Pecahnya air ketuban merupakan ciri khas paling umum yang menandakan bahwa persalinan sudah dekat. Ada ibu hamil yang mengalami kontraksi terlebih dahulu, baru merasakan pecahnya air ketuban setelah dirawat di klinik atau rumah sakit. Namun, ada pula yang mengalami air ketuban pecah saat masih berada di rumah. Yuk, ketahui ciri-ciri dan informasi penting seputar air ketuban. Simak penjelasan lengkapnya ya, Mums!

 

Baca juga: Ibu Hamil, Waspada dan Antisipasi Ketuban Pecah Dini

 

Definisi Air Ketuban 

Air ketuban yaitu cairan amnion, yang dihasilkan oleh selaput ketuban serta hasil pembentukan dari beberapa sel amnion. Cairan ini bertugas melindungi janin di dalam kantong rahim atau selaput ketuban selama masa kehamilan.

 

Selain memungkinkan bayi bergerak bebas di dalam kantong rahim sebelum dilahirkan, air ketuban juga berfungsi untuk mengendalikan suhu di dalam kantong rahim agar janin tetap merasa nyaman.

 

Manfaat Air Ketuban

Secara umum, air ketuban bermanfaat untuk melindungi janin agar tak terinfeksi dengan pihak luar. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai manfaat air ketuban.

  • Memberi proteksi pada janin yang ada di dalam kandungan. Berkat air ketuban, janin di dalam rahim tidah mudah terkena infeksi, beragam jenis masalah, atau trauma dari luar rahim.
  • Melindungi stabilitas suhu janin di dalam rahim. Janin tidak akan merasakan kedinginan atau kepanasan. Itulah sebabnya bila cairan ketuban pecah, janin mesti secepatnya dikeluarkan karena tak ada yang melindungi stabilitas suhu badannya.
  • Memudahkan janin bebas bergerak. Meski janin di dalam rahim jadi sangat leluasa beralih posisi, cairan ketuban yang terlalu banyak dapat membahayakannya. Saat janin telah masuk panggul menjelang waktu persalinan, volume air ketuban yang berlebih justru dapat memicu posisi bayi menjadi sungsang. 
  • Membuat paru-paru bayi berkembang dengan baik.
  • Menolong perkembangan tulang janin.
  • Menstimulasi perkembangan telinga dan sistem pendengaran bayi. 

 

Ciri-ciri Air Ketuban

Air ketuban mempunyai warna yang berbeda dengan urine. Jika urine berwarna kekuningan serta bening, air ketuban justru mempunyai warna yang agak keruh. Bau air ketuban juga tidak sama dengan urine. Bila urine berbau pesing, bau air ketuban cenderung sedikit amis. Pada umumnya, tekstur air ketuban juga lebih licin daripada urine. 

 

Pada usia 36 minggu kehamilan, air ketuban memang akan berkurang kadarnya. Pada usai kandungan tersebut, tubuh ibu hamil sedang mempersiapkan proses kelahiran bayi. Jadi, tentunya wajar jika air ketuban merembes sedikit.

 

Namun jika rembesan yang keluar terlalu banyak dan terjadi terus-menerus, kondisi tersebut dapat membahayakan janin. Ini merupakan situasi yang disebut ketuban pecah dini atau Premature rupture of membranes (PROM).

 

Baca juga: Mums, Wapadai Air Ketuban Tidak Normal!

 

Risiko Jika Air Ketuban Pecah Terlalu Awal

Berkurangnya air ketuban dalam jumlah banyak akan menimbulkan risiko yang fatal bagi Mums dan janin yang ada di dalam kandungan. Jika air ketuban merembes pada trimester pertama dan kedua, dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti keguguran, cacat lahir, kelahiran prematur, hingga kematian bayi.

 

Sementara itu, kehilangan air ketuban dalam jumlah besar pada trismester ketiga akan menyebabkan kesulitan selama proses persalinan. Dalam kondisi kekurangan air ketuban, tali pusar dapat melilit pada tubuh janin, yang mengakibatkan aliran oksigen ke janin pun berkurang. Air ketuban merembes dalam jumlah yang banyak juga dapat meningkatkan risiko persalinan caesar serta risiko pertumbuhan yang lambat pada bayi.

 

Faktor yang Meningkatkan Air Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Air ketuban yang pecah terlalu awal banyak dialami oleh ibu hamil di usia kandungan lebih dari 37 minggu. Meski begitu, kondisi ini juga bisa terjadi kapan saja di masa kehamilan. Berikut ini beberapa hal yang meningkatkan risiko pecahnya air ketuban terlalu dini:

  • Kelahiran prematur pada persalinan sebelumnya.
  • Infeksi, seperti pneumonia, penyakit seksual menular, dan sebagainya.
  • Operasi pada leher rahim atau omniosentesi.
  • Bentuk uterus abnormal atau leher rahim pendek.
  • Perdarahan vagina di trimester kedua dan ketiga.
  • Gizi ibu buruk.
  • Mengonsumsi minuman beralkohol serta merokok.

 

Jika air ketuban pecah sebelum waktunya, Mums dapat segera berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan. Mums akan mendapatkan penanganan yang tepat untuk gejala yang dialami.

 

Pada umumnya, Mums akan diminta untuk beristirahat total serta mengonsumsi antibiotik agar kandungan terhindar dari infeksi. Cermati setiap gejala yang dialami selama masa kehamilan, sehingga Mums dapat mengantisipasi segala risiko dan situasi yang terjadi. (AS)

 

Baca juga: Mengenal Emboli Air Ketuban, Bahaya yang Mengincar Ibu Melahirkan