“Menyusui itu lebih menantang daripada 10 bulan hamil.”

 

“Waktu saya susui anak saya pertama kali, lho kok dia bingung? Kirain langsung bisa.”

 

“Puting saya berdarah-darah, lecet parah, ternyata pelekatan menyusuinya salah.”



Tiga kondisi di atas bukan cerita baru, terlebih jika Mums sudah melewati atau sedang menjalani proses menyusui. Ya, memang terbukti nyata bahwa menyusui tidak bisa pintar sendiri. Baik si Kecil maupun Mums, sama-sama belajar dan beradaptasi agar bisa menyusu dan menyusui dengan baik. Bahkan, dari 7 ibu pejuang ASI yang Teman Bumil temui, 6 di antaranya punya pengalaman menyusui yang dramatis.

 

Namun, bukan berarti perjuangan mengASIhi tak bisa berakhir dengan cerita indah, ya, Mums. Semua ibu yang telah menjalaninya, sangat mengakui bahwa menyusui adalah momen berharga dan sangat mengeratkan ikatan dengan anaknya. 

 

Nah, agar proses menyusui berjalan lancar dan sesuai harapan, ada kunci utamanya. Bukan hanya mengandalkan naluri atau informasi ala kadarnya. Menemui dr. Sylvia Haryeny. IBCLC‎, konselor laktasi dari Brawijaya Hospital Antasari, ada beberapa langkah persiapan menyusui yang idealnya dilakukan semua ibu.

 

Kenali Payudara

 

Sebagai media utama untuk menyusui, mengenali payudara sebelum memulai perjalanan menjadi busui adalah hal penting. Anggapan umum yang masih sering terjadi hingga sekarang adalah bayi hanya mengisap puting. Padahal, pelekatan yang benar adalah seluruh areola masuk ke mulut bayi, sehingga gusi bayi bisa mengisap areola dan menstimulasi saluran asi yang letaknya tepat di bawah areola untuk mengalirkan ASI. Jika tidak ada isapan yang mengenai area itu, maka tidak akan terjadi Let-down reflex (LDR), yaitu refleks keluarnya ASI dari payudara.

 

Selain itu, mengenali bentuk puting juga sama pentingnya, karena di area inilah akhirnya ASI akan keluar, setelah terstimulasi dari isapan bayi di areola. Perlu diketahui, wanita diciptakan dengan beragam bentuk puting. Ada wanita dengan puting kecil, puting rata (inverted nipple), hingga puting besar, yang memiliki tantangan berbeda-beda untuk bisa melekat dengan baik pada mulut bayi.

 

Tahap pengenalan payudara ini, disarankan oleh dr. Sylvia dilakukan sedari hamil, mengikuti rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang 7 kontak dengan konselor laktasi. Ketujuh kontak tersebut yaitu:

  1. Ke-1 --> Umur Kehamilan 28 minggu.
  2. Ke-2 --> Umur Kehamilan 36 minggu.
  3. Ke-3 --> Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
  4. Ke-4 --> Setelah melahirkan (hari pertama, kedua, ketiga, dan selama masih dirawat).
  5. Ke-5 --> Nifas hari ke-7.
  6. Ke 6 --> Nifas hari ke-14.
  7. Ke-7 --> Nifas hari ke-39.
  8. Plus  --> Hingga anak berusia dua tahun.

 

Kontak kedua sampai keempat, umumnya dilakukan selama Mums dirawat pascabersalin, dan disarankan diteruskan sampai kontak terakhir, yaitu si Kecil berusia 2 tahun. Tujuan dari semua kontak ini adalah untuk menjaga kecukupan ASI, mengatasi kesulitan yg terjadi, memberikan pengarahan saat si Kecil mulai masa MPASI, sampai bersiap untuk menyapih.

 

Baca juga: Cara Menyusui Bayi Baru Lahir

 

Kenali Perbedaan ASI Sedikit dan ASI Cukup

 

Menemui konselor laktasi sejak dini, juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi apa yang akan terjadi di hari-hari pertama si Kecil lahir. Karena, kondisi kritis masa menyusui terjadi di sebulan pertama, yang mana baik ibu maupun bayi bagaikan “murid baru” dan belum tahu apa-apa.

 

Menurut dr. Sylvia, kegagalan menyusui umumnya terjadi saat seorang ibu tidak didampingi oleh tenaga ahli dan akhirnya berhenti di awal perjuangan. “Dan, mempelajari semua itu tak cukup hanya dengan nonton YouTube atau baca buku. Tetap perlu bertemu langsung dengan konselor laktasi, karena kondisi payudara ibu juga perlu dinilai,” tambahnya.

 

Masalah yang paling sering terjadi pada busui baru adalah merasa ASI sedikit atau tak ada ASI yang keluar. Padahal, seringnya ini hanyalah persepsi. Dari sisi laktasi, ASI keluar ataupun ASI banyak, dinilai dari kondisi bayinya, bukan dari payudara ibunya atau hasil perahnya. Apalagi di hari-hari pertama menyusui, payudara tak bisa dipompa. Ibaratnya, payudara masih seperti sumur yang dalam, dan gerakan memerah yang dilakukan menggunakan tangan atau alat pompa ASI, belum bisa mencapai ke muara ASI. Jadi, busui baru yang mencoba memerah dan mendapatkan hasil perahnya sedikit, bukan berarti tak bisa memproduksi ASI.

 

“Maka, ketika mengeluh ASI nggak keluar atau ASI sedikit, selalu cek dulu bayinya. Yang paling mudah adalah menghitung berapa kali bayi pipis per 24 jam. Jika ia perlu ganti popok 1-2 kali di dua hari pertama, atau perlu ganti popok sebanyak 5-6 kali di usia lebih dari 5 hari, maka ia sudah mendapatkan ASI dari ibunya.  Ingat, yang terpenting adalah terjadi proses transfer ASI dari payudara kepada bayi, bukan berapa banyak jumlah ASI yang bisa dibuat ibu. Toh, tak ada gunanya punya stok ASI melimpah, tapi bayinya nggak bisa minum, misal karena sakit atau ada kecacatan,” terang dr. Sylvia.

 

Baca juga: Cara Menggendong Bayi Baru Lahir

 

Jalin Kerja Sama dengan Orang Sekitar

 

Kesuksesan seorang ibu untuk menyusui anaknya hingga dua tahun, juga menjadi kesuksesan milik suami, ibu kandung, ibu mertua, teman-teman, dan orang di sekitar lainnya. Hal itu tak lain karena menyusui adalah pergulatan fisik dan mental yang tak hanya dijalani oleh sang ibu, tapi juga orang-orang di sekeliling.

 

“Dukungan suami sekecil apa pun, seperti rela putar balik untuk ke rumah demi ambil kantong ASI yang ketinggalan, sudah sangat berarti buat saya. Atau, kalimat menyemangati dari ibu dan ibu mertua kalau pasti bisa menyusui, membuat saya merasa didukung untuk memberikan nutrisi terbaik bagi anak saya.” Begitu sepenggal testimoni para busui yang bercerita tentang besarnya peran suami dan orang-orang terdekat untuk kesuksesan menyusui.

 

Itulah kenapa, bagian dari konsultasi dengan konselor laktasi juga akan melibatkan suami dan orang-orang terdekat di sekitar Mums. “Persiapan mental dan fisik suami dan keluarga terdekat, sudah dimulai sejak sang ibu mengandung,” tegas dr. Sylvia. Hal ini bahkan diperkuat dari hasil penelitian yang dipublikasikan di The Cochrane Database of Systematic Reviews (CDSR), dengan menyatakan bahwa dukungan tambahan untuk busui, meningkatkan persentase keberhasilan menyusui.

 

Jadi, tetap semangat menyusui, ya, Mums. Lebih dari sekadar memberikan ASI, menyusui adalah investasi seumur hidup yang tak ternilai harganya. (AS)

 

 

Baca juga: Yang Perlu Diketahui tentang Perawatan Bayi Baru Lahir