Perhelatan akbar Asian Games 2018 baru saja usai. Beragam kisah menarik mewarnai pesta olahraga se-Asia ini. Salah satu kejadian paling anyar adalah bersatunya kedua calon presiden Indonesia dalam pelukan yang diinisiasi oleh pesilat Hanifan. Adegan tersebut sungguh menyejukkan hati, karena kedua sosok yang sering kali dianggap berseberangan ini tampak damai saling memeluk dalam balutan bendera merah putih.

 

Sebuah pelukan memang memiliki berjuta makna. Perdamaian, kerukunan, kedekatan batin, dan persahabatan. Tidak jarang kita menyaksikan pelukan mengubah segalanya. Musuh menjadi teman, benci menjadi cinta. Begitu luar biasanya hingga terdapat quotes yang berbunyi:

 

A proper hug is like an emotional heimlich. Someone puts their arms around you and they give you a squeeze, and all your fear and anxiety come shooting out of your mouth in a big wet wad, and you can breathe again

Chuck Charles - Pushing Daisies

 

Baca juga: Manfaat Pelukan bagi Si Kecil

 

Tidak heran, karena secara fisiologis pelukan memiliki dampak yang jauh lebih dalam dari sekedar sentuhan kulit ke kulit. Bicara tentang fisiologis, mari kita membahas organ yang berkaitan langsung dengan pelukan, yaitu kulit.

 

Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Luas permukaan kulit orang dewasa dapat mencapai 1,5–2 m². Organ kulit berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, kadar air, melindungi dari penyakit, dan yang paling umum sebagai indra peraba.

 

Pada kulit terdapat ujung-ujung sel saraf yang berfungsi menerima stimulus atau rangsangan, yang disebut reseptor. Terdapat banyak jenis reseptor untuk setiap sensasi yang berbeda. Dalam merespons sebuah pelukan, setidaknya ada 4 jenis reseptor yang terlibat, yaitu Meissner’s corpuscle, Ruffini corpuscle, Merkel cells, dan Pacinian corpuscle.

 

Stimulus yang diterima oleh reseptor akan diteruskan sepanjang sistem saraf, hingga mencapai otak. Kemudian otak akan memproses stimulus tersebut, hingga akhirnya kita dapat menerjemahkan stimulus menjadi sensasi.

 

Stimulus dari sebuah pelukan akan memicu pelepasan dari hormon oksitosin, hormon yang dikenal sebagai love hormone atau cuddle hormone. Hormon ini dilepaskan oleh kelenjar hipotalamus, dan tergolong sebagai neuropeptida (senyawa yang memengaruhi saraf).

Baca juga: Ini 10 Manfaat Berpelukan Setiap Hari!

 

 

Dari sebutannya, kita sudah dapat menebak bahwa hormon oksitosin menimbulkan sensasi nyaman seperti saat jatuh cinta. Benar, sebuah studi menunjukkan bahwa pelepasan hormon oksitosin meningkatkan kedekatan batin serta kepercayaan dengan orang di sekitar kita.

 

Meningkatnya rasa dekat serta percaya membuat seseorang lebih mudah berempati, meningkatkan kemurahan hati, serta keinginan untuk menolong sesama. Peningkatan kadar hormon oksitosin juga menimbulkan perasaan akrab, seolah kita sudah saling mengenal dan berteman lama.

 

Di samping perasaan akrab, hormon oksitosin juga menghambat pelepasan hormon kortisol, yaitu hormon yang kerap kali dikaitkan dengan perasaan stres. Hambatan pelepasan kortisol ini tentunya sangat berperan dalam menurunkan tekanan darah serta ketegangan yang sering kali muncul saat kita sedang stres.

 

Efeknya, perasaan takut, curiga, serta khawatir pun menurun seiring dengan penurunan kadar hormon ini. Selain melegakan dari rasa stres, oksitosin juga terbukti mengurangi rasa tertekan atau depresi. Sebuah studi menunjukkan bahwa hormon oksitosin dapat memberi efek seperti obat-obatan antidepresan.

 

Sebaliknya, kekurangan hormon oksitosin dapat memicu terjadinya depresi. Yang menarik, cara kerja oksitosin dalam menghilangkan depresi tidak terkait dengan reseptor oksitosin pada otak. Hal ini masih diteliti lebih lanjut, dan diduga pelepasan oksitosin secara alami (melalui pelukan dan kata-kata penguatan) masih menjadi cara terbaik untuk mendukung penyembuhan depresi.

 

Efek positif terbesar dari oksitosin adalah perasaan bonding atau saling memiliki. Hal ini membuat seluruh efek positif di atas (rasa akrab, empati, dan kemurahan hati) berlangsung untuk waktu yang lama. Bahkan, dapat menciptakan persahabatan yang sesungguhnya.

 

Ikatan batin yang diinisiasi oleh hormon ini tidak lekang oleh waktu, terus terkenang bahkan ketika kedua individu tidak lagi berinteraksi. Mungkin ikatan batin inilah yang digambarkan dalam ungkapan first love never dies.

 

Semoga pelukan dari kedua calon kepala negara tersebut tidak berakhir bersama dengan usainya Asian Games 2018, ya. Semoga hormon oksitosin yang tercipta pada kedua sosok luar biasa tersebut dapat terus terjaga, agar seluruh Indonesia dapat ikut merasakan keeratan yang lebih dari sekadar pelukan.

Baca juga: Wow! Ada Manfaat Ciuman dan Pelukan dengan Pasangan