Mums, pastinya sudah tahu kan kalau akhir-akhir ini masalah stunting pada anak sering sekali dibahas. Kalau lagi konsultasi ke dokter anak, yang dibahas stunting. Setiap bulan datang ke posyandu juga yang dibahas stunting. Sebenarnya sebahaya apakah stunting itu? Sampai-sampai pemerintah menetapkan berbagai kebijakan soal stunting. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, sebanyak 21,6% anak Indonesia menderita stunting. Sedangkan menurut WHO, standart terjadinya stunting di suatu negara harus di bawah 20%. 

 

Lalu, apa itu stunting?

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang ditandai dengan tinggi badan anak tidak sesuai dengan anak seusianya. Biasanya si anak akan terlihat lebih pendek dibandingkan teman-temannya. Nah, untuk membuktikan apakah anak menderita stunting atau tidak, ibu perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan membandingkannya dengan data acuan yang terdapat dalam table antropometri zscore.

 

Kalau Mums yang rajin datang ke posyandu, biasanya setelah anak ditimbang dan diukur tinggi badan, ibu akan dijelaskan hasil pengukuran anak yang dicatat dalam KMS. Kalau ternyata anak Mums terdapat indikasi stunting, Mums bisa segera melakukan konsultasi dengan bidan atau ahli gizi yang sedang bertugas di posyandu.

 

Lingkaran Setan Penyebab Stunting

Penyebab terjadinya stunting sangatlah banyak. Mums sering kali berpikir kalau penyebab stunting karena anak susah makan, lalu berat badannya susah naik, tinggi badannya juga tidak naik-naik, dan akhirnya kurang gizi. Penyebab ini bisa dikatakan benar. Tetapi jika ditarik ulur ke belakang, coba Mums ingat kembali. Pada saat kehamilan, apakah tubuh Mums sudah siap untuk menampung bayi di dalam kandungan? Atau apakahMums yakin, gizi pada saat kehamilan sudah tercukupi? Dan apakahMums selalu mengonsumsi makanan padat gizi saat masa menyusui, sehingga ASI Mums sehat?

 

Stunting bukanlah masalah yang terdampak sejak saat ini. Stunting merupakan manifestasi dari derajat kesehatan ibu jauh sebelum masa kehamilan. Ibu yang sehat akan melahirkan anak yang sehat. Begitu juga sebaliknya, ibu yang kurang sehat dikhawatirkan akan melahirkan anak yang memiliki masalah kesehatan di kemudian hari.

 

Sejak ibu memasuki usia subur, ibu harus menjaga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh, walaupun belum menikah dan belum ingin punya anak. Wanita usia subur rentan mengalami anemia (kekurangan sel darah merah) dan kurang energi kronis (KEK) karena ada banyak zat gizi yang keluar pada saat menstruasi.

 

Jika ibu hamil dalam keadaan menderita anemia dan KEK, ibu hamil dalam kondisi kekurangan gizi. Sedangkan zat gizi yang dibutuhkan saat masa kehamilan sangatlah banyak dan beragam jenis. Ibu hamil perlu menyesuaikan berat badan selama kehamilan untuk memastikan kecukupan energi yang dimiliki oleh ibu.

 

Usahakan pada saat hamil,Mums mengalami kenaikan berat badan yang signifikan sesuai rekomendasi dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Mums yang kekurangan gizi saat melahirkan berdampak pada sulitnya proses kelahiran, ibu bisa kehabisan tenaga, kehabisan darah, sampai mengakibatkan kematian.

 

Dalam kasus ini, banyak juga ibu yang melahirkan anak BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Anak yang terlahir BBLR perlu dikejar kenaikan berat badannya. Jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan stunting. Biasanya anak BBLR diperbolehkan untuk mengonsumsi susu khusus BBLR dan mempercepat pemberian MPASI. Tentunya ini sesuai dengan petunjuk dokter, ya bu. Mengejar kenaikan berat badan anak tentunya tidak mudah. Zat gizi penting, seperti zat besi, zinc, asam folat, dan protein harus dikonsumsi dalam jumlah banyak agar anak terhindar dari anemia atau kekurangan darah.

 

Lalu, bagaimana hubungannya dengan stunting? Anak yang lahir dengan berat badan rendah rentan terkena penyakit atau teinfeksi bakteri. Saat anak mengalami sakit, biasanya durasi sakitnya lebih lama dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal. Kalau sudah begitu, Mums akan kesulitan untuk mencukupi asupan yang masuk ke dalam tubuh anak, sehingga lagi-lagi berat dan tinggi badan anak susah naik dan anak mengalami keterlambatan pertumbuhan.

 

Semua faktor penyebab anak menderita stunting sangat berhubungan, termasuk kesehatan Mums. Kalau anak sudah didiagnosis stunting dan tidak segera dibenahi, selamanya anak akan mengalami stunting. Kemudian berputar lagi siklusnya, anak menjadi remaja, kemudian menikah, dan melahirkan anak stunting juga. Terus menerus berputar seperti lingkaran. Inilah yang disebut dengan lingkaran setan penyebab stunting. Jadi, kalauMums mau punya anak yang sehat, yuk putus lingkaran setan ini dimulai sejak sebelum kehamilan.

 

Referensi:

Sehatnegeriku. Prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244