Kelahiran prematur- atau kerap disebut preterm- tentu tidak diharapkan ya Mums. Namun faktanya, 1 dari 10 anak lahir prematur. Jika Mums pernah melahirkan bayi prematur, Mums tidak sendiri. menurut WHO, setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya (lebih dari 3 minggu sebelumnya).

 

Di Indonesia, kelahiran prematur mencapai 675.700 per tahun, sehingga negara kita menempati posisi ke-5 sebagai penyumbang kelahiran preterm terbanyak. Dari angka ini, 1/3 bayi yang lahir prematur akan mengalami kematian.

 

Semua data tersebut tidak seharusnya menjadi Mums kecil hati. Terutama bagi Mums yang saat ini sedang hamil dan memiliki faktor risiko terjadi persalinan prematur. Dengan penanganan tepat dan dini, bayi Mums bisa tumbuh optimal seperti bayi lain yang dilahirkan cukup bulan. Simak yuk apa kata ahli bagaimana merawat bayi prematur agar tumbuh kembangnya optimal!

 

Baca juga: Bisakah Persalinan Prematur Dihindari?

 

Penyebab Kelahiran Prematur

Kelahiran preterm atau prematur adalah kelahiran yang terjadi di usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Mengapa bisa terjadi persalinan prematur? Dr. dr. Rima Irwinda, SPOG(K), Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal menjelaskan, dulu diduga infeksi menjadi penyebab utama persalinan prematur. Namun kenyataannya meskipun sudah ditemukan antibiotik yang canggih, kejadian kelahiran prematur masih tinggi. Artinya, ada faktor penyebab lainnya.

 

“Penyebab lainnya misalnya perdarahan saat trimester 1 atau 3, salah satunya akibat plasenta previa, kemudian ibu mengalami stres psikologis maupun fisik, termasuk janin yang stres, atau akibat overdistensi uterus pada kehamilan kembar,” jelas dr. Rima dalam acara Bicara Gizi Danone Specialized Nutrition Indonesia yang mengangkat tema Tantangan dan Penanganan Kesehatan bagi Ibu dan Anak Kelahiran Prematur, 17 November 2021.

 

Ditambahkan dr. Rima, selain empat penyebab tadi, ada juga faktor risiko persalinan prematur. Berikut ini beberapa di antaranya:

- Ibu memiliki penyakit diabetes, hipertensi, infeksi (sifilis, HIV, dll).

- Penyalahgunaan alkohol atau rokok oleh ibu hamil

- Usia ibu hamil di bawah 20 atau di atas 40 tahun

- Jarak kehamilan terlalu dekat

- Penyakit selama kehamilan, misalnya preeklampsia, perdarahan, dan infeksi yang membuat janin terpaksa dilahirkan lebih awal.

- Obesitas atau kenaikan berat badan selama kehamilan yang kurang.

- Status nutrisi ibu yang buruk, misalnya kurang zat gizi mikro seperti zat besi, defisiensi vitamin A, B6, V12, vitamin D, folat, zink dll.

 

Baca juga: Awas, Gangguan Pembekuan Darah Memicu Kelahiran Prematur
 

Penanganan Bayi Prematur

Setelah memahami faktor risikonya, hal yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana merawat bayi yang dilahirkan prematur. Menurut dr. Rima, bayi prematur umumnya mengalami masalah pernapasan akibat paru-paru belum matang, masalah minum yang menyebabkan perutnya kembung, perdarahan di kepala, masalah aliran darah di jantung dan risiko infeksi yang lebih besar.

 

“Bayi prematur membutuhkan perawatan di NICU. Namun yang harus diperhatikan, meskipun pada akhirnya bayi bisa keluar dari NICU, tetap harus dilakukan pemantauan berkala mengingat ada risiko atau efek jangka panjang bayi yang dilahirkan prematur,” tegas dr. Rima.

 

Semakin kecil usia bayi saat dilahirkan, maka potensi komplikasi dan masalahnya tentu lebih besar. Risiko jangka panjangnya misalnya cerebral palsy, keterlambatan perkembangan, gangguan penglihatan (retinopaty prematurity), masalah pendengaran, dan gangguan belajar.

 

Bahkan saat anak memasuki usia remaja dan dewasa, masih ada risiko kesehatan pada anak yang dilahirkan prematur. Misalnya, risiko mengalami gagal jantung yang besarnya sampai 17 kali lebih besar dibandingkan anak yang lahir cukup bulan. Selain itu, gangguan metabolik seperti penyakit diabetes tipe 1 atau 2, serta risiko berkembangnya alergi, baik itu asma maupun alergi makanan.

 

Baca juga: Bayi Prematur Lebih Berisiko Diabetes

 

Dr. dr. Putri Maharani TM, SpA(K) dari Divisi Neonatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI menambahkan, penanganan bayi prematur dilakukan sejak bayi dilahirkan.

 

“Akan sangat menguntungkan jika bayi dilahirkan di pusat kesehatan yang lengkap sehingga bisa memberikan pelayanan neonatal yang optimal. Karena, gangguan pernapasan yang sering dialami bayi prematur di awal kehidupan harus ditangani dengan baik dan sesegera mungkin. Penanganan di awal kelahiran sangat menentukan masa depan bayi,” jelas dr. Putri.

 

Pemberian nutrisi yang berkualitas dan bergizi seimbang juga akan menentukan kesintasan dan kualitas bayi prematur. “Bayi prematur tetap diusahakan diberikan ASI dan  ASI perah. Pada bayi yang sangat prematur, ASI harus dibantu dengan makanan khusus yang sudah difortifikasi, misalnya zat besi dan vitamin,” jelas dr. Putri.

 

Setelah bayi keluar dari inkubator dan mencapai berat badan yang cukup, perlu dilakukan skrining terutama pendengaran dan mata. “Penuhi kebutuhan nutrisinya dan stimulasi untuk mengejar kertetinggalan pertumbuhan dan perkembangan. Setiap kali cek atau kontrol ke dokter untuk memantau tumbuh kembang, tanyakan apakah bayi sudah tumbuh sesuai kurva pertumbuhannya dan apakah perkembangannya sudah sesuai usianya,” pungas dr. Putri.

 

Dengan perawatan yang benar dan tepat, serta dilakukan sejak dini, maka bayi prematur bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Bagi Mums yang mengalaminya, terus semangat ya Mums!

 

Baca juga: Mums, Bayi Prematur Juga Memiliki Keistimewaan, Lho!