Sepertinya, saat ini sedang tren melahirkan secara caesar walaupun kondisi ibu dan janin sehat. Sebenarnya, bolehkah caesar dilakukan meski tidak ada kondisi medis kehamilan? Sepanjang sejarah, bedah caesar telah menyelamatkan banyak nyawa ibu dan bayi. Sekarang, sejumlah besar ibu hamil justru memilih untuk melahirkan dengan prosedur ini walaupun tanpa indikasi medis. Menurut penelitian, saat ini, sebanyak 50 persen operasi caesar di seluruh dunia merupakan caesar elektif, yaitu pasien berinisiatif memilih sendiri untuk menjalani operasi ini dibandingkan persalinan normal.

 

Sebenarnya, ada banyak hal yang dapat menyebabkan ibu memilih caesar, yaitu:

  1. Takut Sakit

Kebanyakan ibu takut bersalinan normal, karena mendengar banyak cerita yang mengatakan, “Aduh, kontraksi sakit sekali,” dan cerita lain yang mengerikan. Sebuah artikel dalam jurnal medis di negara-negara Skandinavia mengatakan bahwa ketakutan akan sakit bersalin merupakan dilema yang banyak dialami bumil, namun sayangnya, tak banyak mendapat perhatian. Ketakutan inilah yang menjadi alasan utama mengapa angka caesar elektif semakin meningkat dari tahun ke tahun.

 

Sebenarnya, nyeri bersalin tidak seharusnya menjadi alasan untuk menghindari persalinan normal. Hal ini karena sudah banyak cara untuk meringankannya, seperti epidural. Dukungan dan persiapan yang baik juga penting untuk menjalani persalinan yang lancar. Cobalah untuk berolahraga jika memang kondisi kehamilan baik. Olahraga dipercaya membantu mempermudah persalinan.

 

  1. Keinginan untuk Mengontrol

Operasi caesar dipilih karena ibu bisa memilih tanggal persalinan, yang berarti bisa mengontrol persalinan. Padahal, ketika memilih operasi caesar, yang bisa dikontrol hanya tanggalnya saja. Saat tiba di rumah sakit, ibu hanyalah pasien. Sebenarnya, dalam persalinan normal, ibu justru memiliki kontrol sepenuhnya selama proses persalinan, misalnya ia tahu kapan harus mengejan, atau mengetahui ketika tubuhnya tak lagi kuat, sehingga memerlukan bantuan epidural, dan lain-lain.

 

  1. Mengurangi Risiko Vagina Robek

Pengaruh persalinan normal pada kerusakan otot panggul dan risiko disfungsi seksual juga terkadang menakutkan beberapa bumil. Namun, hal ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk memilih caesar. Kerusakan ini bisa diminimalkan, jika persalinan dilakukan dengan benar. Risiko vagina rober akan terjadi jika ibu mengejan sebelum waktunya. Kerusakan otot panggul juga bisa terjadi jika perut ibu didorong karena ingin bayi cepat keluar.

 

Baca Juga: Manakah yang Lebih Baik, Persalinan Caesar atau Normal? 

 

Melanggar Kode Etik?

Sebenarnya, apakah caesar elektif melanggar kode etik kedokteran? Di Amerika pada 2006, sudah ada pertemuan khusus yang diselenggarakan oleh The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) untuk membahas mengenai hal ini. Pertemuan tersebut menyepakati bahwa tindakan caesar atas permintaan pasien tidaklah melanggar kode etik, asal dokter telah lebih dulu memberikan informasi mengenai risiko yang mungkin timbul, seperti kematian ibu, emboli paru, infeksi, perlengketan, komplikasi anestesi, hingga kemungkinan operasi caesar berulang di masa datang.

Di Indonesia sendiri masalah ini telah dibahas secara intens oleh Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Pada pertemuan terakhir POGI di Jakarta, Juli 2011 telah disepakati bahwa tindakan caesar atas permintaan pasien bukanlah suatu bentuk pelanggaran etik, selama dilakukan melalui informed consent khusus. Informed consent adalah adanya surat persetujuan tindakan bedah caesar dengan format khusus, dan dijelaskan langsung oleh dokter yang akan melakukan tindakan didampingi oleh saksi dari pihak dokter, juga saksi dari pasien. Informed consent tersebut mencakup:

1. Permintaan tertulis bahwa pasien meminta untuk dilakukan tindakan bedah Caesar.
2. Bahwa pasien telah dijelaskan oleh dokter yang akan membedah tentang :
(a) Telah dilakukannya pemeriksaan oleh dokter mengenai kondisi pasien yang sebenarnya dapat melakukan persalinan normal.
(b) Persalinan melalui caesar tidak lebih baik jika dibandingkan dengan persalinan normal.
(c) Adanya risiko yang dapat timbul pada ibu dan janin berkaitan dengan tindakan bedah caesar.

Walaupun dilakukan bedah Caesar atas permintaan pasien, persalinan hendaknya tetap dilakukan pada usia kehamilan cukup bulan, yaitu 38-39 minggu. Untuk beberapa kasus, jika ibu menginginkan tanggal tertentu untuk bersalin (karena tanggal tersebut spesial, misalnya 12-12-12), jika kehamilannya cukup bulan, dokter biasanya akan terlebih dahulu menyarankan pemberian induksi agar persalinan normal tetap bisa dilakukan.

 

 

Baca Juga

Senam Hamil untuk Mempermudah Persalinan

Mengenal Anestesi saat Persalinan

Serba-Serbi Persalinan Caesar