Menggunakan handphone merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa lepas dari rutinitas sehari-hari. Kita cenderung melakukan scrolling di mana pun dan kapan pun. Saat sedang antre membeli sesuatu, menunggu seseorang, sedang beristirahat di antara pekerjaan. Dengan scroll and klik, banyak hal yang bisa dilakukan dan banyak info yang bisa didapatkan.

 

Mulai dari makanan terbaru, lokasi tempat hangout terkini, berita mengenai artis kesayanganmu, sampai tempat untuk catch up dengan teman-teman SMA. Semua itu bisa didapatkan dengan media sosial. Namun, apa yang terjadi saat seseorang menggunakan media sosial terlalu sering? Ternyata ini juga dapat menyebabkan ketergantungan atau adiksi, lho!

 

Ketika Kamu tidak bisa jauh dari handphone terlalu lama dan cenderung mau membuka media sosial, sebaiknya mulai mengevaluasi diri. Jangan-jangan Kamu terlalu banyak menggunakan media sosial.

Baca juga: Ini Alasan Pria Jarang Umbar Kemesraan di Media Sosial

 

Susah melepaskannya? Well, media sosial yang berlebihan nyatanya bisa mengganggu kesehatan mental. Rasa tidak puas yang muncul saat Kamu membandingkan hidupmu dengan semua yang ada di media sosial dapat mencetuskan rasa cemas bahkan depresi. 

 

Saya sendiri dulunya merupakan pengguna media sosial yang cukup aktif. Saya suka datang ke event-event tertentu dan memiliki ‘kewajiban’ untuk memposting berbagai acara tersebut. Enggak terhitung lagi deh seberapa sering saya membuka Instagram, Path, dan Snapchat. Ketika mencapai titik jenuh, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan bermain beberapa media sosial dan lebih bijak dalam penggunaannya. Bagaimana cara melakukannya?

 

1. Berhenti membandingkan hidupmu dengan orang lain

Hidupmu ada di tanganmu sendiri. Membandingkan apa yang Kamu miliki dengan orang lain tentu saja berbeda. Mungkin Kamu tipe yang cocok bekerja di kantor ketika banyak orang di luar sana membangun start up. It’s okay! Kita memiliki cara bekerja yang cocok untuk kita, no need to envy.

 

Rasa iri dapat mencetuskan rasa cemas dan ansietas pada beberapa orang, bahkan berujung depresi. Jadi, bijaklah dalam memilih akun media sosial mana yang dapat memberikan pengaruh baik untuk Kamu. Untuk ibu-ibu di luar sana, tidak semua anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sama. Jadi, jangan stres dengan tumbuh kembang anak-anak teman Mums. Jika si Kecil belum bisa melakukan seperti yang anak lain lakukan, tidak apa-apa. You’re doing great!

Baca juga: 5 Bahaya Bermain Handphone di Toilet!

 

2. Bukan tempat konsultasi

Yes, akhir-akhir ini sering terjadi. Salah satu selebgram favoritmu memiliki bayi yang sehat dan sedang sharing mengenai pengalamannya dalam membesarkan anaknya. Banyak orang menggunakan kesempatan ini untuk bertanya, “Kok anak saya beratnya enggak naik, ya? Obat apa yang bagus dipakai sama si A? Kok umur segitu sudah diberikan MPASI dan anak saya belum?”

 

It’s okay to share those experiences, tetapi alangkah baiknya jika hal-hal ini didiskusikan dengan dokter keluarga atau dokter spesialis yang bersangkutan. Kebutuhan setiap orang dan setiap anak berbeda, tergantung dari gejala klinis dari anak. Jadi, stop untuk berkonsultasi di media sosial. Diskusikan hal-hal penting dan pribadi dengan doktermu!

 

3. Tidak semua hal cocok untuk Kamu

Segala jenis diet yang sekarang beredar di media sosial cenderung mendorong seseorang untuk mencobanya. Mungkin beberapa katering diet cocok untuk sebagian orang. Namun saat mencobanya, Kamu tidak suka dan tidak cocok.

 

No worries! Terkadang exposure di media sosial tentang suatu produk menyebabkan kita berpikir, "Kok enggak cocok ya buat saya?" Do not just follow the trends! Ketahui apa yang terbaik untuk tubuhmu!

Baca juga: Dampak Negatif Radiasi Handphone bagi Kesehatan

 

4. Batasi penggunaan media sosial

Buat jam-jam tertentu saat Kamu boleh menggunakan media sosial, agar hidupmu tidak sepenuhnya tersedot di dalamnya. Live your life. Taruh handphone dan gunakan waktumu untuk berkomunikasi secara langsung. The world is too pretty to be missed!