Halo, Mums. Saya mau berbagi pengalaman sedikit mengenai kehamilan kedua, nih. Sebentar lagi saya akan menjadi ibu dari 2 anak, yaitu si Koko yang baru berusia 16 bulan dan di bayi yang masih ditunggu 'launcing'-nya pas Hari Natal nanti.

 

Dag dig dug ya menunggu proses kelahiran yang enggak pasti akan normal atau Caesar. Yang saya harapkan sih sekarang bisa melahirkan dengan selamat saja. Tapi yang mau saya bahas bukan proses kelahirannya, melainkan pengalaman saya mengurus si Koko selama hamil.

 

Saya termasuk full time mommy, yang segala sesuatunya dikerjakan sendiri semenjak si Koko lahir. Jadi, saya tidak pernah sekalipun memakai jasa nanny atau asisten rumah tangga (ART). Apalagi semenjak pindah jauh dari kampung halaman ke kota besar karena harus ikut suami bekerja, segalanya berubah total.

 

Karena sebelumnya saya dan suami masih tinggal bersama orangtua saya, jadi masih ada yang membantu untuk menyediakan makanan dan keperluan rumah tangga. Semenjak pindah, segalanya harus saya kerjakan sendiri. Tapi karena cuma hidup dengan sedikit orang, saya tidak merasa kerepotan sama sekali. Waktu itu cuma sama suami dan si Koko saja, jadi masih bisa ditangani dengan baik meskipun saya tergolong tidak bisa masak, lho.

 

Sejak si Koko mulai MPASI, saya baru pelan-pelan belajar masak melalui resep atau tutorial dari internet. Bahkan, setiap hari saya menelepon mama untuk bertanya bagaimana cara memasak. Meski mertua saya sudah menyuruh mencari ART, tetap saja saya kekeh tidak mau pakai jasa ART.

Baca juga: Tidak Hanya untuk Bayi, ASI Juga Bermanfaat untuk Ibu, Lho!

 

Jujur, saya takut sama berita-berita yang tersebar. Mungkin tidak semuanya sih jelek, tapi karena rumah saya juga kecil dan orangnya cuma bertiga saja, saya masih berpikiran sanggup kok mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurusi anak sendirian. Awalnya memang capai sih, karena belum terbiasa. Tapi, lama-kelamaan sudah terbiasa jadinya. Malah saya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan time management yang bagus, alias bisa jadi ibu multitasking, ya. 

 

Bahkan teman-teman dan saudara-saudara saya masih tidak menyangka saya bisa mengerjakan semuanya sendirian, karena kehidupan saya yang dulu segalanya serba terpenuhi. Namanya juga belajar, tidak mungkin kan saya stuck di situ-situ saja, apalagi sudah punya anak. Meskipun saya juga kepingin balik kerja lagi, saya takut tidak ada yang menjaga si Kecil.

 

Ditambah kondisi sekarang yang sedang mengandung anak kedua, capainya double, tapi cuma di awal-awal saja. Maklumlah, selain perubahan hormon yang saya alami, seperti muntah dan mual, saya juga mesti bed rest karena sempat mengalami perdarahan. Saya pun harus menyusui si Koko yang waktu itu masih berusia 7 bulan.

 

Duh, benar-benar keteteran untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Sampai ada beberapa kali suami saya tidak berangkat ke kantor hanya karena tidak tega melihat saya mual dan muntah parah. Itu baru permulaan yang saya alami saat hamil kedua di trimester pertama.

Baca juga: Makanan yang Harus Dihindari oleh Ibu Hamil

 

Belum lagi si Koko yang manjanya tidak keruan. Benar-benar deh membuat saya sampai merasa tidak sanggup mengurus anak. Kata orang sih kalau kita hamil lagi, pasti si Kakak akan jadi manja sekali karena merasa kasih sayang orang tuanya bakalan terbagi.

 

Ternyata memang benar ya, sampai sekarang saja si Koko kalau tidur maunya menempel sama saya, tidak mau sama papanya. Tapi semenjak rasa mual hilang, saya malah bisa aktif beraktivitas seperti biasa, bahkan lebih bersemangat. Meskipun si Koko kadang selalu berbuat sesuatu yang menambah pekerjaan saya, yang harusnya sudah selesai malah berantakan lagi.

 

Capai? Pastinya capai banget. Tidak ada yang bantu, tidak ada nanny bahkan ART. Tapi saya tertolong, karena setiap weekend suami tidak bekerja alias libur. Jadi, pekerjaan rumah tangga bisa saya bagi dengan suami. Ia bagian mengurus si Koko, saya bagian mengurus rumah. Saya jarang masak sih, meskipun sudah lumayan pintar masak. Pokoknya weekend benar-benar kita habiskan untuk quality time bersama keluarga.

 

Biarpun capai luar biasa, tapi semuanya terbayar lho kalau kita sudah berkumpul. Tapi kalau ditanya apakah saya tetap tidak mau pakai jasa nanny atau ART jika sudah melahirkan, saya masih belum bisa menjawab. Mungkin saja saya membutuhkannya.

 

Tapi karena si Koko sudah mulai mengerti, kayanya bisa saja saya tetap tidak butuh jasa nanny atau ART. Karena mengurus semuanya sendiri itu lebih enak daripada mengandalkan orang lain. Saya juga bisa mengajarkan kepada si Koko untuk hal-hal yang bisa saya ajari sendiri.

Baca juga: Pemeriksaan yang Wajib Dilakukan Ibu Hamil