Siapa yang tidak pernah merasakan kelezatan ikan nila? Digoreng ataupun dibakar, keduanya tetap enak untuk disajikan di waktu lapar. Apalagi disajikan dengan menu lalapan plus sambel korek, pasti kenikmatannya tambah maksimal, ya?

 

Ikan nila banyak ditemukan di warung makan yang menyajikan menu ikan sampai warung angkringan. Hasil panen yang berlimpah membuat harga ikan nila juga cenderung terjangkau dengan kantong kita.

Baca juga: Perlukah Anak Mengonsumsi Suplemen Minyak Ikan?

 

Nila merupakan ikan air tawar yang berasal dari danau Afrika. Ikan ini telah diperkenalkan di beberapa negara lainnya, termasuk di Indonesia, sebagai jenis ikan peliharaan untuk dikonsumsi. Dengan kebandelannya, ikan nila mampu bertahan di lingkungan ekstrem. Karenanya, banyak petani ikan yang memutuskan untuk membudidayakan ikan ini.

 

Malahan ikan nila juga berperan dalam dunia kesehatan, lho. Baru-baru ini, seorang dokter di Brazil tengah mengggunakan kulit ikan nila sebagai obat bagi pasien luka bakar. Namun di balik khasiat dan kelezatan ikan nila, ada juga hal yang harus diperhatikan bagi para penggemar jenis ikan ini jika mengonsumsinya secara berlebihan, seperti dirangkum dari laman Elitereaders.com.

  1. Dengan mudahnya pemeliharaan ikan jenis ini, banyak petani ikan nila yang mengabaikan perawatan budidayanya. Dan itu akan memberikan efek buruk terhadap lingkungan, meliputi polusi air dan penyebaran penyakit ikan.
  2. Ternyata ikan nila mengandung lemak, tetapi bukan asam lemak yang menyehatkan manusia. Ikan ini tidak memiliki banyak asam lemak Omega-2 dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya. Sebaliknya, ikan nila mengandung asam lemak Omega-6 sangat tinggi, yang tidak baik bagi manusia. Sebuah laporan yang dirilis oleh Wake Forest University School of Medicine yang berbasis di Carolina Utara menyatakan, "Jumlah Omega-6 pada ikan nila lebih tinggi dari hamburger atau daging." Tingginya Omega-6 bisa menyebabkan kerusakan inflamasi saraf yang didahului dengan Alzheimer.
  3. Para petani ikan sering memberi antibiotik dan pestisida untuk melawan kutu air. Bahkan, beberapa nila ditemukan mengandung dibutylin, yaitu bahan kimia yang digunakan dalam plastik PVC. Penelitian mengungkapkan bahwa zat ini diidentifikasi sebagai penyebab obesitas, alergi, asma, dan gangguan metabolik lain dalam beberapa tahun terakhir.
  4. Ikan Nila di peternakan biasanya hidup dalam jumlah banyak dan penuh sesak. Akhirnya, mereka memakan kotoran mereka sendiri. Selain itu, ada laporan tentang budidaya ikan nila di Tiongkok yang diberi makan kotoran babi dan angsa. Seperti dikutip dari artikel Bloomberg, Michael Doyle, direktur pusat keamanan makanan University of Georgia menyatakan, "Kotoran hewan di Tiongkok sering dipakai untuk memberi makan ikan. Padahal, kotoran tersebut sudah terkontaminasi dengan mikroba, seperti salmonella. Saat ini, banyak petani telah berhenti menggunakan pakan komersial dan beralih ke kotoran hewan untuk memberi makan ternak mereka."
  5. Ikan nila yang dimakan umumnya mengandung dioxin, yaitu bahan kimia karsinogen yang beracun. Setelah dioxin masuk ke tubuh manusia, 7-11 tahun kemudian zat itu akan menyebabkan kanker.

 

Nah, kelima alasan ini membuat kita perlu berhati-hati ya mengenai asal-muasal ikan nila yang acap dikonsumsi. Karena kesehatan lebih mahal dari kelezatan sesaat. Namun jika telah terlanjur cinta dengan ikan ini, bisa saja kita memelihara sendiri ikan nila di pekarangan rumah kita. Dengan perawatan yang mudah, kita bisa mengontrol semua proses pembesarannya di dalam kolam.

 

Kita bisa membuat kolam di depan atau di perkarangan rumah, yang dijadikan 1 dengan sistem hidroponik di rumah. Pakannya juga banyak tersedia di toko perikanan, dengan harga yang terjangkau. Soal benih juga banyak tersedia di pembudidayaan yang ada di daerah kita. Jadi, kenikmatan dan kelezatan ikan nila pun dapat memberikan kita kesehatan maksimal, ya.

Baca juga: Manfaat di Balik Nikmatnya Ikan Salmon