Baru-baru ini, kita dihebohkan dengan berita tentang potensi masuknya penyakit cacar monyet ke Indonesia. Pasalnya, penyakit tersebut sudah masuk ke Singapura. Namun, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa penyakit cacar monyet saat ini belum ditemukan di Indonesia.

 

Untuk mencegah wabah penyakit cacar monyet masuk ke Indonesia, pemerintah melakukan antisipasi. Dilansir dari CNN, Pemerintah Kota Batam memastikan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menyiapkan alat pendeteksi demam.

 

Sementara itu, Kementerian Kesehatan juga mengimbau kepada masyarakat untuk menjalani gaya hidup bersih, seperti rutin mencuci tangan. Selain itu, Kemenkes  mengimbau agar masyarakat menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata.

 

Sebagai informasi, kasus cacar monyet baru saja ditemukan di Singapura. Penyakit itu ditemukan pada pria asal Nigeria berusia 38 tahun. Dilansir dari Reuters, sebelumnya pria tersebut menghadiri pernikahan di Nigeria. Di sana, ia mengonsumsi daging binatang liar.

 

Binatang liar yang dimaksud bisa simpanse, gorila, burung, kijang, atau hewan pengerat, seperti tikus, tupai, hamster, dan landak. Yang jelas, binatang tersebut sudah terinfeksi virus cacar monyet.

 

Penyakit cacar monyet memang bukan penyakit umum. Penyakit yang berasal dari Afrika ini memiliki gejala yang mirip dengan cacar. Lalu, apakah penyakit cacar monyet berbahaya? Apa penyebabnya? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Mitos Atau Fakta, Saat Cacar Air Tidak Boleh Mandi?

 

Penyakit Cacar Monyet

Apa itu cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus cacar monyet. Virus tersebut termasuk golongan genus Orthopoxvirus, bersama dengan virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia, dan virus cacar sapi.

 

Penyakit cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1958, ketika terjadi wabah yang menyerupai cacar pada monyet yang dipelihara untuk penelitian. Asal dari virus tersebut belum diketahui. Namun, ahli meyakini virus tersebut juga ditularkan oleh hewan pengerat.

 

Kasus cacar monyet pada manusia pertama kali ditemukan tahun 1970 di Kongo. Sejak saat itu, kasus penyakit cacar monyet sering kali ditemukan pada orang-orang di Afrika Tengah dan Afrika Barat. Di Afrika, 1 dari 10 orang yang tertular penyakit tersebut meninggal dunia.

 

Di luar Afrika, penyakit cacar monyet pernah ditemukan di Amerika Serikat, Inggris, dan Israel. Sementara itu, ini kali pertama penyakit cacar monyet ditemukan di Singapura.

 

Gejala Cacar Monyet

Pada manusia, gejala penyakit cacar monyet mirip dan lebih ringan ketimbang gejala cacar. Awalnya, penyakit cacar monyet dimulai dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

 

Ada salah satu perbedaan antara cacar dan cacar monyet. Cacar monyet menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, sementara cacar biasa bisa saja tidak. Masa inkubasi (proses dari infeksi menjadi gejala) penyakit cacar monyet biasanya 1-14 hari atau 14-21 hari.

 

Berikut gejala awal penyakit cacar monyet:

 

Dalam kurun waktu 1-3 hari (atau bisa lebih lama) setelah demam, ruam mulai muncul di kulit penderita. Biasanya, ruam tersebut dimulai di wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.

 

Selanjutnya, lesi kulit juga akan muncul. Berikut perkembangan lesi kulit penyakit cacar monyet:

  • Makula.
  • Papula.
  • Vesikel.
  • Pustula.
  • Keropeng.

Penyakit cacar monyet umumnya berlangsung selama 2-4 minggu.

 

Baca juga: Cepat Ketahui Gejala Cacar Air dan Cara Pengobatannya!

 

Penularan Cacar Monyet

Penularan virus penyakit cacar monyet terjadi ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan virusnya, yakni dari binatang, manusia, atau barang yang sudah terkontaminasi.

 

Kemudian, virusnya masuk ke dalam tubuh lewat kulit yang terbuka (meskipun hanya luka kecil), saluran pernapasan, atau membran mukosa (mata, hidung, atau mulut). Penularan penyakit cacar monyet dari hewan ke manusia bisa terjadi akibat gigitan dan kontak langsung dengan daging atau cairan hewan yang terkontaminasi.

 

Penularan dari manusia ke manusia umumnya disebabkan oleh droplet yang tersebar di udara (misalnya ketika batuk). Droplet tersebut biasanya tidak bisa menjangkau terlalu jauh, sehingga sebaiknya jagalah jarak ketika berbicara dengan orang lain.

 

Penularan penyakit cacar monyet dari manusia ke manusia juga bisa terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh. Selain itu, penyakit ini bisa menular lewat kontak langsung atapun tidak langsung (lewat pakaian) dengan lesi kulit orang yang terinfeksi.

 

Cara Mencegah Cacar Monyet

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit cacar monyet. Berikut pencegahannya:

  • Hindari kontak langsung dengan binatang pembawa virus (termasuk binatang yang sakit atau ditemukan mati di area wabah cacar monyet).
  • Hindari kontak dengan barang yang terkena kontak dengan binatang yang sakit.
  • Sebaiknya, pasien yang sudah tertular cacar monyet dirawat di ruangan isolasi untuk mencegah penularan.
  • Jalani gaya hidup bersih, seperti rutin mencuci tangan, terutama setelah melakukan kontak langsung dengan binatang. 

 

Pengobatan Cacar Monyet

Saat ini, belum ada pengobatan yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit cacar monyet. Untuk mencegah atau mengontrol wabah penyakit cacar monyet, bisa dengan vaksinasi cacar dan vaksin immunoglobulin (VIG). Menurut WHO, vaksinasi cacar bisa 85% mencegah penyakit ini.

 

Kalau Kamu atau orang terdekat mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, segera ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, ya! (UH/AS)

 

Baca juga: Penyakit Varisela pada Anak dan Pencegahannya

penyakit cacar monyet

Sumber:

Centers for Disease Control and Prevention. Monkeypox. Januari 2019.

World Health Organizations. Human Monkeypox (MPX).