Seberapa sering sih, hubungan seks seharusnya dilakukan? Pertanyaan ini mungkin pernah muncul di benak Kamu dan pasangan. Atau jangan-jangan Kamu termasuk orang yang menjadikan frekuensi seks sebagai tolak ukur kebahagiaan dalam pernikahan?

 

Penelitian memiliki fakta tersendiri mengenai hal ini. Rupanya frekuensi hubungan seks tidak selalu berbanding lurus lho, dengan kepuasan pasangan dalam pernikahan. Lalu, apakah yang menjadi tolak ukur kebahagiaan dalam kehidupan seks? Yuk, simak penjelasan selengkapnya, sebagaimana dilansir dari Psychology Today!

Baca juga: Jarang Melakukan Hubungan Seks? Ini 14 Dampaknya bagi Kesehatan!

 

Penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 26.000 orang Amerika menunjukkan bahwa pasangan yang telah menikah, berhubungan seks sekitar 51 kali dalam setahun, atau rata-rata seminggu  sekali. Pertanyaan yang muncul setelah studi ini diterbitkan dalam Archives of Sexual Behavior, apakah bercinta sekali dalam seminggu merupakan frekuensi hubungan seks yang dapat membuat pasangan suami istri bahagia?

 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti melakukan kembali riset terhadap  30.000 orang. Kali ini, studi dilakukan untuk meneliti seberapa besar hubungan antara frekuensi bercinta dengan tingkat kebahagiaan. Hasilnya, pasangan yang berhubungan seks seminggu sekali ternyata menjadi pasangan yang paling bahagia.

 

Sementara pasangan yang berhubungan seks 2-3 kali (atau lebih) kali seminggu, pada umumnya tidak lebih bahagia daripada mereka berhubungan seks sekali dalam seminggu. Pasangan yang bercinta lebih dari 2 kali dalam seminggu ini memang tampak cukup bahagia. Namun, tim peneliti menilai bahwa tingkat kebahagiaan yang dirasakan oleh kelompok pasangan ini sama bahagianya dengan pasangan yang hanya melakukan hubungan seks seminggu sekali. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science

 

 

Baca juga: Wanita, Ini 8 Jenis Orgasme yang Kamu Harus Tahu

Lantas pasangan mana yang memiliki tingkat kebahagiaan paling rendah? Rupanya, pasangan yang melakukan hubungan seks kurang dari satu kali seminggu, adalah satu-satunya kelompok yang paling kurang berbahagia, dibandingkan mereka berhubungan seks sekali seminggu atau lebih.

 

Kesimpulan inilah yang akhirnya dijadikan acuan. Pasangan suami istri patut waspada bila dalam seminggu nyaris tidak ada aktivitas seksual. Kelangkaan hubungan seksual ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut agar tidak menimbulkan pernikahan tanpa seks (sexless marriage).

 

Apa tandanya sebuah pernikahan telah menjadi sexless marriage? Dalam bukunya yang berjudul Sex Starved Marriage, Michele Weiner Davis mendefinisikan "perkawinan tanpa seks" sebagai kondisi ketika pasangan hanya melakukan hubungan seks 10 kali setahun atau kurang. Sedangkan menurut referensi ilmiah lain, bila dalam 1-6 bulan terakhir pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan intim, maka hal itu sudah bisa disebut sebagai sexless marriage.

 

Keintiman dalam pernikahan tidak boleh dianggap sepele. Selalu melibatkan pasangan dalam aktivitas seksual yang intim, akan menciptakan pondasi yang lebih kuat dalam menjalani tahun-tahun perkawinan.  (TA/AY)

Baca juga: Orgasme Bisa Mencegah Perselingkuhan, Lho!