Sayang anak bukan berarti Mums dan Dads harus mengorbankan pernikahan, lho. Nyatanya, tak apa untuk “tega” berpisah kamar dengan anak demi menjaga keintiman dengan suami. Simak selengkapnya di sini.

 

Tidur Bareng Anak Tak Selamanya Baik

Setelah menjadi ibu, posisi wuenak buat tidur adalah sambil memeluk anak. Bener, enggak? Ya, naluri ibu untuk selalu melindungi dan dekat dengan anaknya memang sangat wajar. Pada beberapa ibu, tidur bersama anak juga membantu menyelaraskan siklus tidur, serta membangun keterikatan yang aman. 

 

Bagi Mums yang sebelumnya menyusui si Kecil, umumnya juga akan merasa lebih nyaman jika anak berada dalam jarak yang dekat. Nah, dorongan untuk membuat anak tetap tenang dengan menjaganya tetap dekat, dapat berlanjut hingga masa balita. Di sinilah kesulitan untuk pisah tidur bermula, karena si Kecil sudah terbiasa tidur ditemani dan merasa cemas serta takut berpisah.

 

Namun, tak tega atau anak tak mau pisah, nyatanya bukanlah kendala yang bisa menjadi alasan untuk terus lanjut tidur bersama anak, lho. Pasalnya, ada dampak cukup fatal jika hal ini berlanjut, dan ini ada kaitannya dengan kualitas hubungan Mums dan suami.

 

Ya, keintiman fisik penting dalam pernikahan dan tidak boleh diabaikan. Di masa-masa awal tidur bersama, Mums dan Dads mungkin masih tetap bisa “melakukannya” dengan cara yang “kreatif”. Selain itu, memang benar bahwa Mums dan Dads selalu dapat berhubungan seks di tempat lain. Namun perlu diketahui, perilaku manusia memiliki kecenderungan bahwa ketika ada sesuatu hal yang mempersulit, maka frekuensinya pun akan berkurang.

 

 

Baca juga: Anak Stunting Miliki Masa Depan Suram, Cegah dengan Tiga Cara Berikut!

 

 

 

 

Pernikahan Terancam Jika Terlalu Lama Tidur Bersama Anak

Jika keintiman hilang dalam pernikahan, cepat atau lambat, disadari atau tidak, akan ada keretakan dalam hubungan, yang berpotensi menyebabkan hilangnya hubungan emosional dan verbal secara permanen dengan pasangan. Bagaikan bola salju, masalah lain pun bermunculan seiring dengan hilangnya keintiman dalam pernikahan, seperti:

  • Suami dan istri mulai menarik diri satu sama lain.
  • Pasangan yang ditolak merasa tidak dicintai dan tidak aman.
  • Pasangan merasa tidak dipedulikan. Dalam hubungan jangka panjang, pasangan dengan libido lebih tinggi, merasa seolah-olah pasangannya tidak memedulikannya, karena sering menolak jika diajak berhubungan intim. 
  • Memicu depresi.

 

 

 

Baca juga: Apakah Anovulasi Membuat Wanita Tidak Bisa Hamil?

 

 

 

  • Hidup dalam pernikahan tanpa seks dapat membuat pasangan merasa tidak diinginkan, tidak menarik, dan benar-benar kehilangan motivasi.
  • Pernikahan menjadi membosankan dan akibatnya, salah satu atau kedua pasangan mulai mengalami frustrasi dan kehilangan motivasi untuk mencurahkan energi ke bidang kehidupan penting lainnya.
  • Peluang selingkuh meningkat berlipat ganda.
  • Jika masalah keintiman tetap ada, perceraian juga bisa terjadi.

 

Untuk memperbaiki pernikahan tanpa seks atau mengatasi keintiman yang hilang dalam pernikahan, maka penting untuk memahami penyebabnya terlebih dulu. Bukalah hati dan introspeksi diri. Jika di hati terkecil Mums sadari bahwa semua ini bermuara dari kurangnya waktu dan kesempatan untuk berdua dengan suami, karena ada anak di tempat tidur yang sama, maka mulailah bergerak untuk mengubahnya. 

 

Ingat, tidak apa-apa jika bayi yang baru lahir untuk tidur dengan ibunya, tetapi penting untuk mengajarkannya untuk pindah ke kamarnya sendiri setelah anak menginjak usia balita. Semoga berhasil ya, Mums. (IS)

 

 

Baca juga: Air Liur Menjadi Pelumas? Big No buat yang Lagi Promil!

 

 

Referensi:

VeryWell Family. Co-Sleeping with A Toddler

Marriage. Intimacy Missing In Marriage

Psychology Today. No Sex In Marriage

How to Bring Up Great Kids. Co Sleeping Lead to Marital Breakdown