Setiap kali Mums berangkat kerja atau harus pergi karena ada urusan di luar rumah, selalu diiringi dengan tangisan dan teriakan si Kecil? Tenang dulu, Mums. Hal itu normal terjadi, kok. Bahkan, ada cara mudah untuk mengatasi “masa sulit” ini. Simak, yuk!

 

Takut berpisah, Tanda Kecerdasan si Kecil Berkembang

Mums pernah melihat meme yang memperlihatkan bagaimana perjuangan seorang ibu pelan-pelan pergi, berjinjit, dan diam-diam turun dari tempat tidur saat si Kecil sudah jatuh tertidur? Meme itu hadir bukan tanpa alasan. Pada kenyataannya, memasuki usia 6 bulan si Kecil yang sudah memiliki kemampuan mengingat yang lebih baik, juga mengembangkan milestone yang baru, yaitu memiliki rasa takut. 

 

Bentuk rasa takut ini dimulai dengan kekhawatiran dan kegelisahannya berpisah dari sosok yang biasanya ia lihat, dalam hal ini yaitu Mums. Karena si Kecil belum mengerti konsep waktu, pemahamannya adalah Mums pergi untuk selamanya. Si Kecil belum mengerti bahwa objek yang tidak terlihat di pandangannya, belum tentu tidak kembali lagi.

 

Fase takut berpisah (separation enxiety) ini juga memiliki kaitan dengan perkembangan motoriknya yang sudah bisa menguasai keterampilan lokomotor (kemampuan melakukan koordinasi tubuh untuk berpindah tempat) seperti berjalan, berlari, melompat, meluncur, bergeser, dan lain-lain. 

 

“Seiring dengan kemampuan anak untuk berjalan, ia memiliki kemerdekaan dan kemampuan untuk menjauh dari orang tuanya. Tetapi,  sebenarnya ia belum siap untuk berpisah sepenuhnya. Sehingga, ketika anak terpisah, ia merasa perlu untuk kembali ke sisi Mums karena menginginkan rasa aman dan familiar yang bisa ia dapatkan dari orang tuanya,”jelas psikoterapis Fran Walfish, Psy.D. dan penulis buku The Self-Aware Parent

 

Umumnya, fase takut berpisah ini mencapai puncaknya di usia 10-18 bulan, lalu umumnya akan berakhir di usia 3 tahun. Ada situasi tertentu yang biasa menjadi pemicu rasa takut si Kecil. Beberapa di antaranya adalah:

 

1. Ucapan perpisahan

Kalimat yang biasa diucapkan saat perpisahan seperti “dadah”, “bye bye”, “kiss bye”, dan lain-lain, diartikan sebagai perpisahan selamanya oleh si Kecil. 

 

2. Tempat atau suasana ramai

Bila biasanya si Kecil mudah menemukan Mums di rumah, ia akan merasa kewalahan dan ketakutan akan kehilangan Mums ketika berada di tempat atau suasana yang ramai orang. Inilah kenapa ketika membawa si Kecil ke acara arisan, resepsi pernikahan, dan lain sebagainya, si Kecil menjadi lebih manja dan “menempel” pada Mums.

 

3. Akan tidur

Bagi si Kecil, tidur adalah sebuah “momen” penting yang membutuhkan kehadiran orang tuanya. Selain itu, tidur diasosiasikan sebagai ruang gelap yang menimbulkan rasa khawatir baginya. Inilah kenapa, umumnya bayi hanya akan mau tidur dan bisa terlelap jika tidurnya ditemani.

 

4. Mums meninggalkan kamar tidur

Si Kecil seketika akan merasa ketakutan dan berpikir Mums takkan kembali, padahal Mums hanya akan mengambil sesuatu di dapur atau luar kamar selama beberapa detik.

 

Baca juga: Si Kecil Terus-Menerus Sendawa, Apa Penyebabnya, ya?

 

 

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Berada di fase si Kecil sangat menempel dengan Mums, sebenarnya memiliki dua sisi. Di satu sisi, Mums pasti senang ia selalu merindukan dan membutuhkan Mums, bahkan dari jarak hanya beberapa langkah. Di sisi lain, Mums pastinya akan sulit bergerak dan merasa terkekang karena tidak bisa beraktivitas normal atau meninggalkan rumah tanpa membuat si Kecil menangis. Lalu apa yang bisa dilakukan?

 

Beberapa cara mudah ini bisa Mums lakukan, yaitu:

1. Pastikan si Kecil mendapat kasih sayang yang cukup

“Berikan perhatian sesuai porsinya. Ketika saya bekerja, ia memang akan lebih sering diasuh dengan pengasuh. Tapi begitu saya pulang, saya akan mencurahkan seluruh perhatian untuknya, terutama ketika ia makan, saya akan langsung ambil alih menyuapi dan menemaninya makan,” papar psikolog Cecilia H.E Sinaga dari President Special Needs Center.

 

Baca juga: Kok Bisa Takut Sama Badut?

 

2. Persingkat ritual perpisahan

Ketika akan pergi, buat “momen berpisah” itu sesingkat mungkin dan tunjukkan sikap tenang. Cukup peluk ia satu kali selama beberapa detik dan cium pipinya. Hindari aksi yang menunjukkan Mums resah dengan perpisahan ini, misal sudah masuk ke dalam mobil lalu turun untuk mencium si Kecil sekali lagi.

 

3. Hindari pergi diam-diam

Demi menghindari aksi dramatis, beberapa Mums memilih pergi diam-diam atau meminta bantuan pengasuh untuk mengalihkan perhatian si Kecil agar bisa pergi dengan tenang. Sayangnya, cara ini semestinya dihindari. Sebaiknya, si Kecil melihat dan mengetahui ibunya pergi. Dengan cara ini, Mums dan si Kecil bisa berpisah dengan baik. Ingat, fase takut berpisah ini bukanlah kelainan, tapi bagian dari perkembangan emosi anak. Jadi, tak perlu dijadikan beban.

 

4. Perpisahan jangan dijadikan ancaman

Membuat si Kecil menurut dengan ancaman bisa saja ampuh. Tapi, justru malah akan memperuncing rasa cemasnya, apalagi jika ancaman yang dipakai menyangkut ketakutannya berpisah dari Mums. 

 

“Jangan pernah menggunakan kalimat ancaman seperti ‘Mama pergi, ya’ ketika anak melakukan sesuatu yang kurang baik. Rasa cemas si Kecil terhadap perpisahan sebaiknya dibatasi, jadi jangan sampai berulang dalam bentuk ancaman atau kondisi yang dibuat khusus untuk mengancam anak. Hal itu tidak akan membantu anak untuk lepas dari separation anxiety-nya, malah membuat anak semakin tidak percaya kalau perpisahan dgn orang tua hanya bersifat sementara,” jelas Cecilia lagi.

 

Baca juga: Membentuk Karakter Jujur dalam Diri Si Kecil

 

Sumber:

Parents. Parent’s Guide for Separation Anxiety.

Kids Health. Separation Anxiety.

Wawancara Eksklusif dengan psikolog Cecilia H.E Sinaga dari President Special Needs Center.