Saat ini banyak kejahatan yang merajalela, hingga menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Salah satunya dengan menggunakan teknik hipnotis. Hipnotis yang diketahui masyarakat umum sering kali digunakan untuk kejahatan, karena teknik yang digunakan adalah memberikan sugesti kepada korban untuk mengikuti keinginan pelaku kejahatan.

 

Namun, apakah hipnotis yang dipakai untuk melakukan kejahatan adalah hipnotis yang sebenarnya? Seorang psikiater sekaligus ketua Ikatan Dokter Indonesia Jakarta Utara, dr. Dharmawan Adhi Purnama, M.D., akan menjelaskan perbedaan dari hipnotis dan gendam yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.

Baca juga: Hindari Ini Agar Anak Tidak Malas Belajar

 

Hipnotis dan Hipnosis

Hipnotis sebenarnya suatu teknik terapi yang dilakukan oleh seorang tenaga ahli atau psikolog untuk membuat seseorang berada dalam keadaan rileks dan tenang. Ini berguna agar orang tersebut bisa lebih fokus dengan pikirannya sendiri dan merespons sugesti yang diberikan. Hipnotis sendiri sebenarnya digunakan para psikolog dan psikiater untuk membantu pasiennya yang mengalami depresi, rasa cemas, gugup, serta yang lainnya.

 

Hipnotis dapat dilakukan saat seseorang sedang berada di antara sadar dan tak sadar, sehingga orang tersebut tidak dapat mengendalikan diri sepenuhnya. Seseorang bisa saja terkena hipnotis jika dirinya mau dihipnotis dan memiliki kepribadian yang mudah dihipnotis, seperti histrionik (orang yang memiliki emosi berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian).

 

Pada kasus psikologi, pasien dengan depresi berat, psikosis paranoid, kepribadian yang perfeksionis, dan pemikir, agak sulit untuk langsung dihipnotis. Membutuhkan waktu dan latihan yang cukup lama agar dirinya dapat menerima sugesti.

 

Hipnotis dan hipnosis memiliki arti yang berbeda. Hipnotis adalah tekniknya, sementara hipnosis adalah kondisi seseorang yang terhipnotis. Namun, teknik hipnotis sering kali disalahartikan oleh banyak orang. Mereka menggunakan hipnotis untuk memanipulasi pikiran korbannya, agar memenuhi keinginan orang tersebut.

 

Saat seseorang berada dalam keadaan hipnosis, mereka cenderung lebih terbuka terhadap sugesti jika dibandingkan dengan saat tidak dalam keadaan hipnosis. Dalam terapi psikologis, hipnosis dapat digunakan untuk mengatasi rasa sakit, terutama sakit fisik, bahkan bisa mengurangi gejala demensia. Hipnosis juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu:

  • Sebagai terapi untuk rasa sakit kronis, seperti pada penderita rematik artritis.
  • Sebagai terapi untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan.
  • Membantu mengontrol beberapa gejala ADHD.
  • Membantu mengurangi mual dan muntah pada penderita kanker.
  • Mengurangi insomnia dan gangguan tidur lainnya.

 

Gendam

Lain halnya dengan hipnotis yang dipelajari oleh spesialis saraf dan kejiwaan melalui pelatihan khusus selama 4 tahun dan menjalani pendidikan dokter selama 6 tahun, seseorang yang melakukan hipnotis untuk kejahatan biasanya disebut dengan gendam. Gendam adalah teknik hipnotis yang digabungkan dengan ilmu gaib, yang dapat memengaruhi alam bawah sadar manusia. Jadi, orang tersebut mengikuti sugesti yang diberikan secara paksa.

 

Belum diketahui secara pasti ilmu gaib apa yang digunakan dalam gendam, tetapi kegiatan seperti ditepuk, diajak bicara, dan ditawarkan produk-produk jualan bisa jadi termasuk dalam kategori gendam. Biasanya pada kasus-kasus kejahatan, pelaku melakukan aksinya secara berkelompok dan mengetes calon korbannya, seperti dimintai sumbangan karena butuh uang untuk anak yatim.

 

Dari kejadian tersebut, dilihat apakah calon korban mudah disugesti atau tidak. Apabila tersugesti, anggota komplotan tersebut akan datang untuk bermain peran. Akhirnya terjadi distorsi pikiran pada korban, lalu skenario dilanjutkan dan korban diyakinkan sampai uangnya habis terkuras.

Baca juga: Tips Melindungi Diri saat Terjadi Teror

 

Seseorang yang sudah terkena hipnotis secara paksa, biasanya sulit untuk dapat kembali sadar dengan sendirinya. Baik pasien maupun korban harus disadarkan oleh pelaku, psikiater, atau dibiarkan begitu saja. Lama-lama, korban akan tersadar dengan sendirinya setelah melihat dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya.

 

Menghindari Gendam

Jika berada di tempat umum, sebaiknya harus selalu waspada dan menerapkan prinsip ‘paranoid’ bagi orang yang tidak dikenal. Jangan mudah terbawa perasaan ingin berbuat baik kepada siapa saja. Kamu juga harus bisa bersikap lebih tegas dengan menolak tawaran makanan atau menjawab pertanyaan yang tidak seharusnya Kamu jawab.

Baca juga: Dampak yang Terjadi Pada Anak Korban Pelecehan Seksual

 

Jika Kamu merasa sedang berada dalam stuasi ingin dihipnotis, seperti ditepuk atau diberikan sugesti yang menurutmu aneh, bentak pelaku dan bicara dengan intonasi yang keras serta agak kasar. Hal tersebut akan mengacaukan fokus orang tersebut kepada dirimu. Selain itu, Kamu juga bisa berpura-pura sibuk, seperti menelepon atau bermain game di handphone Kamu, agar orang tersebut tidak bisa mendapatkan perhatianmu. Selalu waspada ya, Gengs! (AD/AS)