Untuk Mums yang tengah berada di masa kehamilan, mungkin sudah tidak sabar menunggu waktu melahirkan. Tapi, sebelum sampai di penghujung masa kehamilan, Mums perlu tahu serba-serbi proses melahirkan, termasuk komplikasi persalinan yang bisa terjadi. 

Komplikasi persalinan bisa terjadi sejak awal kontraksi muncul hingga akhir persalinan. Nah, untuk menambah wawasan Mums tentang komplikasi persalinan yang bisa terjadi, baca informasi di bawah ini, ya.

 

Baca juga: 5 Manfaat Taoge untuk Ibu Hamil, Mums Sudah Tahu?
 

10 Komplikasi Persalinan yang Bisa Terjadi

Di bawah ini adalah penjelasan lengkap tentang 10 komplikasi persalinan yang bisa terjadi:

1. Kontraksi dan Pembukaan yang Terlalu Lama

Proses pembukaan leher rahim dan kontraksi yang berlangsung terlalu lama serta lambat merupakan salah satu komplikasi persalinan yang bisa terjadi. Menurut penelitian, sekitar 8% wanita mengalami hal ini.

Penyebab proses pembukaan yang terlalu lama bisa disebabkan oleh banyak. Menurut American Pregnancy Association, yang termasuk proses pembukaan dan kontraksi terlalu lama berlangsung lebih dari 20 jam pada kehamilan pertama. Untuk wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, yang termasuk proses pembukaan terlalu lama adalah jika melebihi 14 jam. 

Jika proses pembukaan yang berlangsung terlalu lama terjadi di fase awal proses melahirkan secara keseluruhan, Mums bisa kelelahan, namun biasanya tidak akan menyebabkan komplikasi.

Namun, kalau proses pembukaan yang berlangsung lama terjadi di fase aktif, maka kemungkinan besar dibutuhkan penanganan medis tertentu.

Penyebab proses pembukaan yang terlalu lama meliputi:

  • Pembukaan serviks yang lambat
  • Bayi berukuran besar
  • Jalan lahir atau panggul Mums kecil
  • Melahirkan bayi kembar
  • Faktor emosional, seperti kekhawatiran, stres, dan rasa takut

Mengonsumsi obat pereda rasa sakit juga bisa memperlambat atau melemahkan kontraksi rahim. Jika Mums mengalami proses pembukaan yang terlalu lama, yang pertama perlu dilakukan adalah rileks dan menunggu. 

Menurut American Pregnancy Association, disarankan agar ibu hamil berjalan kaki, tidur, atau mandi air hangat untuk menenangkan diri dan mempercepat proses pembukaan. 

Jika proses pembukaan yang berlangsung lama terjadi di fase aktif, biasanya dokter akan memberikan obat untuk mempercepat pembukaan dan kontraksi, ataupun merekomendasikan persalinan caesar.

2. Gawat Janin

Gawat janin adalah kondisi ketika kondisi janin atau bayi dalam kandungan tidak baik saat proses kelahiran. Yang termasuk kondisi gawat janin meliputi:

  • Detak jantung bayi tidak beraturan
  • Masalah pada pergerakan bayi
  • Kadar cairan ketuban rendah

Adapun penyebab gawat janin diantaranya:

  • Kadar oksigen tidak mencukupi
  • Maternal anemia
  • Hipertensi saat hamil
  • Retardasi pertumbuhan intrauterin
  • Air ketuban terkontaminasi mekonium

Strategi yang bisa membantu mengatasi gawat janin diantaranya:

  • Mengubah posisi melahirkan Mums
  • Meningkatkan hidrasi
  • Meningkatkan kadar oksigen pada Mums
  • Menambah cairan ke dalam ketuban
  • Terkadang, persalinan caesar harus dilakukan untuk menyelamatkan bayi

3. Asfiksia Perinatal

Asfiksia perinatal adalah kondisi dimana bayi mengalami kekurangan oksigen, sehingga tidak bisa bernapas. Asfiksia perinatal juga termasuk salah satu komplikasi persalinan yang bisa terjadi.

Asfiksia perinatal bisa terjadi sebelum, selama, ataupun beberapa saat setelah proses persalinan. Asfiksia perinatal bisa menyebabkan:

  • Hipoksemia (kadar oksigen rendah)
  • Kadar karbondioksida tinggi
  • Asidosis (terlalu banyak kadar asam dalam darah)
  • Masalah kardiovaskular dan malfungsi organ

Sebelum lahir, gejala asfiksia perinatal pada bayi dalam kandungan yaitu detak jantung dan kadar pH rendah. Setelah lahir, gejala asfiksia pada bayi adalah skor APGAR yang rendah (0-3) selama lebih dari 5 menit.

Gejala lain yang mungkin muncul akibat asfiksia perinatal diantaranya:

  • Warna kulit pucat
  • Otot lemah
  • Nafas lemah

Pengobatan untuk asfiksia perinatal bisa berupa penyediaan oksigen untuk Mums, atau persalinan caesar. Jika asfiksia perinatal terjadi setelah persalinan, maka bayi kemungkinan akan membutuhkan alat banty nafas. 

4. Distosia Bahu

Distosia bahu adalah kondisi ketika kepala bayi sudah keluar dari vagina Mums, namun bahu dan tubuh bayi masih tersangkut di dalam Mums. Distosia bahu merupakan komplikasi persalinan yang bisa terjadi juga, meskipun cukup langka. Biasanya distosia bahu ini terjadi pada wanita yang baru pertama kali melahirkan.

Untuk mengatasi kondisi ini, biasanya dokter akan:

  • Meminta Mums mengubah posisi melahirkan
  • Memutar bahu bayi secara manual
  • Episiotomi

Distosia bahu biasanya mudah untuk diatasi. Namun, jika bayi juga mengalami gangguan pada detak jantung, maka bisa menimbulkan masalah lain, seperti:

  • Cedera brachial plexus: cedera saraf yang berdampak pada bahu, lengan, dan tangan bayi, namun biasanya akan sembuh seiring dengan waktu.
  • Fraktur: tulang selangka bayi patah, namun akan sembuh seiring dengan waktu.
  • Cedera otak hipoksia-iskemik: suplai oksigen ke otak rendah, dan pada kasus langka bisa membahayakan nyawa bayi ataupun menyebabkan kerusakan otak.
  • Komplikasi pada Mums: meliputi robekan pada rahim, vagina, serviks, atau anus, serta pendarahan berat setelah melahirkan.

5. Pedarahan Berat

Rata-rata wanita kehilangan 500 mililiter darah jika melahirkan normal. Untuk persalinan caesar, wanita biasanya akan kehilangan 1000 mililiter darah. Pendarahan ini bisa terjadi selama 24 jam setelah melahirkan atau hingga 12 minggu kemudian, pada kasus pendarahan sekunder.

Sekitar 80 persen kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri, yaitu kondisi dimana rahim gagal berkontraksi setelah persalinan. Perdarahan terjadi setelah palsenta keluar, karena kontraksi rahim lemah dan tidak bisa menekan pembuluh darah pada area dimana plasenta menempel sebelumnya.

Perdarahan berat ini bisa menyebabkan tekanan darah rendah, gagal organ, syok, dan bahkan kematian. Perdarahan berat termasuk komplikasi persalinan yang bisa terjadi dan sangat berbahaya untuk Mums.

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko perdarahan berat pasca melahirkan, yaitu:

  • Plasenta previa
  • Hipertensi saat hamil
  • Sudah pernah melahirkan beberapa kali
  • Proses pembukaan yang terlalu lama
  • Penggunaan forsep atau vakum saat persalinan
  • Penggunaan anestesi umum atau obat untuk menginduksi ataupun menghentikan pembukaan
  • Infeksi
  • Obesitas

Kondisi lain yang bisa meningkatkan risiko perdarahan berat pasca melahirkan diantaranya:

  • Robek pada pembuluh darah serviks, vagina, dan rahim
  • Hematoma pada vulva, vagina, atau panggul
  • Gangguan pembekuan darah
  • Plasenta akreta, inkreta, atau perkreta
  • Ruptur uteri

Pengobatan yang diberikan bertujuan untuk menghentikan perdarahan secepat mungkin, biasanya menggunakan beberapa pilihan:

  • Penggunaan obat
  • Pijat rahim
  • Pengangkatan plasenta yang masih tersangkut di dalam
  • Pengikatan pembuluh darah
  • Operasi laparotomi (untuk menemukan penyebab perdarahan), atau histerektomi (untuk mengangkat rahim)

 

Baca juga: Bolehkah Bumil Pakai Sunscreen?
 

6. Bayi Salah Posisi

Tidak semua bayi berada pada posisi yang pas saat proses persalinan normal. Normalnya, bayi berada dalam posisi kepala di bawah. Namun, bayi juga bisa berada dalam posisi lain, seperti:

  • Kepala di atas
  • Breech (bokong ataupun kaki duluan yang keluar)
  • Berbaring menyamping (horizontal)

Cara mengatasi salah posisi ini disesuaikan dengan situasi dan posisi bayi. Hal-hal yang bisa dilakukan meliputi:

7. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta menutupi pembukaan serviks. Jika Mums mengalami plasenta previa, maka biasanya akan disarankan melakukan persalinan caesar. 

Risiko plasenta previa meningkat apabila Mums:

  • Sudah melahirkan sebelumnya, khususnya jika sudah lebih dari empat kali
  • Sebelumnya mengalami plasenta previa, serta menjalani persalinan caesar atau operasi rahim
  • Berusia lebih dari 35 tahun
  • Memiliki fibroid
  • Merokok

Gejala utama plasenta previa diantaranya:

  • Kontraksi dini
  • Bayi berada dalam posisi (breech)
  • Ukuran rahim terlalu besar

Untuk pengobatannya sendiri diantaranya:

  • Pada kasus parah Mums perlu bed rest
  • Persalinan caesar, jika perdarahan tidak berhenti dan detak jantung bayi menurun

Plasenta previa termasuk salah satu komplikasi persalinan yang bisa terjadi. Kondisi ini juga meningkatkan risiko plasent akreta, yaitu kondisi dimana plasenta menempel terlalu erat di dinding rahim.

8. Disproporsi Sefalopelvis

Disproporsi sefalopelvis adalah kondisi dimana ukuran kepala janin tidak sesuai dengan ukuran panggul Mums. Disproporsi sefalopelvis merupakan komplikasi persalinan yang bisa terjadi jika:

  • Ukuran bayi ataupun kepalanya besar
  • Bayi berada dalam posisi yang tidak ideal
  • Panggul Mums terlalu kecil atau memiliki ukuran yang tidak biasa

Jika Mums mengalami disproporsi sefalopelvis, biasanya dokter akan menyarankan persalinan caesar.

9. Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robekan dinding rahim yang bisa terjadi saat proses persalinan. Jika Mums mengalami ruptur uteri, makan bisa meningkatkan risiko kekurangan oksigen pada bayi dalam kandungan. Maka itu, biasanya dokter akan merekomendasikan persalinan caesar jika Mums mengalami ruptur uteri.

Mums juga memiliki risiko perdarahan berat akibat kondisi ini. Faktor risiko dari ruptur uteri diantaranya:

  • Pernah melahirkan secara caesar sebelumnya
  • Induksi sebelum persalinan
  • Ukuran bayi yang besar
  • Berusia di atas 35 tahun

10. Proses Persalinan yang Terlalu Cepat

Proses persalinan dari awal hingga bayi lahir biasanya berlangsung selama 6-18 jam. Namun, ada pula wanita yang mengalami perkembangan proses persalinan yang terlalu cepat, sekitar 3-5 jam saja.

Ini juga termasuk komplikasi persalinan yang bisa terjadi. Ada beberapa hal yan meningkatkan risiko proses persalinan terlalu cepat, yaitu:

  • Ukuran bayi lebih kecil dari rata-rata
  • Kontraksi rahim berlangsung cepat dan kuar
  • Jalan lahir cukup besar

Proses persalinan yang terlalu cepat biasanya langsung dimulai dengan kontraksi yang kuat dan cepat. Meskipun bayi bisa lahir dengan cepat, proses persalinan yang terlalu cepat juga memiliki risiko tertentu, seperti peningkatan risiko infeksi pada bayi jika lahir di lokas yang tidak seharusnya dan tidak steril. (UH)

 

Baca juga: Apa yang Dilakukan Bayi 24 Jam Menjelang Persalinan?

Sumber:

MedicalNewsToday. Common labor complications. Juni 2018.
American Pregnancy Association. Cephalopelvic Disproportion (CPD).