Untuk melahirkan keturunan yang sehat dan pintar, seorang wanita harus selalu memperhatikan kesehatannya, terutama ketika hendak menjalankan program kehamilan dan selama kehamilan. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan yaitu menjalani pemeriksaan secara reguler, guna mengetahui apakah Mums serta calon buah hati benar-benar sehat dan tidak memiliki indikasi medis yang serius. Apabila ternyata terdapat gangguan kesehatan, baik pada Mums maupun si Kecil, maka dokter bisa lebih cepat mengambil tindakan.

 

Lalu apa saja pemeriksaan yang harus dilakukan oleh ibu hamil? Berikut penjelasannya untuk Mums!

 

Trimester Pertama

Menurut dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG., dari Brawijaya Women and Children Hospital, pada trimester pertama ada beberapa pemeriksaan yang idealnya dilakukan oleh ibu hamil, yaitu tes darah lengkap, tes urine lengkap, tes feripin, tes gula darah, USG, serta yang baru-baru ini mulai sering dilakukan adalah tes vitamin D. Semua pemeriksaan ini tidak boleh terlewat, karena pembentukan organ-organ pada tubuh bayi terjadi di awal-awal trimester kehamilan.

 

Tes darah lengkap dilakukan guna mengecek kadar hemoglobin, hematocrit, leukosit, dan lain-lain pada ibu hamil. Ini berfungsi untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi atau apakah ibu hamil mengalami anemia. Ibu hamil memang tidak boleh terkena infeksi selama kehamilan, karena mampu menyebabkan komplikasi dan membahayakan janin, salah satunya yaitu kelahiran prematur.

 

Selain rentan terkena infeksi dari jalur pernapasan, pencernaan, dan telinga, ibu hamil juga rentan terkena infeksi dari saluran kemih. Itulah mengapa ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan urine lengkap untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi saluran kemih atau tidak. Semua risiko infeksi tersebut harus dihilangkan.

 

Tes feripin merupakan pemeriksaan untuk mengecek cadangan zat besi di dalam tubuh ibu hamil. Kekurangan zat besi dapat memperbesar risiko ibu hamil mengalami anemia. Padahal, anemia dapat memengaruhi perkembangan otak bayi di dalam kandungan.

 

“Sekarang yang juga sedang rutin digalakkan adalah tes vitamin D. Sebab, ternyata fungsi vitamin D banyak sekali, terutama untuk pembuluh darah ibu hamil,” ujar dr. Dinda. Kecukupan vitamin D di dalam tubuh dapat mengurangi risiko infeksi serta menghindari risiko terkena darah tinggi di akhir kehamilan. Sayangnya, pemeriksaan ini belum bisa diakses di semua rumah sakit atau laboratorium.

 

Tes gula darah juga perlu dilakukan untuk memantau kadar gula darah ibu hamil. Pasalnya, jika kadar gula darah ibu hamil tinggi, ini menandakan ia rentan mengalami diabetes gestasional, yaitu diabetes yang dialami selama masa kehamilan.

Baca juga: Ibu Hamil Porsi Makannya Harus Lebih Banyak, Benarkah?

 

Satu lagi pemeriksaan yang wajib dilakukan oleh ibu hamil adalah USG atau ultrasonografi. Tes ini menggunakan gelombang frekuensi yang tinggi untuk melihat perkembangan janin serta organ reproduksi wanita selama kehamilan. Di trimester awal, USG berguna untuk menentukan waktu kehamilan, menentukan jumlah janin dan mengidentifikasi sruktur plasenta, mendiagnosis kehamilan ektopik (kehamilan yang berkembang di luar rahim) atau keguguran, memeriksakan kondisi rahim dan anatomi pelvis lainnya, serta dalam beberapa kasus dapat mendeteksi kelainan pada janin.

 

Trimester Kedua

Pemeriksaan pada trimester pertama umumnya akan kembali dilakukan, apalagi jika hasil tes-tes tersebut tidak menunjukkan hasil yang bagus. Pasalnya, hasil tes tersebut memiliki jangka waktu dan akan berubah sesuai kondisi tubuh ibu hamil saat ini. Untuk tes feripin, sejak waktu dilakukan pada trimester pertama, sebaiknya diulang lagi setelah 3 bulan. Sedangkan untuk tes-tes yang lainnya boleh diulang sekitar 1-2 bulan sejak terakhir dilakukan.

 

Tes yang juga perlu ibu hamil lakukan pada trimester ini adalah TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). “Tes ini berfungsi untuk melihat kadar gula ibu hamil, bagaimana toleransinya terhadap gula, apakah baik atau tidak. Sebab, toleransi gula pada ibu hamil biasanya cenderung kurang baik karena pengaruh kadar insulin di dalam tubuh. Jadi, nantinya ia bisa berisiko menderita kehamilan dengan diabetes,” jelas dr. Dinda.

 

Diabetes gestasional memang tidak mematikan, namun dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lain pada ibu hamil dan janin. Bayi berpotensi berukuran lebih besar, sehingga ibu terpaksa melahirkan menggunakan metode Caesar. Selain itu, ibu hamil dengan diabetes gestasional juga berisiko mengalami tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia.

Baca juga: Mengenal Pre-eklampsia, Penyebab Wafatnya R.A. Kartini

 

Saat melakukan USG, dapat memeriksa anatomi janin apakah ada kelainan, memeriksa jumlah cairan amnion, memerika pola alirang darah, mengamati perilaku dan aktivitas janin, memeriksa plasenta, mengukur panjang serviks, dan memantau pertumbuhan janin.

 

Trimester Ketiga

Pada trimester ini, jelas dr. Dinda, pemeriksaan sebelum-sebelumnya akan kembali diulang, terutama untuk tes feripin dan tes darah lengkap. Hanya saja, pemeriksaan akan dilakukan lebih sering daripada sebelumnya. Jika di trimester pertama dan kedua pemeriksaan dilakukan per 4 minggu, di trimester ketiga (minggu ke-30) dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan per 2 minggu sekali , dan menjelang persalinan akan dilakukan setiap minggu. Untuk USG di trimester ketiga, pemeriksaan ini berguna untuk memantau pertumbuhan janin, memeriksa jumlah cairan amnion, menentukan posisi janin, serta menilai kondisi plasenta.

 

Kapan Harus Melakukan Tes TORCH?

TORCH merupakan kepanjangan dari beberapa nama penyakit, yaitu Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus. Penyakit-penyakit tersebut dapat sangat membahayakan pada ibu hamil, mulai dari menyebabkan persalinan prematur, keguguran, infeksi kongenital pada janin, hingga kematian janin.

 

Sayangnya, menurut dr. Dinda, banyak wanita yang salah kaprah dalam melakukan tes ini. “Salah satu catatan, banyak yang memeriksakan TORCH semasa hamil. Padahal, sebaiknya pemeriksaan tersebut dilakukan sebelum hamil. Karena jika wanita terdeteksi mengalami toksoplasma atau rubella, seharusnya ia diterapi dulu baru boleh melakukan program kehamilan,” tuturnya. Masa berlaku tes TORCH adalah 6 bulan hingga 1 tahun. Jadi jika belum kunjung hamil pada rentang waktu tersebut, tes TORCH perlu diulang kembali sebelum menyiapkan program kehamilan.

 

Pemeriksaan yang Mungkin Diperlukan Ibu Hamil

Apabila usia ibu sudah di atas 35 tahun dan dari hasil USG rutin ditemukan adanya kelainan pada bayi, dokter dapat merekomendasikan ibu hamil untuk melakukan NIPT (Non Invasive Prenatal Test). Tes ini akan menganalisis DNA bebas sel di dalam darah ibu hamil.

 

Fungsi dari NIPT adalah untuk mendeteksi adanya kelainan kromosom pada janin, yang dapat mengakibatkan bayi mengalami Edward syndrome, patau syndrome, atau down syndrome. NIPT dilakukan di usia kandungan 10-14 minggu. Sayangnya, biaya untuk melakukan tes ini cukup fantastis, yaitu sekitar 10-13 juta.

 

Itulah jenis-jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan selama kehamilan. Meski biayanya tidak sedikit, namun semua pemeriksaan tersebut perlu dilakukan supaya kondisi Mums dan si Kecil selalu dapat terpantau dan menghindari indikasi medis yang serius. Bila ditangani sedini mungkin, tentunya akan baik bagi dua-duanya, bukan? (AS/OCH)

Baca juga: Ibu Hamil, Waspada dan Antisipasi Ketuban Pecah Dini!