Pandemi  virus corona masih terus berlangsung, membuat semua orang harus meningkatkan kewaspadaan jangan sampai tertular. Berita terbaru tentang jumlah korban virus ini terus diperbarui di berbagai media sosial dan berita. Di Indonesia puncak pandemi diramalkan terjadi di bulan Mei, artinya kita bersiap dengan jumlah korban yang berlipat-lipat jumlahnya. Kita terus menunggu adanya berita baik yang mengatakan bahwa pandemik ini akan berakhir dengan cepat.

 

Berbagai langkah sudah diambil oleh pemerintah untuk menangani pandemik virus corona ini, dalam rangka memutuskan rantai penularan, sampai dengan menggunakan berbagai fasilitas untuk tempat perawatan pasien dengan infeksi virus Corona tersebut.

 

Bila dilihat dari negara lain yang juga sedang memerangi pandemik ini, mereka mengambil beberapa langkah yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat infeksi virus ini, antara lain adanya pemeriksaan skrining yang dilakukan secara massal agar dapat mengetahui masyarakat yang sudah terjangkit atau tidak, atau menerapkan sistem lockdown untuk wilayah yang terjangkit tersebut.

 

Baca juga: Apa itu Rapid Test COVID-19? Ini yang Perlu Kamu Tahu!

 

Perbedaan Rapid Test dengan Swab Tenggorok

Belum lama ini kita mendengar bahwa pemerintah kita telah mempersiapkan tes untuk virus corona yang disebut dengan rapid test. Hasil pemeriksaan dari rapid test ini dikatakan akan selesai dalam hitungan menit sampai dengan jam saja, sehingga hasil dapat langsung disampaikan ke pasien tersebut.

 

Namun, bagaimanakah cara kerja rapid test tersebut? Apakah sama dengan pemeriksaan swab tenggorok yang dilakukan selama ini? Tidak sedikit juga teman-teman yang bertanya kepada saya, apakah pemeriksaan rapid test ini bisa dilakukan secara umum untuk orang yang tidak bergejala?

 

Sebelum kita menjelaskan lebih lanjut mengenai rapid test tersebut, ada baiknya kita mengerti perjalanan penyakit ketika suatu virus masuk ke dalam tubuh kita. Pada saat virus masuk ke dalam tubuh kita, virus tidak langsung menimbulkan gejala. Virus akan tinggal di tubuh kita sampai virus tersebut bisa menimbulkan gejala.

 

Masa saat virus masuk ke tubuh sampai bisa menimbulkan gejala tersebut merupakan masa inkubasi. Setelah virus tersebut menimbulkan gejala, imunitas tubuh akan berusaha untuk melawan infeksi virus tersebut. Saat terjadi perlawanan melalui infeksi virus ini, dapat menimbulkan terjadinya antibodi di dalam tubuh. Lama terbentuknya antibodi ini butuh waktu, dalam hitungan hari. Antibodi tersebut merupakan pasukan yang akan melawan virus tersebut.

 

Baca juga: Batuk dan Sakit Tenggorokan, Apakah Selalu Gejala Coronavirus?

 

Pemeriksaan dengan rapid test merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan penilaian antibodi di dalam tubuh. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil darah. Terdapat dua jenis antibodi yang dinilai yang kita sebut dengan IgM dan IgG. Antibodi IgM merupakan antibodi yang muncul pertama kali dan kita artikan sebagai infeksi yang masih berlangsung, sedangkan antibodi IgG merupakan antibodi yang muncul setelag IgM.

 

Marker atau penanda infeksi yang diperiksa berbeda dengan pemeriksaan swab tenggorok, yang mendeteksi adanya komponen virus yang ada di tubuh kita. Pemeriksaan swab tenggorok dilakukan dengan cara mengambil apusan dari tenggorokan kita. Oleh karena itu, waktu atau timing yang tepat adalah hal yang penting untuk melakukan pemeriksaan rapid test ini.

 

Pada awal perjalanan penyakit bisa saja didapatkan hasil yang negatif karena antibodi yang belum terbentuk. Biasanya IgM terbentuk pada hari ke lima atau setelahnya. Sedangkan pada pemeriksaan swab tenggorok, kita bisa mendeteksi infeksi sejak awal perjalanan penyakit. Kapan dilakukannya pemeriksaan ini sebaiknya dikonsulkan dengan dokter terlebih dahulu. Pemeriksaan rapid test ini juga dilakukan kepada tenaga medis (dengan kemungkinan adanya paparan selama ini), serta adanya kontak positif dari orang-orang sekitarnya.

 

Apakah pemeriksaan rapid test dianjurkan dilakukan sendiri pada orang yang tidak bergejala? Menurut saya tidak, karena hasil positif hanya akan menyebabkan panik, serta hasil negatif tidak berarti apa-apa. Isolasi berdiam diri di rumah tetap merupakan hal yang paling baik yang bisa kita lakukan.

 

Baca juga: Mengenal Coronavirus, Covid-19, Gejala, dan Pencegahannya