Bekerja di ruang emergensi dapat menjadi kejutan tersendiri buat dokter jaga. Setiap pintu dibuka, kita tidak tahu bagaimana keadaan pasien yang datang, baik atau buruk. Saya teringat guru yang mengajar saya saat pendidikan kedokteran pernah berkata, inilah ujian yang sebenarnya. Bukan pada saat sedang pendidikan, melainkan saat kita sudah bekerja dan melihat kondisi pasien yang datang detik itu juga.

 

Salah satu kejadian yang sering terjadi dan cukup mengkhawatirkan orang tua adalah ketika anak mengalami kejang. Orang tua akan sangat panik, apalagi jika kejang tersebut adalah kejang pertama yang dialami oleh sang Anak. Biasanya, kejang yang terjadi hanya berkisar beberapa menit saja. Jadi saat sampai di ruang gawat darurat, kejang sudah berhenti.

 

Baca juga: Mengapa Si Kecil Kejang?
 

Jenis kejang yang cukup sering dialami adalah kejang yang terjadi saat demam. Biasanya gejala demam tinggi selalu disertai kejang. Hal ini disebut dengan kejang demam atau orang awam sering menyebutnya step. Oleh karena itu, beberapa orang tua cukup khawatir jika anaknya sudah mengalami demam yang tinggi dan tidak kunjung turun meski sudah diberi obat. Biasanya mereka menanyakan apa yang harus dilakukan saat demam, cara mencegah kejang, dan sebagainya. Yuk, kita bahas detailnya!

 

Kenapa sih bisa terjadi kejang saat demam? Dan siapa saja yang rentan terhadap kejang demam?

Kejang demam rentan terjadi pada anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun, tanpa ada gangguan metabolisme lain, seperti gangguan elektrolit, infeksi otak, dan sebagainya. Hal ini disebabkan otak belum berkembang sempurna pada bagian pusat pengaturan suhunya.

 

Kejang demam tidak bisa diprediksikan di suhu tertentu, tetapi biasanya terjadi pada suhu yang cukup tinggi. Sebagian besar terjadi di atas 40°C, tetapi angka kejadian di atas 39°C juga ada. Semakin rendah suhu demam pada saat terjadi kejang, berarti anak lebih rentan terhadap angka kejadian kejang tersebut. Riwayat keluarga juga berpengaruh terhadap kejadian ini.

 

Tidak semua kejang adalah kejang demam

Kejang yang terjadi pada anak tidak semua adalah kejang demam. Jika sebelumnya anak mengalami muntah dan diare terus-terusan, kejang dapat terjadi akibat ketidakseimbangan elektrolit. Jika anak baru saja mengalami benturan di derah kepala yang cukup berat, serta disertai penurunan kesadaran, bisa saja terjadi luka dan pembengkakan di otak. Infeksi otak dan kurangnya gula juga bisa menjadi faktor terjadinya kejang. Beberapa pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk melakukan diagnosis ini.

 

Baca juga: Waspada Tanda-tanda Kejang pada Bayi
 

Bagaimana cara mencegahnya?

Pada keadaan kejang demam, yang perlu dilakukan adalah mencegah demam terjadi. Observasi pengukuran suhu dapat dilakukan setiap 4 jam sekali pada anak. Jika suhu di atas 38°C, dapat diberikan obat penurun panas berupa paracetamol. Jika demam membandel, dapat berkonsultasi kepada dokter apakah perlu dikombinasikan dengan obat demam golongan lain.

 

Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Lakukan kompres hangat pada kepala, lipatan leher, ketiak, dan selangkangan untuk membantu menurunkan demam. Tidak dianjurkan menggunakan kompres dingin.

 

Orang tua tenang, anak juga lebih tenang

Apa yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang? Tenang dan jangan panik. Pastikan anak ada di lokasi aman dan miringkan kepalanya untuk menghindari risiko tersedak. Anak tidak boleh diberikan apapun ke dalam mulutnya. Kendurkan pakaian yang ia kenakan. Jika teman-teman memiliki obat antikejang yang diberikan melalui dubur, boleh diberikan secepatnya sambil dibawa ke rumah sakit. Biasanya, kejang pertama membutuhkan rawat inap untuk observasi penyebab kejang.

 

Dalam keadaan seperti ini, yang perlu diingat adalah jangan panik. Berikan detail berapa lama kejang terjadi, bagaimana kejadiannya, serta gejala lain yang menyertai kepada dokter. Hal tersebut dapat membantu menentukan penyebab kejang. Semoga bermanfaat!

 

Baca juga: Bayi Demam, Apakah Harus Langsung Dibawa ke Dokter?