Penyakit ginjal kronis kerap dialami oleh orang dengan hipertensi dan diabetes. Tentu mengalami komplikasi berat ini tidak mudah. Apalagi saat dokter menyatakan tahap komplikasinya sudah sampai gagal ginjal. Artinya fungsi ginjalnya tidak lagi maksimal, umumnya tinggal kurang dari 15%.

 

Seseorang yang sudah divonis mengalami gagal ginjal hanya ada tiga pilihan untuk tetap bertahan yaitu Transplantasi Ginjal, Hemodialisis/HD (Cuci Darah) dan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).

 

Yuk, cari tahu lebih dalam tentang transplantasi ginjal dan bagaimana pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani cuci darah bisa tetap sehat. Kebetulan, pada 17 September 2023 lalu, PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyelenggarakan edukasi Kesehatan ginjal. Temanya adalah transplantasi ginjal dan bagaimana pencegahan serta pengobatan anemia pada pasien ginjal kronik, yang dihadiri oleh 150 pasien gagal ginjal yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.

 

Keuntungan Transplantasi Ginjal

Wakil Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSCM Jakarta, Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, SpPD, KGH, menjelaskan, transplantasi ginjal adalah terapi yang lebih baik dibandingkan dengan melakukan cuci darah.

 

Menurut dr. Maruhum, angka harapan hidup pasien transplantasi setelah 10 tahun menjalani operasi pencangkokan adalah 78%. Sementara itu jika pasien memilih terapi cuci darah setelah 10 tahun angka harapan hidupnya hanya 39%.

 

Sayangnya di Indonesia pilihan terapi transplantasi ginjal masih sangat rendah dibandingkan angka terapi cuci darah. Menurut dr. Maruhum di Indonesia pasien gagal ginjal kronik yang memilih terapi transplantasi ginjal baru 15%, meskipun biayanya sudah ditanggung BPJS. Alasan utama adalah belum mendapatkan donor yang cocok sehingga angka transplantasi ginjal rendah.

 

Adapun keuntungan dari donor hidup adalah bisa bertahan lebih lama dan transplantasi bisa dilakukan lebih cepat. Selain itu waktu transplantasi juga dapat disesuaikan, waktu rawat inap lebih singkat, kecocokan genetik lebih baik untuk mengurangi rejeksi.

 

Kekurangan transplantasi ginjal adalah risiko infeksi di aera luka, harus rutin mengonsumsi obat imunosupresan, dapat timbul efek samping dari obat tersebut antara lain mudah infeksi. Risiko lain adalah penolakan organ dan keganasan pasca transplantasi.

 

Rejeksi atau Penolakan Ginjal Baru

Rejeksi seringkali sulit dideteksi pada tahap awal. Jika proses rejeksi sudah terjadi, biasanya bersifat ireversibel. Menurut dr. Bonar, secara normal, sistem imun akan melawan atau menolak apapun yang bersifat “asing”, termasuk ginjal baru pasca transplantasi. “Oleh karena itu, diperlukan obat antirejeksi (imunosupresan) untuk mencegah kerusakan dari ginjal yang baru ditransplantasi,” jelasnya.

 

Rejeksi akut dapat terjadi tidak lama setelah transplantasi, biasanya 1 tahun pertama. Sedangkan rejeksi kronik terjadi dalam jangka waktu panjang. Penyebab rejeksi sampai saat ini masih kurang dipahami dan tidak ada obat untuk mengatasi rejeksi ini.

 

Tanda-tanda rejeksi adalah jumlah urine berkurang, demam, ada darah di urin, nyeri di area ginjal bariudan penambahan berat badan > 1,4 kg dalam 2 hari.

 

Itulah pentingnya pasien transplantasi harus rutin mengonsumsi obat imunosupresan sesuai arahan dokter dan pasien wajib kontrol ke dokter sesuai jadwal yang ditentukan. Secara umum, pasien transplantasi ginjal dapat beraktivitas seperti sediakala sebelum mengalami penyakit ginjal.

 

Anemia pada Pasien Hemodialisis

Sementara itu, dr. Mirna Nurasri Praptini, SpPD-KGH., M.Epid., FINASIM mengatakan, pasien gagal ginjal kronis yang tidak atau belum mendapatkan donor ginjal, tetap harus rutin cuci darah. Satu hal yang harus diwaspadai oleh pasien hemodilisis adalah anemia.

 

Anemia pada PGK harus diterapi dengan baik, salah satunya melalui pemberian terapi utama yaitu terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA) dimana pada pasien gagal ginjal terapi ESA dimulai ketika Hb

 

Dengan terapi yang tepat, pasien gagal ginjal baik yang menjalani terapi hemodialisis, maupun transpalantasi ginjal dapat hidup lebih lama dan hidup normal seperti orang tanpa penyakit ginjal.