ASI merupakan fondasi utama bagi tumbuh kembang bayi, terutama pada masa emas 1.000 hari pertumbuhan seorang anak. Namun, dari 4,8 juta kelahiran di Indonesia setiap tahunnya, kurang dari separuh bayi yang menerima ASI eksklusif.

 

Data terbaru di Indonesia menunjukkan, ada penurunan pemberian ASI ekslusif dari tahun 2016 ke 2017, yaitu dari 54% ke 47%. Artinya, hanya 2,2 juta bayi dari 4,8 juta kelahiran yang mendapatkan ASI eksklusif. Angka ini masih di bawah harapan WHO, yang mengharapkan 50% bayi lahir mendapatkan ASI eksklusif.

 

“Di Indonesia, hanya Provinsi DIY saja yang pemberian ASI eksklusif mencapai di atas 50%, tepatnya 60%. Namun untuk wilayah lainnya, rata-rata masih di bawah target WHO,” jelas konselor laktasi, dr. Ameetha Drupadi, CIMI menjelaskan hal tersebut, dalam acara peluncuran suplemen ASI Lactoboost produksi DKT, di Jakarta, 24 Oktober lalu.  

 

Baca juga: Dengan Menyusui, Mums dan Si Kecil Mendapatkan Banyak Manfaat!

 

Inilah Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif

Menurut Drupadi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Pertama, pemberian makanan prelaktal di minggu pertama. Praktik ini masih kerap dijumpai, terutama pada ibu-ibu yang belum teredukasi dengan baik.

 

“Praktik pemberian makanan prelaktal yang diberikan kepada bayi sebelum enam bulan biasanya untuk menghentikan tangis bayi. Ini merupakan salah satu penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif di Indonesia,” jelas Drupadi.

 

Faktor kedua adalah pengetahuan ibu yang kurang. Mungkin ibu sudah memiliki pengetahuan bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi dan berniat memberikan ASI eksklusif. Namun, kurangnya pemahaman bagaimana memberikan ASI dengan benar agar produksi ASI lancar dan banyak belum dikuasai, sehingga kerap menjadikan ibu berhenti memberikan ASI secara eksklusif.

 

Faktor ketiga adalah tidak adanya dukungan dari lingkungan sekitar, baik di keluarga (suami) maupun di tempat kerja. Fasilitas untuk menyusui atau memerah ASI di lingkungan kerja, masih belum trersedia di semua kantor dan area publik.

 

Baca juga: Mau Sukses Menyusui? Ikuti 10 Panduan WHO Ini!

 

 

Stres memperberat masalah

Selain ketiga faktor tadi, ibu yang baru pertama kali menyusui sering merasa tertekan pada empat atau lima hari setelah melahirkan, karena permasalahan menyusui mulai muncul, misalnya ASI keluar dalam jumlah sedikit. Untuk itu, edukasi kepada Ibu agar tidak cemas dan rajin memberikan rangsangan dengan cara mendekatkan buah hati pada puting pavudara, serta asupan nutrisi yang cukup bagi Ibu agar proses menyusui berjalan lancar, merupakan cara yang dapat dilakukan untuk kesuksesan pemberian ASI.

 

Menurut Drupadi, hal itu dapat dihindari dengan persiapan memberikan ASI jauh-jauh hari sebelum melahirkan. Sebaiknya, persiapan dimulai begitu ibu mulai hamil. Selain pemahaman tentang kehamilan, ibu hamil juga bisa mulai mempelajari teknik-teknik menyusui yang benar.

 

“Jangan cepat putus asa saat produksi ASI menurun, kemudian memberikan makanan prelaktal. Jangan-jangan hanya karena pelekatan yang tidak benar saat menyusui. Untuk memperlancar produksi ASI, tentu bayinya harus disusui terus-menerus. Saat bayi mengisap puting, akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin, yang kemudian merangsang rasa rileks pada ibu,” ungkap Drupadi.

 

Selain teknik menyusui yang benar, ibu juga harus jauh dari stres dan tekanan. Jangan lupa pola makan ibu harus diperhatikan. Asupan kalori ibu menyusui yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI adalah sekitar 2.800 kalori. Ibu menyusui harus makan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang.

 

Suplemen pelancar ASI, perlukah?

Selama ini, masyarakat Indonesia meyakini bahwa tanaman tertentu dapat membantu meningkatkan produksi ASI. Daun katuk salah satunya. Kandungan pada ekstrak daun katuk dapat merangsang produksi hormon prolaktin, yang dapat memicu produksi ASI secara maksimal.

 

Sebuah jurnal menyebutkan bahwa ekstrak daun katuk bisa meningkatkan kuantitas produksi ASI hingga 50,7%. Selain itu, daun katuk juga dapat membantu kebutuhan mineral bagi ibu menyusui dan meningkatkan daya tahan tubuh.

 

"Daun katuk mengandung vitamin A, B, C, dan K, pro vitamin A (betakaroten), kalsium, fosfor, zat besi dan serat, serta berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu, daun katuk juga mengandung steroid dan polifenol, yang dapat meningkatkan kadar prolaktin, hormon pelancar ASI. Kadar prolaktin yang tinggi akan meningkatkan, mempercepat, dan memperlancar produksi ASI,” ujar dr. Ameetha yang juga Aktivis Komunitas Pejuang ASI.

 

Baca juga: Macam-macam Pilihan Booster ASI
 

Mums bisa mengonsumsi suplemen ASI dari bahan yang aman, seperti daun katuk, untuk membantu kelancaran produksi ASI. Namun, suplemen tetap harus dibarengi dengan memperbaiki teknik menyusui, mengonsumsi makanan bergizi, dan menjauhi stres.

 

“Asupan makanan pada trimester terakhir kehamilan dan juga pasca-melahirkan sangat penting perannya dalam memberikan buah hati energi yang ia butuhkan. Untuk itu, sang Ibu sangat disarankan untuk tetap fokus mengonsumsi makanan sehat dan kaya akan kandungan nutrisi. Salah satunya dengan daun katuk alami,” jelas Drupadi. (AY/AS)