Salah satu bagian tersulit masa kehamilan adalah persalinan. Saat itu, Mums harus bertaruh dengan nyawanya demi melahirkan sang Buah Hati. Jika Mums memilih persalinan normal atau caesar, ada kondisi yang perlu diwaspadai karena bisa mengancam jiwa, yaitu emboli air ketuban. 

 

Apa Itu Emboli Air Ketuban?

Emboli air ketuban adalah komplikasi selama persalinan atau beberapa saat setelah Mums melahirkan. Kondisi ini terjadi saat masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam jaringan pembuluh darah Mums, hingga menciptakan emboli yang dapat menghalangi proses sirkulasi darah. Komponen yang ikut masuk ke dalam sirkulasi darah di antaranya kulit janin yang terlepas, lapisan lemak janin, dan musin (cairan kental).

Baca Juga : Mana yang Lebih Baik, Persalinan Normal atau Caesar?

 

Dalam emboli air ketuban, cairan amnion masuk kedalam sirkulasi darah Mums melalui rahim atau saluran plasenta. Saat cairan tersebut masuk ke dalam pembuluh darah, akan terjadi syok anafilatik dengan reaksi bergantung pada lokasi hambatan. Bila terjadi di saluran menuju jantung, dapat terjadi gagal jantung. Jika terjadi di saluran menuju paru-paru, akan terjadi gagal pernapasan, serta perdarahan.

 

Hal ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Menurut beberapa laporan, kejadian kasus emboli air ketuban pada ibu hamil berkisar 1 di antara 80.000 kasus persalinan. Belum dapat diketahui secara pasti oleh medis mengapa hal ini dapat terjadi pada Mums yang melahirkan.

 

Dampak yang muncul akibat emboli air ketuban pasca atau saat melahirkan sangat fatal, bahkan dapat terjadi kehilangan nyawa (meninggal). Dari kasus Ibu yang mengalami emboli air ketuban, sekitar 10% kasus yang dapat bertahan hidup. Sedangkan 70% Mums yang mengalami kondisi ini akan mengalami gangguan kesehatan dan gangguan saraf. Tidak dapat diprediksi kapan Mums akan mengalaminya dan tidak dapat dicegah pula, menurut ahli kandungan dan kebidanan dari FKUI-RSCM, Yudianto Budi. S.

 

Penyebab Terjadinya Emboli Air Ketuban

Meskipun penyebab emboli air ketuban tidak bisa diprediksi dan didiagnosis, ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa emboli bisa muncul saat kehamilan, air ketuban pecah, saat persalinan, hingga 48 jam saat persalinan telah selesai. Lamanya reaksi yang muncul dari emboli air ketuban bergantung pada luka yang timbul akibat hambatan sirkulasi. Beberapa gejala-gejala yang menunjukkan bahwa Mums dapat mengalami emboli air ketuban, seperti:

  • Kejang 
  • Turunnya tekanan darah tiba-tiba (syok)
  • Turunnya kesadaran
  • Perdarahan pada Mums
  • Henti jantung mendadak pada bayi
  • Pembekuan darah tersemi (disseminated intravascular Coagulation/DIC)

 

Kejadian emboli air ketuban ini lebih sering terjadi pada Mums yang memiliki kelainan atau kondisi tertentu pada kehamilannya sehingga membuatnya berisiko terjadi emboli air ketuban, di antaranya:

  1. Mums terdeteksi memiliki kelainan pada plasenta
  2. Usia Mums yang lebih dari 35 tahun
  3. Persalinan caesar
  4. Jumlah air ketuban Mums yang banyak, disebut dengan polihidramnion
  5. Plasenta previa
  6. Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta
  7. Eklampsia
  8. Luka pada bibir rahim
  9. Robekan pada bibir janin
  10. Gawat janin

Baca Juga : Operasi Caesar Tidak Seperti yang Mums Bayangkan!

 

Emboli air ketuban sering terjadi setelah proses persalinan, karena selaput ketuban robek dan banyak pembuluh darah uterus yang keluar. Dengan begitu, cairan ketuban akan dengan mudah masuk ke pembuluh darah Mums dan terbawa oleh pembuluh darah vena menuju rongga jantung. Namun demikian, risiko terjadinya emboli air ketuban dapat ditekan dengan pertolongan persalinan yang terencana. Dokter juga dapat menjaga pantauan pada saluran tubuh Mums, baik melalui saluran pernapasan, saluran darah, maupun saluran pencernaan.

 

Tidak perlu dikhawatirkan karena dokter dan tim tentunya akan berusaha untuk menghindari komplikasi saat dan pasca persalinan. Mums cukup menjaga pola makan dan hidup sehat, serta mengikuti aturan doker dan memiliki kesiapan saat hendak melahirkan.

Baca Juga : 4 Hal yang Harus Dipersiapkan Menjelang Proses Persalinan