Warna kulit, rambut, dan mata dihasilkan oleh sel pigmen tubuh. Pada penderita vitiligo, sel tersebut berhenti memproduksi warna atau pigmen tubuh. Akibatnya, muncul bercak putih di kulit dan uban pada rambut.

 

Belum diketahui mengapa sel pigmen berhenti memproduksi zat pigmen tubuh, tetapi kondisi tersebut diduga terkait dengan sejumlah faktor berikut:

  • Kelainan genetik yang diturunkan.
  • Penyakit autoimun, yaitu suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel tubuh yang sehat, termasuk sel pigmen tubuh.
  • Stres, kulit terbakar akibat sinar matahari, atau paparan bahan kimia yang juga diduga dapat memicu terjadinya vitiligo.

 

Baca juga: Tips Mencerahkan Kulit Kusam Secara Alami

 

 

Gejala Vitiligo

Gejala vitiligo adalah munculnya bercak hipopigmentasi di tubuh. Pada awalnya, bercak yang muncul berwarna lebih muda dari kulit, kemudian akan memutih secara bertahap. Kemunculan bercak dimulai di bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari, seperti wajah, bibir, tangan dan kaki, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain.

 

Gejala lain dari vitiligo meliputi:

  • Hilangnya pigmen warna di rambut, janggut, bulu mata, dan alis, sehingga terlihat seperti uban.
  • Hilangnya pigmen warna di bagian hitam mata, bagian dalam mulut dan hidung, serta di area kelamin.
  • Pada beberapa kasus, bagian tengah bercak berwarna putih, sedangkan tepinya berwarna kecokelatan atau kemerahan.
  • Sejumlah penderita merasakan nyeri dan gatal di area kulit yang terkena vitiligo.
  • Muncul ruam di area kulit yang terserang vitiligo, setelah terpapar matahari.

 

Baca juga: 6 Penyebab Luka pada Bibir, Salah Satunya Gejala Herpes!

 

Bercak vitiligo umumnya muncul secara simetris di kedua sisi tubuh, serta berkembang dan berhenti berulang kali. Kapan dan seberapa cepat bercak berhenti menyebar, tidak dapat ditentukan. Pada kasus yang jarang, bercak hanya muncul di salah satu sisi tubuh, kemudian menyebar selama 1-2 tahun lalu berhenti.

 

Dokter dapat menduga pasien terserang vitiligo, apabila terdapat gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan menanyakan sejumlah hal pada pasien, seperti:

  • Riwayat vitiligo atau penyakit autoimun dalam keluarga.
  • Riwayat trauma pada area kulit yang terkena vitiligo, misalnya terbakar sinar matahari (sunburn), atau ruam kulit yang parah di area tersebut.
  • Riwayat pengobatan yang pernah dilakukan.
  • Apakah ada area tertentu di kulit yang lebih sensitif terhadap cahaya matahari dan lebih mudah terbakar matahari.
  • Apakah ada area tertentu di kulit yang membaik tanpa memerlukan terapi, atau malah memburuk.

 

Guna memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan pemeriksaan yang lebih detail. Salah satunya adalah pemeriksaan kulit menggunakan lampu ultraviolet. Pada tes ini, pasien akan diminta untuk masuk ke ruangan gelap. Kemudian, lampu ultraviolet akan diletakkan pada jarak 10-13 cm dari kulit. Lampu ultraviolet akan memudahkan dokter melihat bercak vitiligo, dan menyingkirkan kemungkinan penyakit kulit lain seperti panu.

 

Dokter juga akan menjalankan tes darah, guna memeriksa kemungkinan adanya kondisi lain seperti diabetes, penyakit Addison, atau hipertiroidisme. Tes darah dilakukan, karena pada beberapa kasus, vitiligo dapat terkait dengan penyakit autoimun.

 

Baca juga: 6 Cara Efektif Memperbaiki Barrier Kulit yang Rusak

 

Pengobatan Vitiligo

Pengobatan vitiligo bertujuan untuk mengembalikan warna kulit seperti semula. Beberapa metode pengobatan dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan pasien untuk terlebih dahulu menggunakan tanning lotion atau losion penggelap kulit. Dokter juga akan menyarankan pasien memakai tabir surya dengan SPF 30 atau lebih untuk mencegah kerusakan kulit yang lebih parah akibat paparan sinar matahari.

 

Segera lakukan pemeriksaan di klinik kulit atau temui dokter bila warna rambut, kulit, atau mata memudar. Penanganan tepat pada tahap awal dapat menghambat perkembangan penyakit ini.

 

Baca juga: 5 Penyakit Kulit Paling Langka di Dunia