Selama ini, menopause hanya dianggap sebagai masalah kaum wanita. Namun ternyata tidak hanya wanita yang mengalami perubahan hormon, pria juga merasakannya, lho! Pria juga mengalami masa menopause di periode usia yang sama dengan wanita. Kaum pria wajib tahu informasi lebih mendalam mengenai menopause ini, agar bisa mengatasinya saat momen tersebut datang.

 

Apa Itu Menopause pada Pria?

Menopause yang dialami oleh pria sering disebut dengan istilah andropause. Menopause yang dialami pria memiliki persamaan dan perbedaan dengan menopause pada wanita. Pada wanita, produksi hormon akan benar-benar berhenti, yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Sedangkan pada pria, hormon tidak benar-benar berhenti diproduksi,  hanya saja jumlahnya yang menurun. Namun, gejala yang ditimbulkan antara pria dan wanita hampir sama.

 

Menopause yang dialami pria merupakan kondisi ketika produksi androgen (testosteron) mulai menurun. Menurut Mayo Clinic, jumlah testosteron cenderung menurun rata-rata 1% per tahun setelah seorang pria berusia 30 tahun.

 

Penurunan testosteron ini berjalan seiring dengan bertambahnya usia seorang pria. Namun, beberapa penyakit juga bisa menyebabkan jumlah testosteron menurun, salah satunya diabetes.

 

Testosteron adalah hormon yang berkaitan dengan dorongan seksual. Tak hanya itu, hormon yang diproduksi di testis ini juga berpengaruh pada massa otot tubuh, energi fisik dan mental, serta hormon yang memicu perubahan pada saat Kamu berada di masa pubertas.

 

Penurunan hormon testosteron ini bukan berarti organ reproduksimu berhenti berfungsi menghasilkan testosteron. Namun, komplikasi seksual kemungkinan akan timbul, akibat rendahnya kadar hormon testosteron di dalam tubuh.

Baca juga : Meringankan Gejala Menopause dengan Kacang Kedelai

 

Gejala-Gejala yang Muncul Saat Andropause

Menopause pada pria (andropause) pada umumnya terjadi di usia 50-60 tahun. Untuk mendiagnosis menopause pada pria, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, bertanya seputar gejala yang muncul, melakukan tes yang mungkin berkaitan dengan kondisi medis yang dialami pasien, serta melakukan tes darah, termasuk di dalamnya mengukur kadar hormon testosteron. Gejala-gejala yang muncul pun cukup mirip dengan gejala menopause yang dialami wanita, di antaranya:

  • Gangguan atau disfungsi ereksi.
  • Infertilitas.
  • Hilangnya gairah seksual.
  • Buah zakar mengecil.
  • Kelelahan.
  • Mood yang berubah-ubah.
  • Depresi dan gangguan kecemasan.
  • Kehilangan gairah untuk mengejar karier.
  • Rasa panas pada kulit.
  • Rambut ketiak rontok.
  • Kekuatan dan ukuran otot menurun.
  • Penurunan densitas (kepadatan) tulang.
  • Lemak tubuh bertambah atau kehilangan berat badan.

 

Penanganan untuk Andropause

Perawatan yang bisa dilakukan adalah penggantian hormon testosteron. Penggantian hormon yang menurun ini dapat mengurangi gejala yang timbul pada pria saat mengalami andropause. Namun, penggantian hormon bukan termasuk ke dalam pengobatan, melainkan untuk mencegah gejala-gejala yang timbul, misalnya menurunnya libido atau kehilangan gairah seksual, depresi, dan sering kelelahan.

 

Jika Kamu mendapat tawaran terapi pengganti hormon ini, Kamu harus mempertimbangkan seluruh efek positif dan negatifnya. Terapi ini memiliki risiko dan efek samping, contohnya bisa memperburuk kanker prostat.

 

Dokter juga akan menyarankan untuk menerapkan pola hidup sehat. Dokter akan meminta Kamu menerapkan pola makan yang bergizi dan seimbang, melakukan latihan fisik secara teratur, istirahat yang cukup, serta menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol. Dokter juga akan memberi resep obat-obatan, seperti antidepresi, dan menyarankan untuk mengikuti konseling.

Baca juga : Posisi Seks Sesuai dengan Ukuran Penis

 

Hubungan antara gejala-gejala yang muncul dengan menurunnya jumlah testosteron ini masih menjadi kontroversial di antara beberapa kalangan ahli medis. Namun, tidak ada salahnya untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada tubuhmu, kan? Kondisi yang dialami pada setiap pria juga berbeda-beda.

 

Perubahan fungsi testis mungkin bisa berkurang lebih awal, yakni di usia 45-50 tahun. Namun, perubahan fungsi ini juga bisa baru mulai muncul di usia 70 tahun. Bahkan, pria yang sangat sehat masih bisa menghasilkan sperma yang baik di usia 80 tahun atau lebih.

 

Kebanyakan pria tidak suka membicarakan masalah seksualnya, terutama untuk berkonsultasi kepada dokter. Pada beberapa pria, gejala-gejala yang timbul bisa mereka lalui dengan baik tanpa harus mendapatkan perawatan medis. Namun jika gejala yang muncul membuat merasa kesulitan, jangan takut untuk berkonsultasi kepada dokter. Jika Kamu ragu, coba bicarakan terlebih dahulu kepada pasanganmu dan ajak ia untuk menemanimu. Dokter akan merekomendasikan perawatan agar Kamu bisa menghadapi gejala-gejala yang muncul.

Baca juga : Cara Merawat Kulit Kusam Pada Pria