Untuk Mums yang sedang mengandung, setiap kali berkunjung ke dokter atau bidan untuk pemeriksaan rutin pasti ada pemeriksaan yang tidak pernah luput dilakukan, yakni pemeriksaan tekanan darah.

 

Saat saya hamil dahulu, saya selalu mencatat berapa tekanan darah saya ketika memeriksakannya ke dokter kandungan. Pasalnya, pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil memiliki tujuan yang sangat penting lho, Mums. Salah satunya untuk memastikan bahwa tidak terjadi hipertensi alias tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

 

Tekanan darah yang tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan pembuluh darah ibu menjadi menyempit, termasuk pembuluh darah yang mengalirkan oksigen dan nutrisi kepada janin.

 

Hal ini dapat menyebabkan janin tidak berkembang sesuai usianya karena kekurangan nutrisi. Pada kasus yang lebih berat, ini dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen, sehingga harus segera dilahirkan.

 

Baca juga: Kebiasaan Pencetus Darah Tinggi yang Kerap Diabaikan

 

Hipertensi sendiri adalah salah satu komplikasi yang cukup sering terjadi selama kehamilan. Data yang disebutkan oleh The American College of Obstetricians and Gynecologist menyebutkan bahwa 1 dari 10 ibu hamil di seluruh dunia dapat mengalami hipertensi pada masa kehamilannya.

 

Hipertensi yang terjadi selama kehamilan itu sendiri ternyata banyak macamnya Mums, tergantung dari kapan hipertensi tersebut terjadi serta komplikasi yang menyertainya. Secara umum, hipertensi pada kehamilan dibedakan menjadi hipertensi kronis, hipertensi gestasional, dan pre-eklampsia.

 

 

Karena hipertensi pada kehamilan ini dapat bersifat membahayakan, baik bagi ibu maupun janin yang dikandung, yuk kita kenali macam-macam hipertensi selama kehamilan beserta tanda-tanda yang harus diwaspadai!

 

Hipertensi Kronis

Seorang ibu yang sedang hamil dikatakan mempunyai hipertensi kronis jika memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg sejak sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan menginjak 20 minggu.

 

Jika Mums sudah mengalami hipertensi sejak sebelum hamil atau rutin mengonsumsi obat-obatan anti-hipertensi sebelum hamil, perlu dilakukan pengecekan secara menyeluruh selama masa kehamilan. Ini untuk memastikan hipertensi tetap terkontrol, sehingga tidak membahayakan ibu maupun janin.

 

Menurut sebuah reviewyang dikeluarkan oleh American Heart Associations, wanita dengan hipertensi kronis tetap dapat menjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang normal. Namun, kondisi hipertensi kronis memang akan meningkatkan kemungkinan persalinan caesar.

 

Baca juga: Mengapa Tekanan Darah Bisa Tinggi?

 

Pre-eklampsia dan Eklampsia

Pre-eklampsia adalah salah satu komplikasi kehamilan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi dan harus diwaspadai. Pre-eklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg serta adanya protein dalam jumlah yang tidak normal di urine (proteinuria).

 

Pre-eklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Ini pun paling sering terjadi di trimester ketiga kehamilan. Faktor risiko terjadi pre-eklampsia antara lain ibu dengan hipertensi kronik seperti yang sudah dibahas di poin sebelumnya, riwayat penyakit ginjal atau jantung, serta riwayat diabetes melitus dan penyakit autoimun seperti lupus.

 

Tanda-tanda pre-eklampsia antara lain:

  • Wajah dan tangan membengkak.
  • Nyeri kepala yang terus menerus terjadi.
  • Nyeri di daerah bahu dan perut bagian atas.
  • Sesak napas.
  • Peningkatan bobot badan yang terjadi secara tiba-tiba.

 

Jika kondisi pre-eklampsia sudah disertai dengan kejang, maka hal ini disebut dengan eklampsia. Pre-eklampsia biasanya menyebabkan persalinan harus segera dilaksanakan meskipun usia janin belum cukup. Namun, hal ini tergantung pada kondisi ibu dan bayi.

 

Baca juga: Mengenal Fenomena White-coat Hypertension

 

Hipertensi Gestasional

Jenis hipertensi selama kehamilan yang berikutnya adalah hipertensi gestasional. Hipertensi gestasional adalah keadaan tekanan darah tinggi yang biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Namun berbeda dengan pre-eklampsia, pada hipertensi gestasional tidak ditemukan protein dalam urine atau masalah di jantung dan ginjal.

 

Hipertensi gestasional umumnya akan hilang setelah persalinan. Namun dalam beberapa kasus, ada juga hipertensi gestasional yang berkembang menjadi hipertensi kronis alias menetap setelah persalinan.

 

Mums, itu dia beberapa jenis hipertensi atau tekanan darah tinggi yang dapat terjadi selama masa kehamilan. Karena hipertensi pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin, maka pemeriksaan rutin selama kehamilan menjadi hal yang wajib dilakukan.

 

Jika hipertensi pada kehamilan dapat dideteksi secara dini, dokter dapat menganjurkan penanganan yang diperlukan agar kondisi tidak berlanjut ke arah pre-eklampsia. Misalnya dengan mengatur pola diet dan kegiatan fisik, begitu juga dengan bantuan obat untuk menjaga tekanan darah ibu hamil. Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: Waspada, Obesitas Meningkatkan Risiko Hipertensi!

 

Volume Darah saat Hamil - GueSehat.com

 

Referensi:

  1. Task Force on Hypertension in Pregnancy (2013). Hypertension in pregnancy. American College of Obstetricians and Gynecologists.
  2. Seely, E. and Ecker, J. (2014). Chronic Hypertension in Pregnancy. Circulation, 129(11), pp.1254-1261.