Si Kecil gendut? Pasti lucu dan menggemaskan ya, Mums! Tetapi waspada Mums, jangan sampai berat badan si Kecil terus bertambah di atas rata-rata berat badan anak seusianya, bahkan sampai obesitas. Obesitas di masa kanak-kanak, dapat bertahan hingga dewasa, dan membawa konsekuensi tidak ringan.

 

Obesitas pada anak, selain faktor genetik, juga disebabkan gaya hidup di keluarga yang tidak sehat. Sebuah studi ilmiah menemukan besarnya pengaruh gaya hidup yang diterapkan oleh ibu, dapat berdampak pada risiko obesitas si Kecil. Sebaliknya, menjaga gaya hidup sehat dapat menghindarkan anak dari kelebihan berat badan. 

 

Baca juga: Kenali 3 Penyebab Obesitas pada Bayi

 

Dilansir dari nypost.com, sebuah penelitian terbaru yang dimuat di British Medical Journal, menunjukkan para ibu yang mengajarkan si Kecil untuk mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan, minum air putih sesuai standar yang dianjurkan, serta tidak merokok, memiliki penurunan risiko obesitas sampai 82%.  


"Anak-anak cenderung mengikuti pola hidup yang diterapkan oleh ibu mereka. Ibu adalah kunci utama yang menentukan tinggi atau rendahnya risiko obesitas si Kecil sampai tumbuh dewasa," ungkap Qi Sun, selaku pimpinan studi di Harvard T.H.Chan School of Public Health ini.


Kalau Mums sulit melakukan semuannya, bahkan hanya dengan menerapkan menu diet sehat pada anak tanpa membiasakannya untuk berolahraga, sudah cukup. Diet sehat dapat menurunkan risiko obesitas pada anak hingga 56%.

 

Baca juga: Benarkah Susu Formula Membuat Bayi Rentan Obesitas?

 

Dampak Buruk Obesitas pada Anak

Jika Mums masih belum tergerak juga, mungkin Mums harus tahu bahwa obesitas pada anak tidak hanya berdampak secara fisik, melainkan juga dapat menimbulkan masalah sosial dan emosional. Risiko paling besar adalah timbulnya penyakit kronis yang lebih cepat, terutama diabetes melitus tipe 2. 

 

Diabetes sangat berisiko menyerang anak obesitas. Menurut data The Center for Disesase Control, diabetes tipe 2 tidak hanya berpotensi menyerang orang dewasa, tetapi juga rentan menyerang anak usia belasan tahun yang mengalami kelebihan berat badan. 

 

Diabetes diawali dari kondisi yang disebut sindrom metabolik, yaitu kumpulan kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai dengan kelebihan lemak perut, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Lemak di perut itu sangat tidak sehat. Ia mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan peradangan, termasuk di pembuluh darah.

 

Kerusakan pembuluh darah ini memicu penumpukan plak dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah menyempit. Bila terjadi secara terus-menerus, dalam jangka waktu lama penumpukan plak ini dapat mengeras dan menyumbat pembuluh darah. Akibatnya, risiko stroke dan serangan jantung pun meningkat di usia muda.

 

Tips Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

 

Selain sindrom metabolik, obesitas pada anak juga meningkatkan risiko asma, perlemakan hati, dan gangguan tidur, dan juga pubertas dini. Obesitas mengakibatkan ketidakseimbangan hormon sehingga anak mengalami pubertas dini. Contohnya, siklus menstruasi yang terjadi lebih cepat pada anak perempuan. Sedangkan pada anak laki-laki, ketidakseimbangan hormon bisa menurunkan kadar testosteron dalam tubuh, sehingga pertumbuhan alat kelamin tidak maksimal (mikropenis).

 

Anak yang mengalami obesitas juga lebih rentan terkena masalah gangguan pernapasan, sehingga sering mendengkur saat tidur. Pada akhirnya, kualitas tidur anak pun menurun. Salah satu gangguan tidur yang paling dikhawatirkan pada anak obesitas adalah OSA (obstructive sleep apnea), yaitu sebuah kondisi terhentinya napas saat tidur sehingga asupan oksigen ke otak pun berkurang. Untuk kasus yang berat, gangguan sleep apnea obstruktif ini dapat menyebabkan kematian.

 

Masalah Sosial dan Emosional

Selain masalah fisik, anak-anak obesitas cenderung memiliki rasa percaya diri rendah, dan rentan menjadi korban bully. Tentunya ini sangat tidak baik untuk perkembangan emosi dan perilaku anak di masa depan.

 

Ledekan dari teman-temannya tentang tubuh gendut si Kecil, dapat menyebabkan anak menjadi depresi. Amatilah perilaku anak. Jika si Kecil terlihat murung, tiba-tba kehilangan semangat, tidak berminat untuk menjalani kegiatan sehari-hari, kerap merasa lelah, dan tidur lebih lama waktunya, maka bisa jadi ia mengalami tekanan berat di sekolah.

 

Sebelum berlarut-larut, ada baiknya Mums segera mengambil tindakan. Sejak awal Mums harus memantau kenaikan berat badan anak. Bila si Kecil sudah menunjukkan gejala kelebihan berat badan, jangan menyuruh anak diet. Ia masih butuh nutrisi penting untuk tumbuh kembangnya. Mums hanya harus mengatur pola makannya, dengan menyeimbangkan kalori yang masuk dan keluar, sesuai usianya.

 

Batasi snack yang mengandung gula dan ajak anak banyak beraktivitas di luar rumah. Ajak si Kecil untuk melakukan aktivitas olahraga yang ia sukai selama 20-30 menit per hari. Ulangi kebiasaan baik ini setidaknya 4 kali dalam seminggu, untuk manfaat kesehatan yang lebih maksimal. Agar lebih optimal, Mums bisa berkonsultasi dengan dokter anak untuk memantau gizinya (TA/AY)

Baca juga: Gelagat Diabetes pada Bayi dan Balita