Berbagai hal bisa saja menghambat proses kelahiran seorang bayi, sehingga proses persalinan menjadi lebih lambat. Di saat seperti inilah, dokter mungkin saja memutuskan untuk melakukan prosedur persalinan berbantu alat, seperti vakum ataupun forceps. Supaya lebih memahaminya, yuk simak penjelasannya berikut ini.

 

Apa Itu Persalinan dengan Bantuan Alat?

Setiap metode persalinan memiliki risiko masing-masing. Pada beberapa kasus, tidak menutup kemungkinan bayi harus dikeluarkan dengan menggunakan alat bantu. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bayi sulit dilahirkan secara normal dan tenaga sang Ibu untuk mengejan sudah hampir habis.

 

Ada beberapa alat bantu yang digunakan, yakni vakum dan forceps. Dua ekstraktor janin ini memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Jika dijabarkan, perbedaannya adalah sebagai berikut:

 

Vakum:

  • Berbentuk seperti slang dengan corong penyedot. Biasanya digunakan bila Mums masih kuat mengejan, walau tidak dengan kekuatan penuh.
  • Menggunakan alat bantu vakum selama persalinan lebih umum daripada menggunakan forceps. Pasalnya, vakum membutuhkan lebih sedikit anestesi dan obat penghilang rasa sakit.
  • Menggunakan vakum cenderung memiliki risiko yang lebih rendah untuk beralih ke persalinan caesar dibandingkan dengan menggunakan forceps.
  • Biasanya dokter tidak akan menggunakan vakum pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, yang didasarkan atas peningkatan risiko efek samping, terutama perdarahan, saat menggunakan vakum.
  • Vakum tidak akan digunakan jika posisi bayi adalah wajah duluan saat mencoba melewati jalan lahir.

 

Meski sudah menggunakan prosedur ekstraksi vakum, tingkat kegagalan bersalin normal tetap ada. Jadi, tidak menutup kemungkinan Mums akan dialihkan untuk melakukan persalinan caesar.

 

Persalinan dengan bantuan vakum juga bukan tanpa efek saming. Mums dapat berisiko mengalami komplikasi tertentu, seperti perdarahan retina, cephal hematoma (benjolan akibat penumpukan darah di antara tulang tengkorak dan jaringan kepala bayi), luka kulit kepala, serta penyakit kuning pada bayi.

 

Baca juga: Kaki Gatal saat Hamil, Apa Penyebabnya?

 

 

Forceps:

  • Alat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan bayi saat persalinan. Bentuknya menyerupai tang besar, yang akan menjepit kepala bayi. Dokter kemudian akan memandu hingga bayi dikeluarkan dari rahim. Hal ini biasanya dilakukan selama proses kontraksi, sementara Mums mengejan.
  • Dokter umumnya akan memberi rekomendasi melahirkan dengan forceps pada beberapa kondisi. Yang pertama, kepala bayi berada di posisi yang salah. Kedua, jika leher rahim telah terbuka maksimal dan posisi kepala bayi sudah berada di jalan lahir, tetapi Mums tidak sanggup mendorongnya keluar. Selain itu, Mums telah mengejan, tetapi persalinan tidak mengalami kemajuan. 

 

Terlepas dari itu, forceps bukanlah alat yang sempurna, sehingga masih memiliki beberapa kekurangan. Persalinan dengan bantuan forceps dikaitkan dengan risiko kerusakan saraf wajah yang lebih besar jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan bantuan vakum.

 

Forceps juga meningkatkan risiko perdarahan retinal dan cephal hematoma pada bayi. Sementara risiko untuk Mums, persalinan dengan bantuan forsep menyebabkan trauma dasar panggul serta robekan perineum yang lebih besar dibanding persalinan vakum.

 

Baca juga: Apakah Varian Omicron Berbahaya untuk Ibu Hamil?

 

Apakah Persalinan dengan Bantuan Alat Akan Selalu Efektif?

Penggunaan forceps dan vakum saat bersalin adalah sebuah solusi. Namun, ada beberapa beberapa kondisi agar penggunaannya efektif, seperti:

  • Pembukaan leher rahim sudah sempurna, yaitu telah terbuka sebesar 10 cm.
  • Posisi bayi harus diketahui dan kepala bayi telah masuk panggul. Kepala bayi pun harus cukup rendah di panggul agar forceps atau vakum bisa digunakan.
  • Ketuban sudah pecah, baik secara spontan maupun dipecahkan.
  • Kandung kemih harus kosong.
  • Diperlukan persetujuan dari sang Ibu dan keluarga, setelah sebelumnya Mums memutuskan prosedur apa yang akan digunakan sesuai rekomendasi dokter.

 

Perlu diingat, di ruang persalinan apa pun bisa terjadi dan mungkin saja tidak sesuai dengan rencana persalinan Mums. Bila bayi belum bisa keluar dalam 3 kali upaya penarikan dengan ekstraktor, dokter akan mempertimbangkan untuk memulai prosedur operasi caesar. Artinya, persalinan berbantu alat tidak selalu berjalan mulus dan efektif.

 

Ada beberapa alasan mengapa dokter tidak merekomendasikan persalinan berbantu alat, yaitu:

  • Jika bayi diperkirakan lebih besar, sehingga penggunaan alat bantu meningkatkan kemungkinan bayi terjepit di jalan lahir dan mengalami distosia bahu.
  • Jika bayi memiliki kondisi kesehatan, seperti gangguan pendarahan atau kelainan tulang, tidak disarankan untuk melakukan persalinan dengan alat bantu vakum.
  • Vakum tidak akan bisa digunakan jika bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang.
  • Forceps dapat digunakan bila bayi dalam posisi sungsang. Kendati demikian, persalinan pervaginam bayi sungsang sangat berisiko, sehingga langkah ini tidak umum diambil.

 

Kembali lagi, persalinan adalah sebuah perjuangan yang unik. Jadi, berbahagialah jika Mums telah berhasil melalui fase ini dengan berani dan ikhlas, bagaimanapun caranya. Semangat, Mums yang hebat! (AS)

 

Baca juga: Apa Ya Perbedaan Flek Hamil dan Haid?

 

 

Referensi

Healthline. Assisted Delivery

Mayo Clinic. Forceps Delivery