Beberapa hari yang lalu, saya memeriksakan kehamilan saya yang kedua dengan dokter yang berbeda. Pasalnya, saya ingin melahirkan secara normal dengan menggunakan BPJS. Tapi bukan berita baik yang didapat, saya malah mendengar berita yang kurang mengenakkan.

 

Saya pribadi sempat stres berat karena didiagnosis dokter mengalami plasenta previa. Berikut beberapa kutipan artikel yang saya baca mengenai plasenta previa yang saya ambil dari beberapa sumber di internet.

 

Plasenta previa adalah perlekatan plasenta atau ari-ari yang berada di bagian bawah rahim, sehingga berpotensi menutupi jalan lahir, baik sebagian ataupun keseluruhan. Kondisi ini juga berisiko menimbulkan perdarahan berulang saat hamil, terutama mendekati waktu persalinan.

 

Plasenta merupakan organ yang terbentuk selama kehamilan. Plasenta terhubung dengan janin melalui tali pusat. Organ ini berfungsi memberi nutrisi bagi janin, membuang sisa metabolisme janin, dan memproduksi hormon untuk mempertahankan kehamilan.

 

Untuk menjalankan fungsinya, plasenta memiliki banyak pembuluh darah. Di satu sisi, dalam plasenta beredar darah ibu. Sementara di sisi lain, beredar darah janin. Darah ibu dan darah janin biasanya memang tidak bercampur di dalam plasenta.

Baca juga: Mums, Mari Mengenal Plasenta!

 

Pada kondisi normal, plasenta biasanya melekat pada bagian atas rahim dan jauh dari leher rahim. Pada kondisi yang langka, plasenta dapat melekat pada bagian bawah rahim. Karena letaknya ini, plasenta dapat menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir. Kondisi ini disebut dengan plasenta previa. Berdasarkan letaknya, plasenta previa dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Plasenta previa lateralis: Plasenta melekat rendah di dekat leher rahim, namun tidak menutupi jalan lahir.
2. Plasenta previa parsialis: Plasenta yang melekat rendah di dekat leher rahim dan menutupi sebagian jalan lahir.
3. Plasenta previa totalis: Plasenta yang melekat rendah di dekat leher rahim dan menutupi keseluruhan jalan lahir.

Plasenta previa sudah bisa terlihat pada sebelum usia kandungan memasuki minggu ke-20.  Pada kebanyakan kasus, kondisi ini dapat sembuh sendiri. Hanya sekitar 10 persen yang tetap bertahan selama kehamilan berlangsung.

Baca juga: Tanda-Tanda Kehamilan Bermasalah

 

Seiring dengan membesarnya rahim, plasenta biasanya juga ikut lebih tinggi dan menjauhi leher rahim. Apabila plasenta previa tetap bertahan hingga HPL (Hari Perkiraan Lahir), seperti yang terjadi pada 1 dari 200 kehamilan, ibu hamil berisiko mengalami perdarahan, terutama selama proses penipisan dan pembukaan leher rahim. Hal ini tentunya akan menyebabkan ibu banyak kehilangan darah. Untuk alasan inilah, wanita dengan plasenta previa biasanya melahirkan bayi mereka sebelum HPL melalui operasi Caesar.

 

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Namun, kejadian plasenta previa pada ibu hamil dapat meningkat pada beberapa keadaan berikut:

- Kehamilan pada usia tua (usia 35 tahun atau lebih).
- Pernah mengalami kehamilan bayi kembar.
- Pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
- Pernah menjalani operasi Caesar atau operasi lain pada rahim.
- Wanita yang merokok.
- Wanita yang menggunakan kokain.

Beberapa gejala yang dapat muncul ketika ibu hamil mengalami plasenta previa, antara lain:

1. Dapat terjadi perdarahan, namun tidak disertai rasa nyeri.
2. Perdarahan yang timbul dapat terjadi berulang–ulang.
3. Perdarahan timbul perlahan-lahan.
4. Darah yang dikeluarkan berwarna merah segar.
5. Dapat terjadi anemia dan syok, sesuai dengan jumlah perdarahan.
6. Pada saat perdarahan, rahim biasanya tidak berkontraksi.
7. Saat diraba, rahim biasanya tidak tegang.
8. Pemeriksaan denyut jantung janin biasanya normal.
9. Presentasi janin dalam rahim mungkin tidak normal.
10. Penurunan kepala janin masih tinggi atau belum masuk pintu atas panggul.

Hati-hati, ibu hamil yang dicurigai atau diketahui mengalami plasenta previa tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam ataupun pemasangan tampon vagina. Hal ini berisiko bagi ibu, karena dapat memperbanyak perdarahan dan menimbulkan infeksi.

Baca juga: Perdarahan saat Hamil, Normal atau Tidak Normal?