan obat jauh dari jangkauan anak-anak. Karena ada obat yang bentuknya pil mirip permen, bisa jadi anak-anak tidak tahu dan diminum.

 

4. Cara Membuang Sisa Obat

Membuang sisa obat yang sudah tidak terpakai tidak boleh sembarangan termasuk membuang kemasannya. Buanglah sisa obat dan kemasannya dengan aman agar tidak membahayakan orang lain.

 

Baca juga: Yuk, Ajak Si Kecil Jadi Apoteker dan Mengenal Obat Herbal!


Memilih Apoteker yang Profesional

Nah, agar pelayanan konsultasi dengan apoteker ini berjalan baik, Nurul Falah mengatakan bahwa IAI terus meningkatkan kemampuan anggotanya. Salah satunya dengan memberikan pelatihan. IAI berkerjasama dengan PT Merck Tbk melatih 160 apoteker untuk pengobatan penyakit yang umum dijumpai yakni tiroid, hipertensi dan diabetes.



160 apoteker ini nanti akan menjadi trainer untuk 110.000 opoteker lainnya di seluruh Indonesia. "Peningkatan mutu penting karena mereka melayani pasien. Jadi untuk memastikan keselamatan pasien, para apoteker tidak hanya harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) tetapi juga memiliki kompetensi melayani pasien yang memerlukan jasa konsultasi obat,” ujar Nurul Falah.

 

Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin menambahkan, nantinya hasil kerjasama pelatihan ini akan dihasilkan modul pelatihan terakreditasi oleh IAI, yang bisa dimanfaatkan oleh 1.650 apoteker di 3 kota besar 3 kota besar lainnya. 

 

Nah jika Kamu akan membeli atau menebus obat, pilihlah apotek terpercaya dan jangan sungkan berkonsultasi dengan apoteker. 

 

Baca juga: Melalui Inovasi Metformin, Ferron Tembus Pasar Eropa dan Raih Penghargaan Primaniyarta 2019