Data World Health Organization (WHO) menunjukkan lebih dari satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi.

 

Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.

 

Mekanisme Terjadinya Hipertensi

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah selalu tinggi, umumnya di atas 140 mmHg. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Setiap kali jantung berdetak, sebenarnya ia tengah memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanannya maka semakin keras jantung memompa darah.

Baca juga: Begini Prosedur Pemasangan Ring Jantung Serta Risikonya

 

Melawan Si “Silent Killer”

Tekanan darah tinggi disebut si "pembunuh diam-diam" karena memang tidak menunjukkan gejala. Tahu-tahu, beberapa organ penting sudah terkena dampak hipertensi, misalnya kerusakan ginjal, penglihatan kabur, serangan jantung hingga stroke Hipertensi merusak banyak organ tubuh dan mengancam kesehatan kita.

Ketika seseorang sudah dinyatakan hipertensi, maka selamanya ia menjadi penderita hipertensi. Yang dapat dilakukan adalah mengelola hipertensi agar tekanan darah menjadi normal. Caranya degan rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan melakukan perubahan gaya hidup.

 

Inilah perubahan gaya hidup yang harus dilakukan ketika Kamu didiagnosis hipertensi:

  • Makanlah diet yang seimbang dan rendah garam. Garam adalah ancaman bagi kesehatan terutama bagi penderita hipertensi. Seringkali penderita hipertensi tidak menyadari bahwa garam atau sodium kadar tinggi bukan ada di dapur, namun ada di bahan makanan seperti daging olahan, makanan kemasan, hingga kaldu instan.
  • Membatasi konsumsi alkohol. Banyak penelitian yang sudah membuktikan, ada hubungan erat antara mengonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Semakin banyak dan rutin minum alkohol, risiko mengalami pun hipertensi meningkat.
  • Menjalani aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur. Olahraga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan rutin, minimal 30 menit, minimal 5 hari dalam seminggu.
  • Kelola stres. Dilansir dari Mayoclinic.com, saat kita stres tubuh mengeluarkan hormon yang juga memicu kenaikan tekanan darah. Efek stres terhadap hipertensi permanen memang belum banyak diteliti, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengurangi stres berdampak baik terhadap kesehatan secara umum, termasuk terhadap tekanan darah.
  • Pertahankan berat badan pada kisaran sehat. American Heart Association menyatakan bahwa overweight atau kelebihan berat badan berkaitan dengan tekanan darah. Berat badan awal dan kenaikan berat badan dapat untuk mempridiksi risiko hipertensi. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mampu menurunkan berat badannya, akan diikuti pula dengan penurunan tekanan darah.
  • Berhenti merokok. Hasil analisis penelitian yang pernah dirilis oleh American Heart Association juga menunjukkan ada perbedaan angka tekanan darah antara perokok dan bukan perokok. Dari peserta studi, terlihat perokok memiliki tekanan darah sistolik 2 mmHg lebih tinggi dibandingkan non-perokok, untuk semua keompok usia. 
  • Rajin cek up ke dokter. Meskipun sudah rutin minum obat antihipertensi dan melakukan gaya hidup sehat, Kamu harus tetap rutin cek up ke dokter, minimal ke petugas kesehatan di Puskesmas untuk sekadar cek tekanan darah. Cek tekanan darah minimal dilakukan sebulan sekali. Cek tekanan darah bertujuan melihat apakah terapi yang sudah Kamu jalani efektif, dan melihat kemungkinan komplikasi. 
Baca juga: Gaya Hidup Sehat dengan Lemak Sehat
 

Pentingnya Minum Obat Teratur 

Seorang penderita hipertensi harus minum obat seumur hidupnya. Obat hipertensi harus diminum setiap hari dan kadang membutuhkan dua atau lebih kombinasi obat hipertensi untuk mengendalikan tekanan darah.

 

Mengapa obat hipertensi harus diminum rutin meskipun tekanan darahnya sudah mencapai target yang diinginkan? Minum obat yang asal-asalan, misalnya sehari minum kemudian dua hari lupa, justru akan membuat tekanan darah naik turun dan dapat merusak pembuluh darah. Risiko komplikasi akibat minum obat tanpa aturan ini menjadi lebih besar. 

 

Saat ini penderita hipertensi dimudahkan dalam minum obat karena sudah ada pilihan Obat Generik Berlogo (OGB). Kualitas dan efikasi atau keampuhan OGB tidak kalah dengan obat originator karena diproduksi dengan baik dan sudah melalui uji bioekuivalensi dan bioavalaibiltas.

 

Sebagai salah satu pelopor obat generik, OGB Dexa memiliki antihipertensi yang beragam mulai dari golongan ACE Inhibtor (captopril, ramipril), Angiotensin Receptor Blocker (candesartan, valsartan, telmisartan), hingga Calsium Channel Blocker (amlodipin). 

 

Obat Saja Tidak Cukup

Manfaat perubahan gaya hidup ini tidak main-main, lho! Sudah banyak sekali penelitian yang membuktikan dampak perubahan gaya hidup pada penderita hipertensi di semua level. Inilah beberapa di antaranya:

  • Pada penderita hipertensi yang baru saja terdiagnosis, perubahan gaya hidup adalah intervensi yang paling awal sebelum diberikan obat. 
  • Pada penderita hipertensi yang pengendalian tekanan darahnya harus dibantu obat, gaya hidup sehat tetap dijalani sebagai tambahan pengobatan.
  • Pada penderita hipertensi yang tekanan darahnya terkontrol dengan obat, menerapkan gaya hidup sehat dapat menurunkan kebutuhan dosis obat.
  • Pada orang tanpa hipertensi, gaya hidup bermanfaat untuk mencegah hipertensi dan menurunkan tekanan darah sehingga dapat menurunkan risiko komplikasi hipertensi.
Baca juga: Minum Obat Hipertensi Kok Jadi Beser, Ya?

Penurunan tekanan darah sangat penting bagi penderita hipertensi. Bahkan penurunan tekanan darah sekecil apapun, berdampak sangat besar pada risiko komplikasi. Sebagai contoh, pengurangan 3 mmHg pada tekanan darah sistolik dapat menurunkan 8% risiko kematian akibat stroke dan penurunan 5% kematian akibat penyakit jantung koroner. (AY/OCH)