Gigi yang rapi dan teratur merupakan salah satu daya tarik seseorang. Walaupun tidak semua orang mementingkan hal ini karena dianggap bukan kebutuhan primer, namun beberapa orangberpikir bahwa kerapian gigi adalah sesuatu yang penting. Salah satu cara yang cukup populer untuk merapikan gigi adalah memasang kawat gigi. Kalau membicarakan kawat gigi, saya teringat masa kecil. Ketika itu, memasang kawat gigi merupakan hal yang cukup populer.

 

Saya pernah menggunakan kawat gigi ketika saya masih duduk di kelas 6 SD. Namun pada saat itu, dokter mengatakan saya tidak perlu menggunakan kawat gigi yang permanen, sehingga hanya dipakaikan retainer yang lepas pasang di bagian gigi atas saja. Walaupun lepas pasang, namun tetap saja menimbulkan rasa sakit lho, apalagi seminggu setelah kawat tersebut dikencangkan. Namun saya memutuskan untuk menggunakan kawat gigi lagi sekarang, yaitu saat saya berusia 25 tahun.  Saya berniat untuk menggunakan kawat gigi lagi karena pada saat ini, gigi bawah saya lebih berantakan daripada gigi atas. Kemungkinan ini karena dorongan gigi geraham 3 yang memang pertumbuhannya kurang bagus dan mendorong gigi lain. Dampak dominonya sampai di gigi depan saya, lho. 

 

Sebenarnya, apakah kawat gigi hanya untuk estetika saja? Ternyata, fungsi kawat gigi tidak serta untuk estetika saja, lho! Kawat gigi menyeimbangkan ruangan yang ada di dalam rongga mulut, sehingga gigi kita memiliki alignment yang baik. Beberapa orang dengan keadaan overbite, crossed bite, dan beberapa keadaan gigi lainnya dapat diperbaiki dengan kawat gigi. Walaupun terkesan sepele, namun kesehatan gigi itu sangat penting dan cukup kompleks!

 

Apa saja sih yang perlu dipersiapkan?

Pertama-tama, saya mencari beberapa info biaya pemasangan kawat gigi yang sesuai budget. Ternyata setelah saya bertanya ke beberapa dokter, harga kawat gigi berkisar antara Rp 10-30 juta, tergantung jenis kawat gigi dan dokter giginya sendiri. Cukup mahal, ya?

 

Ternyata kawat gigi memiliki beberapa jenis. Hal yang sering ditawatkan adalah kawat gigi jenis metal biasa (yang memiliki kawat warna-warni) dan damon (self ligating). Kawat damon memiliki kelebihan berupa waktu konsultasi yang lebih panjang (6 minggu sekali) dan rasa nyeri lebih lebih ringan.

 

Boleh enggak sih pasang kawat gigi dengan dokter gigi umum? Saya sudah berkonsultasi dengan dokter gigi di kota saya bekerja dan beliau mengatakan bahwa pada beberapa keadaan, kawat gigi ini bisa dikerjakan oleh dokter umum. Mungkin pada kasus yang ringan (mereka memiliki grading tersendiri) dapat dilakukan oleh dokter umum, namun untuk lebih aman, pemasangan kawat oleh spesialis ortodontis lebih dianjurkan.

 

Setelah pasang, bagaimana sih rasanya?

Beberapa jam setelah pemasangan kawat gigi, rasa sakitnya baru terasa. Pada 2 malam pertama, saya tidak bisa tidur nyenyak karena rasa nyeri yang mengganggu. Saya sendiri  merupakan light sleeper yang cukup sensitif tentang hal-hal kecil yang mengganggu tidur. Akhirnya saya menggunakan obat penahan anti nyeri keesokan harinya dan saya bisa berisitirahat. Makanan yang bisa saya makan hanya bubur atau jus. Saya adalah penggemar berat buah dan sayur, yang sayangnya, sangat sulit untuk mengonsumsinya. Saya jadi cukup malas untuk berinterakasi dengan orang karena membuka mulut akan menyebabkan lecet-lecet pada mukosa mulut saya. Namun, semua penderitaan itu hanya berlangsung seminggu setelah pengencangan kawat kok! Pada hari-hari setelahnya, saya bisa makan normal.

 

Apa saja sih yang perlu diperhatikan?

Yang paling penting adalah kebersihan rongga mulut. Adanya kawat gigi yang menempel di gigi ternyata menyebabkan plak sisa makanan mudah menempel. Oleh karena itu, dapat digunakan sikat gigi khusus dan sikat gigi interdental yang dapat membantu membersihkan sela-sela kawat. Selain itu, tusuk gigi merupakan hal yang selalu ada di tas saya sejak pasang kawat gigi. Selain itu, saya juga menganjurkan untuk menggunakan obat kumur untuk menjaga kebersihan mulut.

 

Sekian cerita saya tentang pemasangan kawat gigi, ya! Semoga membantu!