Saat umur kehamilan sekitar 37 hingga 42 minggu, banyak persiapan yang Mums lakukan untuk proses persalinan. Mums tidak selalu bisa memilih metode persalinan yang diinginkan, karena kondisi Mums dan janin perlu menjadi pertimbangan. Jika keduanya dalam kondisi sehat, persalinan normal dapat dilakukan. Namun jika terjadi banyak kendala, atau Mums tidak ingin melahirkan secara normal, dapat dilakukan operasi caesar.

 

Setiap metode persalinan, memiliki risiko masing-masing. Pada beberapa kasus persalinan, tidak menutup kemungkinan bayi harus dikeluarkan dengan menggunakan alat bantu. Ada beberapa alat bantu yang digunakan, salah satunya adalah vakum. Metode ini dikenal dengan ekstraksi vakum.

 

Ekstraksi vakum atau melahirkan dengan bantuan vakum adalah salah satu metode yang digunakan untuk membantu memperlancar proses persalinan. Melahirkan dengan proses ini dapat dilakukan apabila saat melahirkan timbul masalah ataupun gangguan yang dipicu oleh kondisi janin maupun Mums sendiri.

Baca Juga : 4 Hal yang Harus Dipersiapkan Menjelang Proses Persalinan

 

Bagaimana Cara Penggunaan Vakum?

Saat persalinan normal, mungkin saja terjadi gangguan pada janin atau Mums, sehingga memerlukan vakum. Kondisinya antara lain, Mums sudah tidak kuat mengejan atau kondisi gawat janin.  Alat yang digunakan saat ekstraksi vakum berbentuk cup yang terbuat dari plastik maupun logam. Alat ini memiliki pegangan pada bagian bawah cup yang berfungsi untuk menarik bayi. Kemudian, bagian atas ekstraksi atau cupnya akan dimasukkan ke jalur lahir. Jika dibutuhkan, dokter akan menggunting area perineum Mums untuk memasukkan ekstraksi. Ketika ekstraksi vakum sudah berada di kepala bayi, dokter akan meminta Mums untuk mengejan sambil menarik perlahan bayi. Namun, jika Mums sudah mendapatkan suntik epidural dan tidak merasakan kontraksi, biasanya dokter akan memberi isyarat pada Mums.

 

Ekstraksi vakum dapat dilakukan selama 3 kali percobaan. Jika dalam 3 kali bayi belum juga keluar, kondisi ini sebaiknya dihentikan. Umumnya dokter akan memberikan alternatif alat bantu yang lainnya, seperti forceps atau memulai prosedur melahirkan dengan operasi caesar.

 

Kondisi yang Membutuhkan Bantuan Vakum

Alat bantu seringkali ditawarkan jika proses persalinan terasa lama dan begitu melelahkan bagi Mums. Selain dapat membantu Mums, proses ini juga membantu bayi agar cepat keluar, sehingga proses persalinan tidak terlalu lama. Proses ini biasanya dilakukan bagi wanita yang baru pertama kali melahirkan.

 

Beberapa kondisi hambatan persalinan yang terjadi seperti saat Mums mengalami kelelahan saat persalinan sementara bayi tidak kunjung keluar, ada pula saat bayi mengalami stres saat Mums mengejan dan kondisi medis yang membuat Mums tidak boleh mengejan terlalu lama. Selain itu, ekstraksi vakum dapat digunakan ketika dokter bersalin perlu memutar kepala bayi agar sesuai dengan posisi lahir yang disarankan.

Baca Juga : Lakukan Pijat Parenium Agar Vagina Tidak Robek Saat Melahirkan

 

Terdapat beberapa kondisi bayi yang tidak boleh melahirkan dengan menggunakan bantuan alat vakum, seperti saat kondisi bayi prematur atau kurang dari 34 minggu usia kehamilan dan bayi dengan keadaan sungsang.

 

Risiko Melahirkan dengan Bantuan Vakum

Setiap proses persalinan yang dilakukan, memiliki risiko tersendiri. Penggunaan vakum diketahui memiliki risiko yang lebih rendah daripada forceps yang dapat mengakibatkan cedera pada vagina dan perineum (daerah antara vagina dan anus). 

 

Risiko bagi Mums

Bagi wanita yang melahirkan dengan bantuan alat, berisiko mengalami pembekuan atau penggumpalan pada pembuluh darah kaki dan panggul. Untuk itu, Mums harus banyak bergerak, mendapatkan suntik khusus heparin oleh dokter atau menggunakan stoking khusus. Mums juga biasanya akan kesulitan menahan buang air besar dan mbuang air kecil akibat sobekan yang terjadi saat perineum digunting ketika melahirkan.

 

Risiko pada bayi

Bayi yang dilahirkan dengan bantuan ekstraksi vakum, umumnya akan memiliki bekas di kepala berbentuk cup yang akan hilang dalam 2 hari. Jika keadaan sedikit parah, kepala bayi akan mengalami lebam pada area kepala (cephalhaematoma) yang akan menghilang dengan sendirinya. Terdapat pula beberapa efek yang mungkin terjadi, jika proses melahirkan dengan bantuan vakum tidak berjalan dengan baik atau ditangani oleh dokter yang kurang berpengalaman, seperti:

1. Luka dan lecet

Luka dan lecet adalah hal umum yang terdapat di kepala bayi setelah melahirkan, biasanya dokter akan memberikan antiseptik untuk menangani luka tersebut yang akan hilang dalam beberapa hari. 

2. Caput atau kepala bayi lonjong

Kepala bayi lonjong diakibatkan oleh tekanan dari vakum yang berfungsi menyedot kepala bayi. Namun, kondisi ini dapat kembali normal. Faktanya, ada pula bayi yang lonjong kepalanya, kibat lamanya proses persalinan.

3. Perdarahan di area kepala

Perdarahan ini bisa terjadi pada rongga kepala bayi yang biasa disebut intrakranial hemorhagi. Umumnya terjadi akibat tarikan dari alat vakum dan lamanya Mums mengejan. Perdarahan di bawah kepala dapat hilang dengan sendirinya sesuai berjalannya waktu, namun perdarahan pada rongga kepala memerlukan tindakan medis yang tepat. 

Baca Juga : Mums, Waspadai Air Ketuban Tidak Normal