Penyakit

Kejang Demam

Deskripsi

Kejang demam merupakan suatu kejadian kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38⁰C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Berdasarkan durasinya kejang demam dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) merupakan suatu kejadian kejang yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.

 

 

Kejang yang terjadi pada seluruh bagian tubuh. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam, sedangkan untuk kejang demam kompleks, umumnya berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang lebih dari 1 kali dalam kurun waktu 24 jam dan kejang terjadi pada satu sisi tubuh (kejang parsial).

 

Baca juga: Kejang pada Anak, Bagaimana Mengatasinya?

Pencegahan

Terjadinya kejang tidak dapat dicegah secara langsung. Beberapa tindakan pencegahan yang dilakukan lebih pada meminimalkan faktor resiko terjadinya kejadian kejang demam berulang, seperti mencegah kenaikan suhu tubuh yang terlalu tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat penurun panas, atau dengan memberikan kompres.

Gejala

Gejala yang sering terjadi pada kejang demam dapat beragam, mulai dari gejala yang ringan hingga berat, seperti menatap dengan melotot, hingga tubuh bergetar parah dan otot-otot menjadi kaku atau kencang. Selain itu, pada umumnya beberapa kondisi juga dapat menyertai saat terjadi serangan kejang demam, seperti:
- Kehilangan kesadaran
- Kenaikan suhu tubuh atau demam tinggi
- tubuh menjadi berkeringat
- Otot tangan dan kaki menjadi tegang dan kejang
- Muntah atau terkadang disertai juga dengan keluarnya busa dari mulut
- Terkadang disertai kondisi mata dengan bola mata keatas
- Jika kejang mereda, akan tampak mengantuk dan tertidur

 

Baca juga: Mengapa si Kecil Kejang?

Penyebab

Pada dasarnya demam merupakan salah satu tanda respon sistem imunitas tubuh yang sedang aktif. Saat tubuh mengalami infeksi, maka secara alami sistem kekebalan tubuh manusi akan memberikan respon kenaikan suhu tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan. Namun demikian tidak semua demam yang disertai infeksi akan secara langsung menyebabkan adanya kejang demam. Penyebab utama terjadinya kejang demam belum dapat diketahui secara pasti. Pada sebagian besar kasus kejang demam yang terjadi, umumnya berhubungan erat dengan terjadinya demam tinggi yang diakibatkan karena adanya infeksi seperti virus flu, infeksi telinga, cacar air, atau tonsilitis.

 

 

Pada pasien anak, kejang demam juga dapat terjadi pascaimunisasi, seperti DPT/PT (Diphteri-Pertussis-Tetanus/vaksin ulangannya), MMR (Mumps-Measles-Rubella). Namun demikian, pemberian imunisasi bukanlah penyebab terjadinya kejadian demam. Kejang yang terjadi pasca imunisasi lebih disebabkan karena demam yang dialami pasien anak pasca imunisasi. Selain itu, adanya faktor genetik juga meningkatkan kecenderungan terjadinya kejang demam. Riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi kejang demam, memperbesar kemungkinan anggota keluarga yang lain mengalami kondisi kejang demam yang serupa.

Diagnosis

18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.\\nc. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)\\nPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.\\nd. Pemeriksaan Foto\\nFoto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, dan papilledema."}" data-sheets-userformat="{"2":15233,"3":{"1":0},"10":0,"11":4,"12":0,"14":[null,2,0],"15":"Calibri, sans-serif","16":11}" data-sheets-textstyleruns="{"1":0}[null,1571,{"6":1}]{"1":1595}[null,1600,{"6":1}]{"1":1604}[null,1611,{"6":1}]{"1":1638}[null,1768,{"6":1}]{"1":1782}[null,1791,{"6":1}]">Penegakan diagnosis pada kejang demam lebih dititikberatkan pada penegakan penyebab kejang demam. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
b. Pungsi lumbar (pemeriksaan cairan tulang belakang)
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
- Bayi > 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
c. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
d. Pemeriksaan Foto
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti
computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, dan papilledema.

 

18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.\\nc. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)\\nPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.\\nd. Pemeriksaan Foto\\nFoto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, dan papilledema."}" data-sheets-userformat="{"2":15233,"3":{"1":0},"10":0,"11":4,"12":0,"14":[null,2,0],"15":"Calibri, sans-serif","16":11}" data-sheets-textstyleruns="{"1":0}[null,1571,{"6":1}]{"1":1595}[null,1600,{"6":1}]{"1":1604}[null,1611,{"6":1}]{"1":1638}[null,1768,{"6":1}]{"1":1782}[null,1791,{"6":1}]">Baca juga: Kejang Saat Tidur, Penyebab Kematian Bintang Disney

Penanganan

Pada umumnya kejang terjadi di awal demam. Pemberian obat penurun panas, seperti paracetamol atau ibuprofen, hanya bermanfaat untuk membuat pasien lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, namun hal ini tidak mencegah timbulnya kejang demam.

 


Pada umumnya kejang demam sederhana berlangsung singkat. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat
diazepam secara injeksi intravena, namun ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memiliki fasilitas kesehatan yang mendukung. Apabila sering terjadi kejang demam kompleks, dokter akan meresepkan beberapa obat seperti diazepam, lorazepam, dan clonazepam dengan bentuk sediaan supositoria rektal.

 


Selain memberian obat, beberapa hal yang perlu diperhatikan saat terjadi serangan kejang, seperti:
- Longgarkan pakaian pasien agar jangan terlalu ketat pada saat terjadi kejang terutama disekitar leher
- Baringkan pasien di permukaan yang aman seperti pada lantai atau kasur, dan jangan tahan gerakan saat kejang terjadi.
- Keluarkan segera makanan, obat, atau benda apapun yang berada dalam mulut pasien saat terjadi kejang untuk menghindari pasien tersedak.
- Jika pasien muntah atau mengeluarkan busa saat terjadi serangan kejang, usahakan pasien berada pada posisi menyamping (bukan terlentang) dengan salah satu lengan berada di bawah kepala yang juga ditengokkan ke salah satu sisi, untuk menghindari kemungkinan tersedak saat terjadi serangan kejang.
- Jauhkan benda tajam di sekitar pasien saat terjadi kejang
- Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
- Segera bawa pasien ke rumah sakit untuk dapat diberikan pertolongan obat-obatan, jika kejang terjadi lebih dari 10 menit.
- Tetap bersama dengan pasien selama kejang dan tetap tenang dan tidak panik

Rekomendasi Artikel

Kejang pada Anak, Begini Pertolongan Pertama yang Benar!

Kejang pada Anak, Begini Pertolongan Pertama yang Benar!

Kejang pada anak jelas merupakan satu hal yang cukup membuat panik orang tua, apalagi jika hal tersebut merupakan hal yang pertama kali dialami oleh anak itu.

Jessica Christy

07 April 2021

Kejang pada Anak, Apa Saja penyebabnya?

Kejang pada Anak, Apa Saja penyebabnya?

Tidak sedikit orang tua takut anaknya kejang saat demam. Namun, ternyata ada banyak kejang pada anak dan bisa terjadi tanpa disertai oleh demam.

Jessica Christy

25 December 2018

Kejang Demam, Bagaimana Mengatasinya?

Kejang Demam, Bagaimana Mengatasinya?

Jika bayi kejang demam, jangan panik. Berikan detail berapa lama kejang terjadi, bagaimana kejadiannya, serta gejala lain yang menyertai kepada dokter.

Jessica Christy

22 September 2018

Mengapa Si Kecil Kejang?

Mengapa Si Kecil Kejang?

Si Kecil dapat mengalami kejang karena berbagai kondisi, seperti demam, kekurangan oksigen, trauma kepala, atau penyakit tertentu yang menyebabkan kejang.

GueSehat

25 June 2018

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...