Toxic parents. Orang tua yang ‘beracun’. Istilah mengerikan ini mungkin akan membuat banyak orang tua langsung bersikap defensif. Peran orang tua memang berat. Mereka pun melakukan segala cara demi kebaikan sang Anak. Sayangnya, meski tujuannya mungkin baik, terkadang tidak selalu tepat.

 

Apakah Mums pernah membentak si Kecil untuk kesalahan yang sebenarnya tidak parah-parah amat? Apakah Mums sering mempermalukannya di depan umum? Apakah Mums secara ketat mengontrol keputusan anak seutuhnya, mulai dari sekolah, teman bergaul, hingga hobi yang perlu digeluti?

 

Hmm, bila hampir semua jawaban di atas adalah ‘iya’, waspadalah. Jangan-jangan Mums telah menjadi toxic parents!

 

Tidak Selalu Fisik

Toxic parents tidak hanya atau selalu menekankan hukuman fisik kepada anak bila ia melakukan kesalahan. Ada juga yang ‘meracuni’ kesehatan mental anak dengan kata-kata kasar maupun ucapan yang secara perlahan ‘membunuh’ semangat anak. Yang ini justru lebih berbahaya karena tidak terlihat.

 

Dalam bukunya yang berjudul Toxic Parents: Overcoming Their Hurtful Legacy and Reclaiming Your Life, Susan Forward memberikan beberapa ciri toxic parents, yaitu:

  • Memberi hukuman fisik secara berlebihan demi alasan disiplin.
  • Membuat anak terlibat dalam masalah orang tua, sehingga anak cenderung merasa bersalah bila menginginkan sesuatu.
  • Menekan anak secara psikis dan emosional.
  • Menyuap anak dengan imbalan uang bila menuruti keinginan orang tua.

 

Nah, ternyata memberi imbalan uang kepada anak tidak baik. Bila ingin menghadiahi anak sesuatu, ada baiknya tidak sering-sering dan hanya bila anak berhak mendapatkannya.

 

Baca juga: Theraplay untuk Mendekatkan Orang Tua dan Anak

 

5 Kebiasaan Toxic Parents dan Akibat yang Ditimbulkan

Ada beda antara bersikap tegas dengan asal menghukum. Waspadai bila 5 hal ini ternyata sudah sering dilakukanya, Mums!

 

  1. Orang tua marah-marah terus, anak jadi bingung.

Bila anak melakukan kesalahan, memang sebaiknya ditegur. Namun bila orang tua marah-marah terus setiap kali anak melakukan sesuatu di luar keinginan mereka, yang ada anak malah jadi bingung. Apalagi bila marah-marahnya tidak disertai alasan yang jelas. Akibatnya, anak jadi takut untuk melakukan apa pun karena khawatir akan disalahkan lagi.

 

  1. Terlalu mengatur, anak jadi tidak mandiri.

Maksud hati ingin anak melakukan hal yang benar, ternyata malah jadi membuatnya tidak mandiri. Orang tua yang terlalu mengekang dan mengatur akan membuat anak menjadi manja. Selain tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab, anak akan selalu tergantung dengan orang tua.

 

Baca juga: Jangan Acuhkan Gejala Baby Blues dan Postpartum Depression

 

  1. Terlalu menginterogasi, anak jadi suka berbohong.

Tidak salah bila selalu ingin tahu kegiatan anak sehari-hari. Namun, buatlah ia merasa nyaman untuk bercerita kepada orang tuanya sendiri. Bila terlalu menginterogasi, apalagi dengan nada menuduh dan menyalahkan, lama-lama anak jadi malas bercerita. Bukannya jujur, anak malah terbiasa berbohong untuk cari aman.

 

  1. Melibatkan anak dalam urusan orang tua membuatnya stres dan merasa bersalah.

Jangan paksa anak untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Melibatkannya dalam urusan pribadi orang tua, misalnya saat Mums dan Dads bertengkar, dapat membuatnya stres dan merasa bersalah. Apalagi bila anak masih dalam fase tumbuh kembang. Yang ada, anak jadi trauma. Inilah salah satu sebab anak akan takut untuk menikah dan punya anak ketika dewasa kelak.

 

  1. Sering merendahkan anaksehingga ia kehilangan motivasi.

Setiap anak punya bakat dan potensi masing-masing. Selain itu, tidak semua anak senang dengan kompetisi. Namun, orang tua malah akan memperparah rasa minder anak bila mencela dan membandingkannya dengan anak-anak lain yang dianggap lebih berhasil. Akibatnya, anak jadi kehilangan motivasi dan malas melakukan apa pun.

 

Jangan sampai kebiasaan ala toxic parents akhirnya menghancurkan anak di kemudian hari. Selain belajar mengendalikan diri dan bersikap dewasa layaknya orang tua, berilah anak ruang untuk berekspresi dan bereksplorasi. Daripada sering mengkritik, dukunglah anak dengan cara membesarkan semangat mereka. Setiap manusia selalu bisa belajar dari kesalahan mereka. Ajari anak bahwa ketika ia berbuat salah harus segera bertanggung jawab dengan memperbaiki kesalahannya ya, Mums. (AS)

 

Baca juga: Bahaya Menggelitik Anak secara Berlebihan

 

Sumber:

Glitzmedia.co: Gunakan Cara Berikut agar Tidak Menjadi Toxic Parents

Bustle: 9 Signs You Have A Toxic Parent

Amazon: Toxic Parents: Overcoming Their Hurtful Legacy and Reclaiming Your Life

Psychology Today: 12 Clues a Relationship with a Parent Is Toxic