Generasi Milenial kini telah menjadi orang tua yang melahirkan Generasi Alfa. Survei yang dilakukan oleh Pew Research Center menemukan, 57% ibu milenial percaya dan merasa sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik sebagai orang tua, dibandingkan dengan 48% ibu dari Gen X, dan 41% ibu dari kalangan Baby boomer.

 

Organic parenting merupakan pola pengasuhan yang makin banyak diminati oleh ibu-ibu milenial. Ini terungkap dalam diskusi bertajuk “Organic Parenting Semakin Tinggi Minat” yang diselenggarakan Arla Indofood di Jakarta, Kamis (23/01/2020).

 

Organic parenting sendiri sebenarnya bukan hal baru, meski terdengar kekinian. “Organic parenting bukan baru berkembang belakangan ini. Tapi makin banyak orang tua milenial yang teredukasi untuk mencari pola asuh yang lebih tepat untuk anak-anak. Lalu terpaparlah dengan informasi soal organic parenting,” papar psikoloh klinis Ayoe Soetomo, M.Psi.

 

Baca juga: Awas, Jangan Terjebak Jadi Toxic Parents!

 

 

Pengasuhan Dekat dengan Alam

Dijelaskan Ayoe, organik sering dikaitkan dengan segala sesuatu yang alami. Demikian pula dengan organic parenting. “Pada dasarnya, anak dibesarkan dalam pola pengasuhan yang dekat dengan alam, ramah lingkungan, dan menggunakan semua yang natural,” ujar Ayoe.

 

Selama ini organik lekat dengan makanan alami. Padahal menerapkan organic parenting juga diikuti semua aspek yang terlibat dalam tumbuh kembang anak. Termasuk di dalamnya aktivitas, dan interaksi antara anak dan orang tua. Milsanya, mendekatkan anak ke alam agar anak mendapat stimulasi sensorik penuh.

 

Saat ia berlari-lari di alam bebas, tercipta stimulasi dari kepala sampai kaki. Demikian pula saat bersepeda. “Otak kanan dan kiri terstimulasi, anak belajar keseimbangan, otot dan tulangnya pun jadi kuat,” ucap Ayoe. Belum lagi bila misalnya ia jatuh, “Kita suruh ia untuk bangun. Itu adalah support baginya.”

 

 

Ayoe menambahkan, menerapkan organic parenting tak harus selalu dengan kegiatan alam yang ekstrim. Dalam kehidupan sehari-hari, bisa dilakukan sesederhana memelihara hewan, atau menanam pohon di halaman. Ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.

 

Kegiatan lain adalah memilah-milah sampah, mana yang bsia didaur ulang, atau dijadikan kompos. Di akhir pecan, ajaklah anak bersepeda atau sekadar berjalan-jalan ke taman sekitar rumah.

 

“Yang penting, komitmen untuk melakukannya. Pasangan pun harus berkomitmen untuk melaksanakan organic parenting sesuai yang sudah disepakati,” imbuh Ayoe. Dengan demikian tak sekadar ikut-ikutan tren organic parenting, tapi melaksanakannya secara berkelanjutan.

 

Baca juga: Menerapkan Organic Parenting, Begini Caranya!

 

Dukungan Nutrisi Organik

Sementara itu, dr. Lucia Nauli Simbolon, Sp.A, menambahkan, dari sisi nutrisi, asupan pangan organik sangat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Saat usia 0 – 6 bulan, bayi mendapat ASI eksklusif. Setelahnya, ia perlu mendapat tambahan asupan nutrisi. Ini harus sangat diperhatikan, terutama dalam 2 tahun pertama yang merupakan golden period tumbuh kembang anak.

 

Bahan makanan organik tidak mengandung pestisida dan pupuk sintetis. “Kita ingin menghilangkan zat-zat tersebut, sehingga tidak ada residu pestisida dalam makanan/minuman anak. Dan yang pasti, kita juga ingin menghindari paparan growth hormone. Sebisa mungkin kita hindari bahan-bahan seperti ini sejak dini,” papar dr. Lucia.

 

Growth hormone kerap digunakan pada hewan, untuk merangsang produksi susu sapi yang lebih banyak, atau ayam jadi lebih gemuk. Keunggulan makanan organik antara lain, kadar antioksidannya lebih tinggi, karena tidak ada interaksi dengan bahan kimia berbahaya.

 

Terbukti, hewan yang mengonsumsi makanan organik memiliki kandungan asam linoleat dan omega-3 lebih tinggi. “Ini membuat daya tahan tubuh anak lebih baik,” ucap dr. Lucia.

 

Makanan organik juga merangsang pertumbuhan bakteri bemanfaat di usus. “Awalnya, 70% imunitas berada di usus. Bila usus sehat, daya tahan anak pun baik,” ucap dr. Lucia. Keseimbangan bakteri usus juga akan membuat gut-brain axis terbentuk dengan baik, sehingga fungsi kognitif anak pun turut membaik.

 

Makanan organik termasuk susu, umumnya memiliki rasa alami dan segar, tanpa perisa tambahan apapun. Meski tanpa tambahan gula dan perisa, susu sudah memiliki rasa yang enak. “Gula tambahan dan perisa akan membuat anak terbiasa dengan rasa manis. Saat besar nanti, dia akan terus mencari rasa yang makin manis,” lanjutnya.

 

Anastasia Damayanti, Head of Marketing PT Arla Indofood, memahami kebutuhan para ibu milenial yang ingin menerapkan organic parenting namun kesulitan mendapatkan produk makanan organik. “Kami ingin menjadi teman para ibu milenial dalam menerapkan gaya hidup sehat dan organic parenting yang berkelanjutan, bukan hanya sekadar tren sesaat,” ungkapnya.

 

Produk Arla Indofood yang merupakan susu pertumbuhan organik pertama di Indonesia, memiliki kandungan gizi yang mengacu pada WHO Codex dan BPOM. “Jadi, nutrisinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi si kecil di periode kritis pertumbuhan. Selain itu, kami menggunakan bahan dasar susu organik. Bahan vitamin dan mineral lainnya pun hampir semua nya organik sehingga kandungan susu kami 99% organik," tambahnya.

 

Nah Geng Sehat berminat menerapkan gaya pengasuhan organik? Yuk dimulai sekarang, karena semuanya aspeknya sudah tersedia di Indonesia!

 

Baca juga: Mau Si Kecil Pintar? Ajak Ia Bermain Yuk, Mums!

 

 

Sumber:

Diskusi “Organic Parenting Semakin Tinggi Minat” yang diselenggarakan Arla Indofood di Jakarta, Kamis (23/01/2020).