Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang banyak digunakan. Bahkan penggunaan kondom sudah sejak 12.000 tahun silam. Bukti berupa lukisan di gua menunjukkan bahwa sejak dulu, kondom sudah digunakan. Kondom tertua yang pernah ditemukan berasal dari tahun 1642. Kondom bukan hanya alat pengontrol kehamilan, namun juga bisa mencegah Anda tertular penyakit seksual. Sebuah penelitian tentang efektivitas kondom meninjau bahwa, jika dibandingkan dengan tidak memakai kondom, orang-orang yang menggunakan kondom saat berhubungan seksual dapat menurunkan risiko keseluruhan penularan HIV/AIDS hingga 80-87%. Tapi untuk mendapat jaminan perlindungan yang lebih baik, gunakan kondom yang dibarengi dengan metode kontrasepsi lain, seperti spiral (IUD), implan, injeksi, atau pil. Meskipun penggunaan alat kontrasepsi ini sudah sejak lama, namun ternyata pemahaman mengenai kondom masih banyak yang salah. Mungkin ini diakibatkan oleh beredarnya mitos seputar kondom yang belum tentu benar. Karenanya, penting bagi Anda untuk mengetahui fakta yang benar seputar alat pengaman ini.

Mitos #1

Kondom Mudah Rusak dan Sobek

Ini jelas hanya mitos. Kondom dibuat dengan standar tertentu hingga tidak mudah sobek ketika digunakan. Kecuali jika cara penggunaannya salah atau sudah kedaluwarsa, kondom bisa saja bocor dan sobek saat digunakan. Oleh karena itu, selalu cek tanggal kedaluwarsa dan perhatikan cara penggunaan yang disarankan. Cara memasang kondom yang baik adalah dengan menyubit ujung kondom secara perlahan dengan kedua jari untuk menghindari berkumpulnya udara di ujungnya. Anda bisa meneteskan sedikit pelumas di ujung kondom atau pada penis sebelum penetrasi, untuk kenyamanan. Selain itu, buang kondom yang sudah lama disimpan.

Mitos #2

Pakai 2 lapis kondom agar lebih aman

Memakai kondom 2 lapis ketika berhubungan seksual hanya akan menimbulkan gaya gesek, yang meningkatkan risiko sobek pada salah satu lapisan kondom atau bahkan keduanya. Oleh karena itu, penggunaan kondom hanya disarankan 1 lapis saja setiap berhubungan seksual. Anda pun sebaiknya tidak menggunakan kondom pria dan wanita di waktu yang bersamaan, untuk alasan yang sama seperti di atas.

Mitos #3

Losion baik digunakan sebagai pelumas kondom

Sebaiknya, Anda tidak menggunakan produk berbahan dasar minyak seperti losion atau hand cream. Minyak dapat merusak lateks, hingga risiko kondom sobek lebih tinggi. Pelumas memang terkadang diperlukan sebagai pelicin. Namun pilihlah yang berbahan dasar air yang dijual di pasaran.

Mitos #4

Kondom digunakan sebagai preventif

Kondom memang dapat memberikan perlindungan dari penyakit seks menular, termasuk HIV/AIDS, dan kehamilan yang tidak direncanakan, namun penyakit kelamin juga dapat menular melalui seks oral, anal, atau menggunakan mainan seks tanpa pengaman. Bahkan dengan tidak adanya risiko penyakit kelamin, bakteri dari anus dapat dengan mudah masuk ke dalam uretra laki-laki dan menyebabkan infeksi saluran kandung kemih. Untuk mencegah hal-hal ini, Kamu bisa mendapatkan kondom yang sesuai di sini.

Mitos #5

Ukuran kondom universal

Kondom yang dijual di pasaran memiliki varietas yang luas, mulai dari panjang, lebar, hingga bentuk. Pada umumnya, kondom bisa meregang hingga 45 cm. Namun, tidak semua ukuran kondom cocok untuk tiap orang. Jika kondom sobek, terlepas saat penetrasi, melorot, atau terlalu longgar, dan Anda merasa tidak nyaman, berarti Anda salah memakai ukurannya.

Mitos #6

Kondom mengurangi kenikmatan seks?

Beberapa orang percaya bahwa kondom akan mengurangi sensasi saat berhubungan intim karena dapat menghalangi sirkulasi darah. Mitos seputar kondom Ini merupakan anggapan yang salah. Menggunakan kondom justru akan membuat pria bisa bertahan lebih lama sebelum akhirnya ejakulasi. Ada banyak jenis kondom yang dijual di pasaran yang bisa membantu Anda dan pasangan bereksplorasi selama berhubungan seks. Eksplorasi ini yang biasanya bisa menambah kenikmatan seksual Anda. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual merupakan pilihan yang aman. Hal ini karena beberapa penyakit menular seksual tidak menunjukkan gejala fisik. Jadi, ada kemungkinan besar Anda dan pasangan menularkan satu sama lain tanpa Anda ketahui.