Halo teman-teman! Kali ini saya ingin membagikan salah satu artikel yang pernah saya baca mengenai salah satu efek yang kurang baik dari adanya sistem penjualan online yang penjualannya melibatkan sistem takeaway tersebut.

 

Seperti yang kita tahu, sistem penjualan seperti ini sangat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Sistem ini membantu untuk memesankan makanan, memungkinkan kita untuk melihat makanan-makanan baru, dan dapat memiliki dampak positif untuk meningkatkan perekonomian teman-teman yang berjualan. Saya juga sangat menikmati hal tersebut.

 

Namun salah satu efek sampingnya adalah penggunaan plastik yang semakin banyak. Dengan semakin banyaknya jenis makanan yang di-takeaway tersebut, tentu saja penggunaan plastik untuk mengantarkan makanan tersebut akan semakin tinggi.

 

Memang hal ini akan sangat sulit diatasi. Penggunaan plastik di berbagai pasar dan toko swalayan bisa kita atasi dengan membawa tas kain sendiri, namun jika menggunakan sistem pemesanan makanan seperti ini, cukup sulit bukan?

 

Baca juga: Survei Global: Konsumen Belum Maksimal Daur Ulang Kemasan

 

Persoalan Sampah di Bumi dan Gaya Hidup Zero Waste

Masalah bumi dengan sampah plastik memang sudah sering menjadi topik yang hangat dibicarakan, khususnya di kalangan teman-teman yang memiliki kepedulian lebih kepada alam kita. Jujur saja, saya sendiri awalnya bukan orang yang mengetahui berita tentang sampah plastik ini.

 

Adik saya sendiri merupakan seseorang yang cukup sering menonton berita tentang alam, dan seringkali mengajak saya untuk menontonnya. Namun saya belum memiliki ketertarikan untuk menontonnya, sampai akhir-akhir ini akses berita sangat mudah didapatkan di mana-mana, dan masalah sampah plastik ini menjadi berita yang cukup hangat.

 

Salah satu hal yang disarankan untuk kita lakukan adalah dengan mencoba mengimplementasikan gaya hidup Zero Waste. Apa gaya hidup Zero Waste itu? Saya pun masih mempelajarinya, namun poin penting dari Zero Waste ini adalah 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, and Rot).

 

Refuse merupakan cara kita untuk menolak menggunakan bahan sekali pakai dan menggantinya menjadi bahan yang lebih baik, seperti menggunakan wadah makan dan botol minum.

 

 

Reduce berarti mengurangi pembelian yang tidak penting, sehingga barang-barang tersebut tidak akan terbuang sia-sia dan akan menjadi sampah nantinya.

 

Reuse merupakan usaha untuk menggunakan ulang bahan-bahan tersebut dan menghindari produk sekali pakai (seperti pembalut yang diganti dengan menstrual cup, dan pampers bayi yang diganti dengan cloth diaper).

 

Recycle merupakan proses untuk melakukan daur ulang. Sedangkan Rot adalah proses mengubah sampah tersebut menjadi bahan kompos yang dapat berfungsi untuk menyuburkan tanah. Hal yang cukup sulit bukan? Jujur saja, hal yang saat ini bisa saya usahakan untuk lakukan adalah proses refuse dan reduce. Ketiga hal lainnya cukup sulit!

 

Baca juga: Sayangi Bumi, Bijak Menggunakan Plastik!

 

Bagaimana Memulai Gaya Hidup Zero Waste?

Mengusahakan gaya hidup zero waste harus memiliki niat yang cukup untuk mau sedikit ‘direpotkan’. Saya berusaha untuk membawa tas kain di kendaraan saya sehigga jika saya berniat untuk belanja, saya bisa menggunakan tas kain tersebut.

 

Pada beberapa keadaan jika saya sedang lupa, dan barang belanjaan saya hanya sedikit, saya tidak meminta plastik. Namun jujur saja, saya masih sering lupa untuk membawa tas kain, dan seringkali barang belanjaan saya cukup banyak.

 

Yang kedua, saya membawa sedotan stainless jika memang harus menggunakan sedotan (salah satunya untuk minum boba, minuman yang sedang tren saat ini), dan jika minum di restoran, saya akan minum langsung dari gelas tanpa menggunakan sedotan.

 

Yang ketiga, membawa bekal dengan wadah makan dan botol minum saya. Selain lebih hemat, saya percaya pemilihan bahan makanan di rumah akan lebih sehat. Bagaimana dengan kalian? Apakah tertarik untuk mencoba gaya hidup zero waste ini?

 

Baca juga: Berapa Ton Sampah Plastik Dibuang ke Laut, Penyebab Kematian Paus?