Semua wanita yang sedang hamil tentu mengharapkan kehamilan yang sehat dan tanpa gangguan kesehatan yang berarti bagi baik ibu maupun janin. Berbagai cara dapat dilakukan, salah satu yang terpenting adalah dengan rutin melakukan antenatal care atau pemeriksaan kandungan secara rutin, baik ke dokter ataupun bidan. Pemeriksaan kandungan secara rutin akan sangat membantu ibu memantau perkembangan dan kesehatan janin, serta dapat mendeteksi jika terjadi masalah pada kehamilan.

Salah satu masalah atau komplikasi kehamilan yang wajib Kamu ketahui adalah plasenta akreta. Beberapa waktu lalu, saya merawat seorang pasien dengan kondisi plasenta akreta di rumah sakit tempat saya bekerja. Walaupun angka kejadiannya cukup jarang, namun plasenta akreta ini dapat menyebabkan efek samping yang dapat mengancam baik jiwa ibu maupun janin. Pada pasien ini, komplikasi yang muncul yakni perdarahan hebat. Oleh sebab itu, yuk kita kupas mengenai plasenta akreta ini, tanda dan gejala yang dapat Kamu waspadai, dan penanganan yang dilakukan oleh dokter terhadap kondisi ini.

Apa itu plasenta akreta?

Menurut American Pregnancy Association, plasenta akreta adalah suatu kondisi dimana plasenta tertanam terlalu dalam ke dinding rahim. Normalnya, plasenta menempel di bagian dinding rahim. Namun pada kondisi plasenta akreta, plasenta tertanam hingga menembus dinding rahim.

Berdasarkan tingkat kedalaman menempelnya plasenta ke dinding rahim, ada tiga jenis abnormalitas plasenta yakni akreta, inkreta, dan perkreta. Pada plasenta akreta , plasenta memang menembus dinding rahim namun tidak mencapai otot rahim.

Pada plasenta inkreta, plasenta menempel hingga menembus otot rahim. Sedangkan pada plasenta perkreta, plasenta menempel seutuhnya ke dinding rahim dan bahkan menempel pula ke organ lain yang letaknya berdekatan dengan rahim, misalnya kandung kemih.

Masih menurut laman American Pregnancy Association, angka kejadian abnormalitas penempelan plasenta ini adalah 1 kejadian dalam setiap 2500 kehamilan, dengan plasenta akreta adalah jenis yang paling sering terjadi.

Mengapa plasenta akreta dapat terjadi?

Meskipun penyebab pasti terjadinya plasenta akreta belum diketahui secara jelas, namun beberapa faktor resiko diduga menjadi penyebab terjadinya komplikasi plasenta akreta pada sebuah kehamilan.

Riwayat pembedahan alias operasi di daerah rahim, termasuk operasi caesar, menjadi salah satu faktor resiko terjadinya plasenta akreta. Semakin banyak jumlah operasi yang telah dilalui, semakin tinggi resiko seorang wanita hamil mengalami plasenta akreta. Sebanyak 60% kasus plasenta akreta yang terjadi di Amerika berkaitan dengan operasi caesarian berulang, demikian yang dilaporkan oleh American Pregnancy Association.

Faktor resiko berikutnya adalah posisi plasenta. Plasenta akreta terjadi pada 5 hingga 10 persen kasus posisi plasenta menutup mulut rahim atau yang lebih dikenal dengan kondisi plasenta previa. Sehingga, ibu hamil dengan kondisi plasenta previa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami plasenta akreta.

Apa saja gejala terjadinya plasenta akreta?

Plasenta akreta biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada awal kehamilan, namun dapat menyebabkan perdarahan dari vagina pada trimester ketiga kehamilan.

Meskipun tidak ada tanda dan gejala yang dapat Kamu lihat secara langsung, namun bukan berarti kondisi plasenta akreta ini tidak dapat dideteksi sedari awal. Pemeriksaan kehamilan alias antenatal care menjadi kunci mendeteksi abnormalitas kehamilan termasuk plasenta akreta ini. Dokter dapat melihat jika ada abnormalitas pada kondisi dan letak plasenta pada saat melakukan pemeriksaan menggunakan ultrasonografi atau USG.

Bagaimana penanganan yang dilakukan terhadap kasus plasenta akreta?

Tidak ada obat yang secara khusus dapat mengobati kondisi plasenta akreta ini. Jika seorang wanita hamil mengalami plasenta akreta, dokter biasanya akan memantau kondisi kehamilan secara lebih ketat. Ibu tersebut juga biasanya disarankan untuk banyak melakukan bed rest.

Karena plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan vaginal yang cukup berat, pada beberapa kasus janin terpaksa harus dikeluarkan sebelum waktunya (premature delivery) lewat operasi caesar. Hal ini yang terjadi pada kasus pasien yang saya temui tadi. Pada pasien ini, janin dilahirkan pada usia kehamilan 32 minggu lewat operasi caesar karena sang ibu sudah mengalami perdarahan yang cukup hebat. Untuk memastikan bayi yang dilahirkan dapat bertahan, dilakukan pematangan paru-paru bayi terlebih dahulu dan tentu saja dipersiapkan inkubator bagi bayi prematur sesudah kelahiran.

Untuk ibu yang mengalami plasenta akreta sendiri, perdarahan hebat dapat terjadi setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan proses untuk ‘mengangkat’ si plasenta dari dinding rahim setelah proses kelahiran. Pada beberapa kasus, proses ini dapat menyebabkan kerusakan rahim sehingga perlu juga dilakukan histerektomi alias pengangkatan rahim. Dokter biasanya akan mendiskusikan hal ini dengan pasien, sebab hal ini berhubungan dengan apakah pasien tersebut masih memiliki rencana untuk memiliki anak berikutnya.

Syukurlah, pada pasien yang saya temui tadi, baik ibu maupun bayi dapat selamat. Sang ibu memang sampai harus menerima transfusi hingga berkantong-kantong darah dan dirawat di ruang intensif (ICU) selama beberapa hari, dan sang bayi juga harus berada di inkubator selama beberapa saat. Namun pada akhirnya, keduanya berangsur pulih dan dapat pulang ke rumah dengan sukacita.

Sang ibu bercerita pada saya, pemeriksaan kehamilan rutin adalah salah satu kunci utama ia dapat mendeteksi komplikasi yang dialaminya, termasuk mendapat penanganan yang tepat hingga akhirnya ia dan bayinya dapat selamat.

Gengs, itu dia informasi mengenai plasenta akreta, salah satu komplikasi kehamilan yang sebaiknya Kamu ketahui. Kondisi plasenta akreta memang salah satu komplikasi yang cukup berat dalam sebuah kehamilan baik bagi janin maupun ibu, namun penanganan yang tepat dapat menyelamatkan ibu dan bayi, seperti kisah yang dialami pasien yang saya temui di tempat saya bekerja tersebut.

Buat Mums yang sedang hamil, terus rutin memeriksakan kehamilan Mums kepada dokter ya agar dapat mendeteksi masalah kehamilan sedini mungkin! Salam sehat!