17   Anda sedang jatuh cinta? Pasti berjuta rasanya! Senang, penasaran, gelisah, khawatir, bersemangat, semua bisa dirasakan dalam satu waktu. Sebenarnya, apa sih yang terjadi pada tubuh ketika jatuh cinta pada seseorang? Mengapa saat berada dekat dengan Si Dia, jantung menjadi lebih kencang berdetak dan tangan terasa begitu berkeringat? Yuk, temukan jawabannya di bawah ini!

Ketika Jatuh Cinta, Anda Akan Melalui 3 Tahap Ini

Perasaan cinta memang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata dan terkadang menjadi terlalu abstrak untuk dijelaskan. Tetapi, nyatanya jatuh cinta bisa dipaparkan secara sains, lho! Saat Anda menyukai seseorang, secara tak sadar Anda akan melalui 3 tahap perubahan ini yang tak hanya memengaruhi kinerja otak dan pikiran tetapi juga organ tubuh dan emosi.

1. Lust Stage

Tahapan pertama adalah ketika Anda merasakan hasrat seksual saat menemukan potensi pada diri seseorang yang disukai. Hal ini biasanya terjadi pada saat Anda baru pertama kali bertemu dengannya. Pertama-tama, tubuh akan memproduksi hormon seksual dalam jumlah yang lebih banyak dari keadaan normal. Hormon tersebut adalah testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Beberapa ahli tidak setuju dengan ungkapan “cinta pada pandangan pertama”. Karena mereka memercayai ketertarikan pada saat pertama kali seseorang berjumpa didasarkan pada nafsu yang yang diaktifkan melalui bagian otak bernama insula dalam area cerebral cortex dan striatum pada bagian depan otak.

2. Attraction Stage

Tahapan selanjutnya adalah saat ketertarikan Anda terhadapnya menjadi lebih tinggi. Seluruh bagian tubuh Anda akan terpusat untuk terus memperhatikan Si Dia. Ketertarikan ini dipengaruhi dengan aktifnya 3 neurotransmitter dalam otak yang mengeluarkan sejumlah bahan kimia tertentu. Salah satunya adalah bagian otak bernama caudate nucleus yang mampu meningkatkan hormon dopamin dan norepinefrin. Dopamin adalah bahan kimia yang membuat jatuh cinta menjadi sesuatu yang bersifat adiktif seperti narkoba, kokain, kecanduan makanan, atau games tertentu. Saat Anda tidak bisa fokus dengan hal lain selain keberadaan seseorang, bagian otak yang disebut sebagai reward system akan menjadi lebih aktif. Dopamin juga membuat tubuh menerima banyak energi dan diliputi perasaan nyaman dan senang. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan “dunia serasa milik berdua jika jatuh cinta”. Ternyata memang benar! Efek dopamin dapat membuat Anda hanya fokus terhadap pasangan dan saat melihat lingkungan sekitar, otak akan menangkap semua hal sebagai sesuatu yang baik dan sempurna. Anda juga menjadi kehilangan nafsu makan dan sulit tidur ketika jatuh cinta bukan? Kedua hal tersebut disebabkan karena hormon ini. Sedangkan hormon norepinefrin menjadi penyebab mengapa Anda merasa detak jantung menjadi lebih cepat atau timbul sensasi “butterfly” di perut. Hormon ini juga membuat Anda hanya fokus terhadap orang yang disukai saat berciuman atau berpelukan. Kabar baiknya, hormon ini mampu meningkatkan memori kita dan sensitivitas terhadap waktu. Hormon selanjutnya yang dilepaskan otak ketika jatuh cinta adalah adrenalin, yang membuat produksi keringat meningkat tetapi mampu menurunkan hormon kortisol dan menjauhkan diri Anda dari depresi, stres, dan perasaan tertekan. Kebalikannya, hormon serotonin justru mengalami penurunan dan menyebabkan Anda menjadi lebih cemas dan gugup saat berada di samping dia. Serotonin juga dipercaya menjadi faktor mengapa kita terkadang merasa begitu obsesi dan ingin sekali dekat dengan orang yang disukai setiap detik. Terakhir, ada juga zat kimia pheromone yang lepas dari kelenjar endokrin dalam otak. Zat inilah yang meningkatkan sensitivitas alat indera seperti pupil mata yang semakin melebar, penciuman menjadi lebih tajam, dan suara Anda yang dapat berubah menjadi lebih tinggi, dan feminim ketika berbicara dengan orang yang disayang.

3. Bonding and Attachment Stage

Pasangan yang sudah menikah selama puluhan tahun pastinya telah melewati tahap ini. Mereka yang berada dalam ikatan cinta “sejati” ini akan dipengaruhi oleh keberadaan hormon oksitosin dan antidiuretik (vasopressin) dalam tubuh. Keduanya biasanya dikeluarkan ketika Anda melakukan hubungan seksual dengan pasangan hingga mencapai orgasme. Oksitosin sendiri akan membuat semua bagian tubuh seolah-olah memiliki hubungan yang kuat dan intim dengan pasangan. Itulah yang terjadi pada tubuh ketika jatuh cinta. Hormon dan senyawa kimia dalam otak ternyata dapat memengaruhi fungsi tubuh dan keadaan fisik kita. Let’s fall in love, Ladies!