Temuan seekor paus sperma yang mati dan terdampari di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mengungkap fakta yang mengejutkan. dari dalam perut ikan paus, ditemukan setidaknya 5,9 kg sampah plastik. Bahkan ada sandal jepit di dalam perut paus malang ini.  

 

Menurut WWF Indonesia, enam kilogram plastik yang tertelan ikan paus terdiri dari plastik keras (19 buah dengan berat 140 gram), botol plastik (4 buah dengan berat 150 gr), kantong plastik (25 buah dengan berat 260 gr), sandal jepit (2 buah, berat 270 gr), dan tali rafia (3,26 kg), dan gelas plastik (115 buah, berat 750 gr).

 

Bukan hanya aktivis lingkungan dan pecinta bintang yang harus khawatir akan hal ini. Sudah saatnya setiap orang harus merasakan hal yang sama. Pasalnya, plastik bisa membawa dampak kerusakan lingungan yang akan memengaruhi kesehatan manusia. Supaya Geng Sehat bisa paham lebih jauh, berikut informasi lengkapnya!

 

Baca juga: Hati-hati, Jangan Gunakan Kantong Plastik Hitam Sebagai Pembungkus Makanan!
 

8 Juta Ton Sampah Plastik Dibuang ke Laut

Sampah plastik di laut ini sebenarnya masalah yang relatif baru. Ilmuwan baru mempelajari permasalahan ini sekitar 40 tahun lalu. Bahkan, kondisi dimana laut menjadi 'tempat sampah' baru ditemukan di tahun 1990-an. Meskipun saat ini sudah ada semakin banyak penemuan, kebanyakan orang belum memiliki kesadaran untuk mendaur ulang plastik. 

 

Menurut situs Mother Nature Network, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal Science sekitar 4,8 hingga 12,7 juta ton sampah plastik masuk ke laut pada tahun 2010. Jumlah sampah plastik tersebut berasal dari 192 negara di pinggir pantai di seluruh negara. Menurut peneliti, dari penemuan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa dalam satu tahun sekitar 8 juta ton sampah plastik berakhir di lautan.

 

Baca juga: 7 Risiko Penyakit Akibat Pencemaran Lingkungan
 

Dampak Sampah Plastik ke Manusia

Sampah plastik yang tersebar di seluruh laut bumi memiliki jenis yang berbeda-beda. Misalnya, untuk styrofoam biasanya hancur menjadi bagian-bagian kecil di laut. Bahan polystyrene dalam styrofoam akan tenggelam, sehingga polutan pun tersebar di lautan.

 

Menurut ahli, racun di plastik biasanya menyerap zat racun dari luar sebelum masuk ke dalam laut. Zat kimia beracun ini akan dikonsumsi binatang laut. Rantai makanan pun berlanjut, di mana pada akhirnya akan masuk ke tubuh manusia, saat kita mengonsumsi makanan laut yang terkontaminasi zat kimia beracun.

 

Zat kimia beracun dari plastik umumnya berasal dari cadmium dan merkuri. Penelitian seringkali menemukan zat kimia beracun tersebut di dalam ikan. Selain itu, diethylhexyl phthalate (DEHP) yang menjadi bahan di sejumlah plastik juga merupakan karsinogen beracun. 

 

Zat-zat kimia beracun di dalam plastik tersebut dapat menyebabkan kanker, cacat lahir, masalah sistem imun, dan masalah perkembangan anak. Adapula BPA atau bisphenol-A, yang seringkali dijadikan bahan dasar botol plastik dan kemasan makanan. BPA bisa tercerna di dalam laut dan masuk ke tubuh manusia lewat ikan. BPA sendiri adalah bahan kimia yang dapat mengganggu fungsi hormonal tubuh.

 

Ayo Kurangi Plastik!

Satu-satunya cara untuk menurunkan jumlah sampah plastik adalah menurunkan suplai minyak bumi dunia. Sekitar 8% dari produksi minyak bumi digunakan oleh perusahaan manufaktur plastik. Namun, untuk saat ini, yang bisa Kamu lakukan untuk mencegah kontaminasi zat beracun plastik adalah membatasi penggunaan plastik di setiap aktivitas. Masih banyak pilihan produk yang lebih ramah lingkungan, Gengs!

 

Baca juga: Makan Ikan Mentah Bahaya Tidak, Ya?
 

Melihat semakin banyaknya sampah plastik yang ditemukan di lautan dan bahayanya terhadap kesehatan, sudah saatnya kita mulai bertindak untuk melindungi ekosistem laut. Tidak perlu bertindak besar, hanya dengan membatasi pemakaian plastik dalam bentuk apapun juga Kamu sudah berpartisipasi dalam menyelamatkan lautan dan diri sendiri. Mulai dari sekarang aplikasikan kebiasaan ini ya, Gengs! (UH/AY)