Sakit maag ternyata tak hanya disebabkan telat makan, namun bisa juga dipicu oleh kadar stres berlebih.

 

Awalnya saya tidak percaya ini, mengingat saya adalah tipe yang selalu makan tepat waktu dan berusaha menghindari makanan aneh-aneh penyebab perut sebah. Tetapi, setelah saya tarik mundur beberapa kejadian belakangan ini—banyaknya kerjaan dengan deadline tidak pasti, pekan ulangan anak-anak, ditutup dengan liburan bersama keluarga besar—rupanya saya tidak menyadari bahwa saya tengah dilanda kelelahan sekaligus stres. Dua kombinasi buruk yang dengan cepat menggerogoti kesehatan saya.

 

Lantas, bagaimana saya langsung mendiagnosis bahwa apa yang saya alami merupakan sakit maag, bukannya sakit perut biasa? Pulang dari liburan, saya merasakan sakit pada ulu hati dan rasa ini terus berlangsung setelah saya selesai menyantap makan siang. Selain itu, saya merasa mual hingga beberapa kali muntah. 

 

Rasa sakit pada lambung ini sebenarnya tergolong ringan, tidak mengharuskan saya lakukan tirah baring (bedrest). Namun, maag yang saya rasakan menjadi cukup mengganggu setelah berlangsung lebih dari 24 jam dan hanya reda sesaat setelah menelan obat maag.

 

Menyadari ini bukan kondisi darurat, saya pun memutuskan untuk melakukan observasi di rumah dan menetapkan 7 hari adalah batas waktu maksimal untuk mengunjungi dokter jika sakit yang saya rasakan tetap berlanjut.

 

Kenyataannya, sakit maag ini bisa teratasi dalam waktu 4 hari! Ini dia beberapa upaya yang saya lakukan hingga nyeri tersebut benar-benar hilang:

 

1. Identifikasi penyebab stres. Sedikit stres, tekanan, maupun rasa cemas baik untuk menjadikan kita ingin mencapai sesuatu lebih baik lagi. Tetapi, jika kebanyakan, ini akan memengaruhi kesehatan kita. Pada wanita, bagian pertama yang diserang biasanya perut. Dalam kasus saya, begitu nyeri maag menyerang, saya langsung mencari tahu apa saja yang mengganggu pikiran selama ini—dan belum bisa diterima dengan lapang dada. Dengan menyadari itu (dan bukan menyangkalnya), saya mengajak tubuh dan jiwa bekerja sama menuju kesembuhan. Bukannya mencari kambing hitam.

 

2. Hindari minuman berkafein. Sebagai penggemar berat kopi, ini merupakan hal terberat! Sejak serangan pertama maag saya rasakan, saya sadar, bahwa untuk sementara waktu mereguk kopi bukanlah sesuatu yang bijak dilakukan. Tahu 'kan, kafein pada kopi dapat memicu naiknya asam lambung.

 

3. Minum obat maag. Pastikan minum obat maag (antasida) sebelum makan. Pastikan obat ini tersedia di mejamu untuk perawatan jangka pendek. Sejak pertama kali merasakan sakit di uluhati, saya langsung tancap gas ke apotek terdekat untuk membelinya. Karena, ternyata obat maag di rumah sudah kadaluarsa sejak tiga tahun yang lalu. Ini berarti sudah lama sejak perut terserang maag terakhir kalinya. Walau obat maag dijual bebas di toko obat manapun, pastikan kita tidak mengonsumsinya dalam waktu lama untuk menghindari efek buruk dari obat ini.

 

4. Makan sehat dalam porsi kecil, namun sering. Saya tetap mengonsumsi nasi, selada, timun, dan tomat. Tetapi, makannya dengan sup ayam hangat. Saya juga menghindari sayuran dan buah yang kadar gasnya tinggi seperti brokoli dan apel, makanan gorengan, dan masakan pedas. Jadi, apa yang dimakan dan seberapa banyak makannya harus benar-benar dijaga.

 

5. Tetap beraktivitas ringan. Saat didera nyeri maag, saya berusaha untuk mengalihkan pikiran dengan melakukan hal-hal yang membuat saya happy. Salah satunya adalah tetap beraktivitas ringan. Bukannya berbaring seharian.

 

6. Ikhlas. Nah, bisa dibilang ini kunci utama dari segala sembuhnya penyakit, terutama maag. Setelah mengetahui apa saja pemicu stres pada diri saya, saya pun berusaha menerima bahwa saya sudah berusaha yang terbaik, namun beberapa hal—banyak hal, bahkan—tetap berada di luar kendali saya. Ikhlas berarti berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan bersikap ikhlas, tubuh, pikiran, dan jiwa pun akan menjadi seimbang dan selaras satu sama lain. Kondisi ini yang memungkinkan tubuh menyembuhkan diri dan merawat kesehatan itu sendiri.

 

Setelah melakukan semua itu, sakit maag pun hilang dengan sendirinya tanpa harus bertandang ke ruang dokter. Sakit ini hendaknya juga menjadi bahan refleksi bagi kita untuk lebih mampu mengendalikan stres, serta membersihkan sisa-sisa emosi negatif yang kerap menumpuk di hati.

 

Jadi, jangan tunggu sampai sakit maag jadi menahun. Segera telusuri penyebabnya dan atasi ketika pertama kalinya nyeri terasa di lambung.